Share

Ch. 3 Mati di Tangannya

Sambil menatap langit-langit kamar, Naftalie kini terdiam di atas ranjang. 

Dia baru saja disodorkan makanan enak oleh koki di kastil itu, lalu mandi dengan air hangat sepuasnya di jacuzzi. 

Naftalie bahkan sempat terkejut, bagaimana bisa lemari di kamar itu berisi berbagai pakaian baru untuknya? Walau sebenarnya terikat kontrak aneh, tapi hidup barunya benar-benar dimanjakan kemewahan.

Wanita itu segera mengambil salah satu pakaian tidur yang paling sopan, diantara semua ligeri yang ada, yakni sebuah kimono dengan celana pendek dari satin walau tak berkancing dan hanya diikat di bagian perut. 

Beruntungnya lagi, Jacob tak kunjung datang. Mungkin karena bukan subur dia akan aman.

“Sebaiknya, aku tidur saja,” lirih Naftalie mulai merasa tenang. 

Perlahan, dia merebahkan tubuhnya di kamarnya yang baru. 

Karena begitu banyak kejadian yang terjadi pada hari ini, begitu kepalanya menyentuh bantal berwarna gelap itu, Naftalie segera tertidur. Wanita itu bahkan tak sadar jika Jacob masuk tak lama setelahnya.

“Sial!” lirih pria itu kesal melihat wanita itu sudah tertidur dengan lelapnya, bagaikan dia menikmati apa yang telah terjadi. .

“Dasar wanita vrengsek!” Bahkan desah napas teratur Naftalie membuatnya terganggu. Ingin rasanya Jacob mengambil bantal dan menutup kepala berisik di sebelahnya itu. 

“Kok bisa bernapa aja berisik banget!” dengus Jacob sebal. 

Sebenarnya, dia sama sekali tak suka melihat Naftalie tidur di tempatnya.

Tapi, tak apa. Setidaknya, dia bisa lebih sering menyaksikan ketakutan di mata gadis itu. 

Jake tak akan memberi wanita ini kemudahan seperti itu. Dia akan menyiksanya dengan sesakit mungkin, seperti wanita ini telah menyakiti adiknya.

****

“Ehmmm….”  Naftalie hampir saja memekik saat menyadari Jacob begitu dekat dengannya, bahkan napas pria itu terasa hangat di tengkuknya. 

Sepertinya, di luar hujan, sehingga udara di dalam kamar terasa sangat dingin, dan napas hangat pria itu sempat terasa nyaman untuknya. 

Seharusnya tidak seperti ini!

Belum sempat wanita itu berpikir macam-macam untuk melepaskan diri, tiba -tiba saja Jacob melompat ke atasnya dengan kedua tangannya melingkar di leher Naftalie. 

“Mati kamu!” desahnya dengan suara berat yang serak. 

Cengkraman tangan pria itu semakin kuat mencengkram batang leher Naftalie sampai wanita itu mulai kesulitan bernapas. 

Kedua tangannya secara refleks segera mencoba melepaskan kedua tangan Jake yang melingkar di lehernya. Tubuh Naftalie yang menggeliat ditahan dengan tubuh Jacob yang besar sehingga dia tak bisa bergerak..

“Le–pasin,” lirih Naftalie panik. Pria itu tertawa mengerikan membuat bulu halus di sekujur tubuh Naftalie berdiri. 

“Ja … ke,” isak Nat sambil mengangkat tangannya mencoba untuk menggapai wajah Jacob dengan membabi-buta. 

Naftalie benar-benar merasa takut kala mulai merasa dirinya  melayang.

Apakah dia akan mati seperti ini? Menikah dengan pria itu memang sangat aneh, kenapa harus dia? Harusnya Naftalie curiga, dia akhirnya akan mati begitu saja. 

Naftalie tak akan mati semudah itu, digerakkannya tangan semakin membabi buta dan mencakar wajah tampan Jacob dengan tenaga terakhirnya.

