Scott Ferdinand, pria yang sudah memasuki usia lebih dari setengah abad itu berjalan keluar dari kantor Alfreed dengan langkah tegas. Paul yang melihat ekspresi Tuan besarnya merinding seketika. Tak pernah dia melihat wajah semenakutkan itu dari Kakek Scott sebelumnya. "Booking dua pesawat airline. Aku akan berangkat malam ini juga.”Menganga Paul di tempatnya. Menyewa satu pesawat saja sudah membuatnya heran plus bertanya-tanya, tapi ini dua sekaligus yang tentu bisa memuat ratusan orang di dalamnya."B-baik, Tuan." Membungkukkan badan, Paul menyanggupi. Kendati dalam hati dia sangat menyayangkan betapa bodoh perbuatan tuan besarnya itu. 'Bukankah memakai jet pribadi saja sudah cukup untuk mengunjungi Tuan Alfred?!' begitu pikiran Paul yang polos.Tidak tahu saja dia bahwa sore itu Kakek Scott menghubungi orang-orang yang sampai detik ini masih menyimpan kesetiaan penuh terhadapnya. Scott Ferdinand sesungguhnya adalah mantan pemimpin kelompok yang sama besarnya dengan Kartel El S
“Siapa? Kenapa tidak kau angkat?”Melihat Paul yang hampir menjatuhkan ponselnya lalu menatap layar dengan raut khawatir, membuat Selena jadi ingin tahu.“Maaf, Selena, aku harus pergi sekarang.” Baru selangkah Paul berjalan, wanita itu memanggil.“Tunggu, Paul. Kau mau meninggalkan aku lagi?” Menoleh Paul padanya. “Lagi?”‘Apa-apaan dia ini? Memangnya kami kembali bersama?’ Heran Paul dengan pertanyaan Selena.“Iya ... Ini kedua kalinya kau meninggalkan aku.” Kembali berkaca-kaca mata Selena. Kalau urusan menangis, dia memang jagonya.“Aku harus buru-buru, Selena. Tidak ada waktu lagi. Sudah, ya.” Dibandingkan dengan air mata Selena, bayangan wajah kakek Scott jauh lebih membuat Paul khawatir.Bergegas dia meninggalkan wanita itu bersama tiga orang pengawal lainnya. Mereka langsung menuju pesawat yang saat itu juga membawa keempatnya pulang ke Washington DC.Dan disini ‘lah Paul sekarang, berkutat di kantor dengan pengurusan kompensasi yang akan dia transfer ‘kan langsung ke keluarg
Paul menoleh kanan dan kiri, wajahnya panik. Tapi setelah memastikan kekhawatirannya tidak terbukti, dia baru kembali menatap wanita yang memanggilnya tadi.“Mau apa kau datang ke sini?”Wajar Paul panik sebab dia mengira wanita itu datang bersama komplotannya.“Paul ... Kasar sekali kau ini. Baru juga kita bertemu setelah sekian lama.” Ternyata wanita itu adalah Selena, adik tiri Luisa.“Tidak usah banyak basa-basi Selena, aku yakin kau pasti sudah tahu semuanya.” Mengingat bahwa mantan pacarnya itulah yang dulu hendak menjual Luisa, Paul tak mungkin bersikap baik terhadapnya.Tersenyum wanita licik itu. “Ya, aku tahu. Dan aku tak menyangka kalau gadis sialan itu sangat beruntung bisa menjadi pacar bosmu.”‘Pacar? Oh, jadi dia pikir Nona Luisa pacaran dengan Tuan Alfreed,’ batin Paul.“Tapi jangan harap kalian bisa mengambil dia dari Tuan Muda Jose. Itu tidak mungkin,” lanjut Selena.“Bukan urusanmu.” Malas melanjutkan obrolan dengan Selena, Paul melanjutkan langkahnya meninggalkan
Keadaan sudah berbalik sekarang. Yang semula benci, menjadi khawatir. Begitu lah Luisa, terlalu mudah percaya dengan apa yang dilihat oleh matanya. Namun hal itu pula yang menjadi kunci Jose untuk kembali menarik simpati wanita itu.“Asal kau janji tidak meninggalkanku. Aku baru mau.”Tak kunjung mendapat jawaban, Jose melempar senyuman getir pada Luisa.“Aku sudah tahu jawabanmu, Lu. Kau memang tidak peduli padaku.” Berbalik dia membelakangi Luisa.Sesungguhnya memainkan peran bodoh seperti ini, bukan tipe Jose sama sekali. Tapi setelah dia pikir-pikir, patut dicoba juga agar dia bisa kembali merebut hati Luisa.Teramat pahamnya Jose dengan kelembutan hati Lulu kecilnya itu, membuatnya sanggup melakukan hal konyol. Jose ingin Luisa menyerahkan dirinya secara ikhlas tanpa tekanan. “Aku sudah janji akan merawatmu hingga sembuh. Apa lagi yang kau mau? Katakan, aku akan melakukannya. Tapi kita harus ke rumah sakit lebih dulu.” Luisa tak mau menambah janjinya lagi. “Aku tahu kau menjanj
