"Anda sudah ditunggu Tuan Jake. Jadi, mohon jangan buang waktu," ucap pria itu.
Dia pun mendorong Naftalie--tak peduli dengan protes wanita itu.
Di sisi lain, Jacob tak mengatakan apa-apa begitu melihat gaunnya yang kelewat mini itu.
Seperti biasa, pria itu segera membuang tatapannya ketika tatapan mata mereka bertemu.
Jadi, Naftalie tak tahu apa yang harus dilakukan, selain berdiri bagaikan orang bodoh dan mengikuti rangkaian acara resepsi yang tak ada keterlibatan darinya.“Senyumlah. Jangan membuat suamimu ini malu!” bisik Jake mendadak lalu mendorong kasar pinggang Nat untuk menerima ucapan selamat dari pasangan tua yang terlihat penting.
Deg!
Naftalie terperanjat kala menyaksikan pria itu merangkul pinggangnya dan tersenyum menunjukkan giginya yang rata pada semua orang.
“Pengantinmu cantik sekali, selamat ya Jake,” ucap mendadak salah seorang nenek cantik yang masih tampak anggun. Hanya saja, Naftalie dapat melihat kening wanita tua itu berkerut dan menatap penuh celaan pakaian dirinya yang kekurangan bahan.
Jake tertawa sambil mengelus rambut merah Naftalie. “Dia harus cantik, karena dia adalah istriku.”
Seketika itu juga tubuh Naftalie meremang karena teringat akan ciuman mereka tadi saat mengucapkan janji di gereja tadi.
Terlebih, kala tubuh Jacob semakin mendekat!Awalnya, wanita itu hanya mengira kalau pria itu hanya akan mengecup keningnya. Tapi saat kedua mata mereka bertemu, pria itu meletakkan tangannya di rahang Naftalie, lembut.
Tanpa aba-aba, bibir Jacob mengenai bibirnya....
Tubuh Naftalie seakan meleleh.
Desiran aneh mendadak kembali dirasakannya.
"Ehmmm...." Naftalie merespon ciuman itu tanpa sadar.
Lututnya seolah kehilangan kekuatan saat bibir mereka bertemu. Naftalie tak mengerti mengapa setiap pria itu menyentuhnya, suhu tubuhnya seakan naik. Tubuhnya akan terasa melayang dan jadi tak terkendali.
"Wah! Kalian mesra sekali. Sejak kapan kalian mengenal?"
Suara pria buncit di samping nenek tadi--menginterupsi keduanya.
Pagutan mesra pengantin kontrak itu pun terhenti.
Jacob tertawa sambil melirik ke arah Naftalie. “Dia … adalah kenalan masa kecilku.”
Tak punya pilihan, Naftalie segera ikut berpura-pura tertawa walau mendengus dalam hati, 'Kenalan masa kecil dari mana? Ck!'
“Wah pinter juga kamu nak, itung -itung jagain jodoh dari kecil ya,” ujar pria beruban yang bertubuh gendut itu segera mendekati Naftalie.
Hanya saja, dia mendadak memperhatikan wajah Naftalie dan perlahan menatap tubuhnya seakan sedang melepaskan gaun pengantin yang serba kekurangan bahan itu.Melihat wanita tua itu segera meninggalkan mereka dengan kesal, Naftalie sontak sadar.
Dia segera menarik turun gaunnya, namun hal membuat kerahnya semakin turun!
Seketika bola mata pria tua itu segera membesar saat melihat belahan dari dua gunung Naftalie yang sempurna.
Srak!
Tiba-tiba saja, tubuh Naftalie ditarik dan diputar dengan kasar. “Tentu saja aku harus menjaganya, dia calon istri yang baik,” kekeh Jacob sambil mendekatkan tubuh istrinya kepadanya.
