Share

Bab 6 Dimulai

“Oh iya, kamu Fiona Gage? Bagaimana Ajeng bisa kenal denganmu?” tanya Damian.

Fiona tersenyum tipis, menundukkan pandangannya. “Saya pernah bekerja dua tahun untuk merawat ayah Nyonya Ajeng yang sempat terkena stroke,”

Damian manggut-manggut. Dia mengelus bagian belakang kepalanya, tampak kikuk dengan pesona Fiona yang luar biasa cantik.

“Saya harus mulai dari mana, Tuan Damian?” ujar Fiona, karena sejak tadi Damian tak bersuara. Mungkin dia ingin mencairkan suasana yang canggung antara mereka berdua.

“Oh, iya,” Damian menegakkan posisi. "Mari kita masuk dulu ke dalam rumah,"

Dengan isyarat tangan, Damian mempersilakan Fiona untuk masuk ke dalam rumah. Pandangan Fiona mengitari setiap sudut rumah Annie, yang meskipun membutuhkan bantuan orang lain untuk mengurus rumah, nyatanya rumah itu sangatlah rapi.

"Kamu pasti tahu, istriku sangatlah sibuk," ujar Damian. "Dan aku hanyalah suami yang menganggur di sini," Damian justru merendahkan dirinya sendiri di depan Fiona.

Lewat ekor matanya, Fiona bisa melihat ruang kerja Damian yang terletak di semi lantai 2. Susunan buku yang banyak dan rapi, komputer versi terbaru, bahkan kursi kerja paling mahal. Membuat Fiona yakin, Damian bisa melebihi Annie andaikan dia tidak merendahkan kemampuannya sendiri.

"Kamu wajib memasak untuk sarapan, makan siang dan makan malam. Tapi kalau Annie pulang telat, kamu harus menyiapkan makanan yang siap dihangatkan untuknya. Dan segala keperluan anakku, Tasya serta menjaga kebersihan rumah ini,” terang Damian panjang lebar.

“Baik, Tuan,” sahut Fiona masih dengan kepala menunduk.

“Kamu cukup panggil Pak Damian dan Bu Annie saja, Fiona,”

Fiona sekali lagi mengangguk patuh.

“Mari kutunjukkan kamarmu,” Damian menunjukkan arah pada sebuah kamar kosong yang terletak di pojok belakang rumah.

Sebuah ruangan berukuran 4x4 yang hanya terdiri dari sebuah kasur kecil serta lemari minimalis. Ruangan itu dulunya adalah sebuah gudang, yang entah kapan, telah disulap Annie menjadi sebuah kamar yang layak ditempati.

Fiona meminta ijin untuk masuk dan meletakkan tas jinjing besarnya di pojok ruang. Mulanya Damian masih berdiri di ambang pintu, tanpa sadar matanya terpusat pada setiap gerak-gerik Fiona. Namun setelah Fiona berkata sopan untuk ijin berganti pakaian, Damian seketika berjalan cepat menjauhi kamar Fiona.

Damian menuju ruang kerjanya di semi lantai 2, sambil menampar pelan kedua pipinya. Dia harus mulai sadar, Fiona disini niat bekerja membantu membereskan rumah, maka tak seharusnya dia terpesona oleh pembantunya sendiri. Begitulah pergolakan batin yang sedang dialami Damian.

* * *

Damian terbangun dari tidur siang panjangnya setelah mencium aroma wangi masakan rumah, yang sudah sangat lama tak pernah dia hirup aromanya. Dia seketika beranjak berdiri, berjalan cepat ke arah sumber aroma. Di sana sedang berdiri Fiona, yang sibuk menata meja makan dan meletakkan sayur beserta lauk pauk di atasnya. Saat melihat Damian, Fiona kembali menunduk patuh, tak berani menatap langsung majikannya itu.

Bagi Fiona, memasak bukanlah hal baru baginya. Meski berasal dari keluarga konglomerat, namu Fiona alias Gina pernah mengikuti kursus memasak dari koki bintang lima.

“Pak, makan siangnya sudah siap,” ucap Fiona, mempersilahkan Damian untuk segera makan.

Damian mengangguk tipis, dengan pikiran yang hanya fokus pada aneka masakan rumah yang tampak lezat. Dia langsung mengambil piring, menyantap dengan tak sabar. Hatinya bagai disiram air terjun yang dingin nan segar, bahagia luar biasa. Sudah sangat lama dia tak merasakan masakan rumahan yang sederhana namun nikmat seperti ini.

Annie tak bisa masak sama sekali, dan dulu ketika Damian masih menjadi penulis best seller, mereka memakai jasa pembantu yang menyiapkan semua makanan sekeluarga. Namun semenjak Damian tak lagi populer dan tak menghasilkan uang, Annie memutuskan untuk mempekerjakan Damian dengan dalih agar Damian punya kesibukan di rumah.

“Pak Damian … “ panggil Fiona. “Bolehkah saya mencatat jadwal sekolahnya Tasya?”

“Untuk apa?” tanya Damian di sela-sela mengunyah.

“Saya yang akan mengantar jemput Tasya,”

“Kenapa? Nggak usah, Fi. Itu sudah jadi tugasku. Tugasmu sesuai yang kubilang tadi,” larang Damian.

Mengantar jemput Tasya menjadi hal paling ditunggu Damian, karena dia bisa sambil menyegarkan otak, kala jenuh dengan kondisi rumah.

Fiona sekali lagi mengangguk, kemudian kembali bekerja membersihkan dapur. Damian melanjutkan makannya dengan hati bahagia luar biasa. Dia berharap setelah menyantap masakan rumahan yang lezat ini, ide-ide bagus mengalir kembali di kepalanya.

* * *

“Pa, dia siapa?” tanya Tasya keheranan saat melihat Fiona yang menyambutnya di depan pintu, ketika dia pulang sekolah.

“Dia pembantu baru kita. Kamu panggil dia Mbak Fiona, ya,” jawab Damian.

Tasya, gadis berusia 10 tahun itu menganga takjub dengan penampilan Fiona yang sangat cantik, dengan rambut coklat panjang nan tebal. Bahkan bagi Tasya, penampilan Fiona lebih cocok menjadi pekerja kantoran daripada pembantu.

Memandang Tasya terlalu lama membuat Fiona teringat akan Sean, dan membayangkan jika Sean telah berusia sama dengan Tasya. Betapa bahagianya Fiona, meski harus disibukkan dengan segala persiapan sekolah Sean.

Tidak. Fiona buru-buru menepis lamunannya, dan berusaha bersikap normal karena hampir saja air matanya jatuh.

“Kamu suka, Tas?”

“MAMA!!” seru Tasya, karena Annie tiba-tiba datang. Damian kaget bukan main, namun senang karena istrinya tak jadi pulang tengah malam.

Damian segera menyambut dan memeluk hangat istrinya itu.

Dari respon Annie yang tampak jengah saat dipeluk, Fiona yakin jika Annie sudah cukup muak dengan keberadaan Damian di dekatnya. Andai bukan karena Tasya, mungkin Annie sudah meninggalkan Damian yang bagai mobil bekas itu.

“Kok sudah pulang?” tanya Damian heran.

“Aku sengaja pulang cepat, ingin bertemu dengan Fiona,” ucap Annie, mengamati Fiona dari atas sampai bawah.

Meski Fiona sudah merubah penampilan sedemikian rupa, namun mendapatkan tatapan menyelidik bak tim interogasi, tentu membuat Fiona sedikit tegang.

“Kenapa aku tak asing denganmu, ya?” celetuknya. Tatapan matanya pada Fiona tampak tak senang, seakan terintimidasi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status