Melangkah keluar dari rumah sakit menuju mobil, air mata Luisa tak henti menetes. Dia kuatkan dirinya untuk tegar menghadapi kenyataan ini, padahal sesungguhnya dia sangat sedih. Bagaimana mungkin ada seorang istri yang tega meninggalkan suaminya yg sedang dalam keadaan kritis?Tapi ini ‘lah kenyataannya. Demi mendapatkan kesempatan hidup untuk Alfreed yang hanya fifty-fifty, Luisa nekat menggadaikan dirinya sebagai pertukaran.‘Kumohon, cepat ‘lah sadar ... Kau harus sembuh! Kau benar-benar harus sembuh! Jangan sia-siakan pengorbananku.’ Masih menetes air mata Luisa sekalipun dia sudah berada di dalam mobil yang langsung dikemudikan oleh Andres.“Jangan sampai Tuan Muda melihat wajahmu yang basah.” Andres menyodorkan tissue yang ada di mobil pada Luisa.Tak menjawab tapi wanita itu menariknya beberapa. Dia keringkan pipinya yang terasa dingin karena air mata.“Tuan Muda tidak pernah punya kekasih dan dia juga tidak pernah menuruti perkataan siapapun kecuali Tuan Besar. Kau satu sat
"Dokter, bagaimana keadaannya?" Menggeleng, dokter itu membuka maskernya. "Meskipun pelurunya sudah berhasil dikeluarkan, tapi kondisi pasien saat ini ....” Dokter kembali menggeleng. “Dokter! Katakan dengan benar, dokter!” Segala kemungkinan terburuk sudah memenuhi kepala Luisa. Tanpa sadar dia meremas kemeja putih sang dokter. “Dia masih kritis. Terlalu banyak darah yang keluar dengan jeda waktu yang lumayan lama. Tapi sungguh keajaiban dia masih bernyawa sampai saat ini,” lanjut dokter itu. Tak sanggup Luisa mendengar kenyataan itu. Kedua kakinya seketika terasa lemas hingga dia terduduk di lantai. Entah ini kabar baik atau buruk, yang pasti matanya sudah panas ingin menumpahkan buliran-buliran yang sejak tadi sudah mulai berproduksi di bawa kornea matanya. Satu sisi Luisa senang Alfred berhasil selamat, tapi sisi lain keselamatannya itu belum benar-benar bisa dipastikan. 'Jangan menakutiku, Alfreed ... Kau harus sadar dan sehat kembali. Kumohon ....” "Nona,
Jose tersenyum. Licik adalah hal yang pasti dia pelajari sejak menjadi Tuan Muda Chavez, penerus Santiago Chavez sang pendiri kartel El Salvador. Jadi tak mungkin dia luput menerapkan hal itu untuk Luisa.“Aku butuh jaminan atas janji yang kau tukarkan untuk nyawa si bangsat itu.”“Kau tidak percaya padaku?” Alis Luisa bertaut. Mana berani dia berbohong terang-terangan pada Jose, itu sama saja buhuh diri.“Setelah aku mengantarnya dan memastikan dia baik-baik saja, aku pasti akan kembali padamu, Jose. Sungguh!” lanjut Luisa dengan raut penuh keyakinan. Nyawa Alfreed adalah yang utama baginya sekarang.Jose menggeleng. “Aku tetep butuh jaminan.” ‘Persetan dengan nyawa si biadab itu, aku tidak peduli. Yang aku tahu kau harus jadi milikku, Lu. Jangan salahkan aku bersikap seperti ini sebab kau yang sudah lebih dulu mengingkari janji kita! Kau berani menikahinya padahal dulu kau bilang mau menikah denganku!’ Jose merapatkan rahangnya setiap kali ingat dengan Alfreed, si perusak kisah cin
Rupanya Luisa kembali ke Mansion Acapulco. Tidak mungkin dia akan membiarkan Alfreed mati begitu saja. Tidak!Kalaupun harus mati, dia nekat untuk ikut mati bersamanya.Luisa sadar kalau kedatangan Alfreed menjemputnya adalah taruhan nyawa. Maka dari itu tidak akan dia sia-siakan nyawa suaminya melayang tanpa ada pengorbanan apapun darinya."Stop!" teriak Luisa dengan air mata makin banyak berjatuhan."Stop menyakitinya, kalian sangat tidak punya hati nurani!" Luisa memeluk tubuh Alfreed yang tak sadarkan diri di lantai. Makin histeris tangisnya saat seluruh tubuh Alfreed dirantai dengan sebuah besi besar yang entah berapa kilo terikat bersama tubuh pria itu. Sepertinya mereka hendak membuang Alfreed ke laut, memberinya beban berat agar pria itu tak bisa keluar ke permukaan dan menjadi santapan hewan laut dalam. "Andres ... Kumohon, kau yang memegang kendali, bukan? Tolong, selamatkan dia." Memohon, Luisa memandang Andres yang merupakan tangan kanan Jose. Tapi pria itu bak patung
Luisa berteriak histeris. Sampai bergetar sekujur tubuhnya melihat darah yang keluar dari dada kanan Alfreed. Dia ketakutan, sungguh ketakutan membayangkan hal terburuk terjadi pada pria yang berstatus sebagai suaminya itu.Tangis Luisa bahkan tiga kali lebih tumpah ruah dibandingkan saat dia melihat lengan Jose yang tertembak tadi.Ambruk tubuh Alfreed ke lantai yang sigap di tampung Luisa di atas pangkuannya.“Tu-tuan Alfreed...” Paul ikut shock dan ketakutan melihat kondisi tuannya. Tapi di sisi lain, dia juga sangat amat takut akan menjadi sasaran tembak berikutnya.Ternyata dendam Jose tidak main-main. Menyisakan nyawanya adalah kesalahan terbesar bagi Alfreed sebab dia jelas akan menjadi malaikat maut bagi pria itu.Sudah dipukuli hingga tak berdaya pun, bukan hambatan bagi Jose melenyapkan seseorang yang merebut miliknya lebih dulu. Susah payah sang pemimpin El Salvador itu bangkit, tujuannya hanya satu yakni membunuh Alfreed. Prinsipnya, jika bukan dia yang mendapatkan Luisa,