Pria tua itu mendengus dan mengusap keringatnya karena merasa terganggu dengan ucapan Jacob.“Pintar kamu, pengantinmu cantik sekali, dan sangat seksi.” Suaranya dalam dan menjijikkan karena dipenuhi hasrat. “Malam pertamamu pasti akan seru.”Naftalie bergidik dan menatap suaminya menunggu agar pria itu untuk mengucapkan sesuatu untuk membelanya, tapi pria itu hanya diam dan memeluk pinggangnya.Awalnya, Nat merasakan pelukan di pinggang itu sebagai suatu pembelaan dari Jacob, seakan pria itu hendak melindunginya dari tatapan kakek tua itu.Tapi itu sebelum dia mendengar desis berat di telinganya.“Pakaianmu seperti pelacur, sungguh memalukan!” geram pria itu sambil menekan perut wanita itu sampai kuku pria itu menghujam kulit Naftalie, "Kenapa nggak sekalian telanjang aja kamu?"“Argh …” erang Naftalie kesakitan dengan jemari Jacob maupun ucapannya.Sepanjang hari ini, tak ada kata-kata dari pria itu yang bisa membuat Naftalie merasa berarti.
Jacob tidak akan pernah membelanya sekalipun. Dia seolah hanya peduli pada pencairan trust fund-nya melalui pernikahan kontrak ini.Padahal, Naftalie terbiasa bersandar pada Jason atau papanya. Kini, ia merasa benar-benar merasa sendiri.
Sampai hari itu berakhir, Jacob bahkan tak banyak bicara lagi.
Kata-katanya hanya berupa geraman atau cercaan seperti tadi.
“Stop senyum seperti orang bodoh,” desis pria itu di telinga Naftalie ketika wanita itu tersenyum membalas pujian dari salah satu kolega dari Jacob.“Stop memperlihatkan gigimu yang jelek itu nggak ada yang perlu lihat gigimu!” katanya lagi.Atau ... "Kamu senang ya dilihatin seperti itu?'
Naftalie hanya bisa berkata, “Iya ….”Lalu, menurutinya. Akhirnya wanita itu hanya berwajah masam sepanjang sisa dari resepsi pernikahan mereka.
Namun, sepertinya berwajah masam juga tidak membuat hati Jacob senang. Mendadak pria itu segera mendesis memarahi istrinya lagi, “Muka udah jelek ngapain pake cemberut! Tahu diri dong, kamu itu istriku sekarang, jangan bikin malu!”Naftalie yang sebenarnya tidak ada perasaan apa-apa kepada Jacob, kini mulai membenci suami barunya itu. “Maunya apa sih!” dengusnya dalam hati dengan kesal.
Pria itu kasar dan hanya mau menang sendiri! Jacob sepertinya hanya ingin menyiksa Naftalie.“Jadi aku harus senyum atau nggak?” desis Naftalie akhirnya tak tahan lagi dengan desisan yang terus terdengar di telinganya.“Tutup mulutmu!” Jacob menatap ke arah Naftalie tajam.Merasakan kedua bola mata gelap Jacob membuat Naftalie segera kehilangan keberaniannya.
“Tugasmu adalah ikut apa yang aku suruh!” ujar Jacob lagi sambil menyentuh rahang Naftalie dengan kasar.Tapi tiba- tiba tatapan matanya tertuju pada bibir istrinya yang terbuka karena perbuatannya.
Jantung Naftalie berdegup kencang. Apakah Jacob akan menciumnya lagi?
“Wanita bodoh!” ucap Jacob mendadak, lalu melepaskan pegangannya dengan kasar dan pergi meninggalkan Naftalie yang menatap pedih.Naftalie merasa seperti pelacur yang tak diinginkan.Pelacur yang rela diperlakukan seperti sampah demi uang.