“Aakh!” pekik pria itu saat kuku Nat menarik kulitnya, sehingga terkelupas. 

Pria itu segera tersadar dari apa yang ia lakukan. Jacoba langsung menarik kedua tangannya–terkejut. 

Namun, terlambat karena kesadaran Naftalie sudah menghilang. 

“Nat! Nat!” pekik pria itu segera turun dari tubuh mungil yang dia duduki itu. 

Dengan sekejap, Jacob merengkuh tubuh Nat yang lemas dalam pelukannya.

Sayangnya, Naftalie benar-benar sudah menghilang.

Jantung Jacob berdebar keras. Akhir minggu ini, mereka harusnya menikah. Jadi, wanita itu tidak boleh mati dulu! Dendamnya belum selesai! 

Dengan jantung yang berdebar sangat kencang seakan kereta api cepat, Jacob memperhatikan tubuh lemah di dalam pelukannya. Bibir wanita itu membiru pucat.  

Bibir!

Pria itu seketika mengingat pelajaran untuk mempertahankan hidup yang dulu pernah ia ikuti. 

“Yah kalau nanti mereka akan berproses untuk membuat anak, pasti hal ini akan terjadi nantinya,” pikir Jacob saat melekatkan bibirnya ke pada bibir wanita itu guna memberikan napas buatan.

Bibirnya terasa hangat dan juga anehnya terasa manis. Perlahan, ia bisa merasakan Naftalie mulai bernapas.

Kedua matanya terbuka dan menunjukkan netranya yang berwarna hijau. Hanya saja, tiba-tiba wanita itu merangkul leher Jacob dan menciumnya dengan penuh gairah.

“Ehmmm….” Pria itu terkesiap. 

Namun, manisnya bibir Naftalie membuatnya tanpa sadar mulai membalas ciuman Nat. Wanita itu bagaikan lumer di dalam pelukan Jacob.

Suasana mencekam tadi seketika mendadak panas. 

Jemari Jacob pun mulai memainkan rambut belakang pria itu. Lidah keduanya bersatu, hingga lenguhan terdengar dari Naftalie.

AAAH!

Jacob terkejut. Segera pria itu melepas tubuh Naftalie sehingga terlempar ke atas tempat tidur. 

“Baguslah kamu tidak mati,” ucapnya cepat, lalu berdiri dan meninggalkan Naftalie kebingungan di atas tempat tidur.

“Bukankah tadi itu, Jason?” lirih wanita itu pelan saat mendengar pintu yang terbanting kasar.

“Astaga!” maki Naftalie pada dirinya karena baru saja tersadar akan kebodohannya. Bagaimana bisa dia mencium Jacob seperti itu dan mengira pria itu adalah Jason? Mengapa rasanya begitu mirip, tapi begitu berbeda?

Rasanya, Naftalie ingin lari dari rumah ini segera. Tapi dia terikat kontrak, dan mau lari kemana dia? Kini dia tak ada uang sepeser pun. 

Untungnya, Jacob sama sekali tak terlihat seharian penuh. 

“Bodohnya! Dah mau mati dibunuh malah dicium, bukan memalukan lagi itu, tapi idiot!” erang Nat kini sambil memainkan makan siangnya.

Wanita itu teringat pada lebam bekas jemari pria itu saja masih ada di lehernya–seakan mengejek dan mempermalukan Nat. 

“Permisi….” Ed yang tiba-tiba datang—menyadarkan Naftalie dari lamunan.

“Ya?” tanya Naftalie bingung.

Pria itu sempat menatap bekas lebam di leher Naftalie, tapi segera mengalihkan pandangannya.

“Anda sudah selesai ‘kan makannya?” tanyanya, “Sekarang, kita harus segera fitting pakaian pengantin.”

“Untuk pernikahan Anda besok.” 

BESOK?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
seperti jacob slah paham pada nat, bukan nat yg menyebabkan jason mengakhiri hdpnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status