"Jason... seandainya kamu masih hidup!" lirihnya pedih dan tak didengar siapa pun.Walau semuanya sudah jelas, mereka sudah bebas kembali ke rumah kastilnya, tetapi entah kenapa Jacob lebih senang berada di rumah kecil ini dengan Naftalie. Rumah itu lebih nyaman dan hangat, mungkin karena keberadaan Naftalie yang selalu mengantarnya pergi kerja, atau menyambutnya ketika dia pulang.Tentu saja dia sudah menyuruh Ed untuk membuat paviliun terpisah sendiri untuk Isabel karena kamar yang mereka gunakan sekarang hendak Jacob gunakan sebagai kamar bayinya. Paviliun itu sudah berdiri di bagian belakang rumah dekat kolam renang. Karena, walau kata Jacob rumah itu rumah yang mungil, tetap ada tanah dibelakang untuk paviliun studio, lalu ada taman bunga beserta pergolanya, dan tentu saja kandang kuda. Naftalie sempat mengejeknya tentang kandang kuda itu, tak ada rumah mungil yang memiliki kandang kuda. Tapi, bagi Jacob, rumah yang tak memiliki 16 kamar termasuk kecil. Mereka dapat dikatakan sungguh berbahagia sekarang karena Victoria akhirnya mati kutu karena semua yang dia
Sejujurnya grafolog itu sudah mendapatkan hasil pada hari surat itu diserahkan kepadanya. Namun karena itu adalah surat terakhir dari mendiang Jason Owen wanita itu mengulang- ulang pemeriksaannya berkali -kali.Bahkan saat dia sudah mau menyerahkannya kepada asisten dari Jacob Owen, pria itu tetap malah menyuruhnya untuk sekali lagi memeriksa ulang hasilnya agar benar-benar teliti.Kali ini wanita itu duduk dengan gugup sama menunggu dari billionaire itu keluar dari kamar. Karena hasil dari pemeriksaannya sungguh buruk dan bahkan bisa menjadi bukti sebagai pembunuhan berencana. Dengan masih berperban walaupun tipis, asisten dari Jacob Owen menyuruh grafolog itu duduk. Wanita itu terkesiap saat melihat Jacob dan istrinya keluar. Mereka bagaikan model di majalah yang keluar dalam dunia nyata. “Jadi bagaimana hasilnya? Apakah ini asli tulisan Jason?” tanya Jacob sambil duduk di sofa. Pria itu menatap grafolog dengan tatapan tajam sehingga wanita itu merasa sedang diinterogasi.“Oh … “
Naftalie merasa sangat lelah, akhirnya hari- hari selama perang dingin dengan Jacob berakhir. Pria itu kemungkinan akan kembali ke kastilnya, sedangkan Nat sendiri akan kembali tinggal di rumah ini. Selama Ed dan Isabel di rumah sakit, Jacob tidur di kamar Isabel, sedangkan dirinya tidur di kamarnya sendiri. Pria itu kembali ke kebiasaan lamanya. Perlakukan Naftalie bagai mereka hanyalah teman sekamar yang tidak terlalu akrab.Anehnya pria itu tetap keluar saat jam makan malam, dan mereka makan malam dalam keheningan yang menyakitkan hati Naftalie. Bagaimana bisa, mereka yang dulu begitu akrab, kini begitu jauh padahal mereka tidur bersebelahan kamar?Tapi semua itu akan segera berakhir. Karena Ed dan Isabel sudah pulang, Jacob juga akan segera kembali ke rumahnya. Naftalie akan terbebas dari segala perasaannya yang tak menentu.Wanita itu sangat marah, karena lagi- lagi suaminya tak percaya padanya. Naftalie pikir setelah kasus kehamilannya, Jacob akan mempercayai Nat sepenuhnya..
“Jake …” Naftalie memandang wajah suaminya yang mengeras. “Aku … nggak nyangka!” desah pria itu sambil tak mengalihkan pandangannya dari kertas di tangan.“Apa … apa itu?” tanya Naftalie dengan suara bergetar.“Tangkap dia!” ujar Jacob memberikan perintah kepada para detektif. Victoria tersenyum senang karena pada akhirnya Jacob kembali ke dalam genggamannya. Polisi dengan heran mendekati wanita cantik berambut merah itu. Tapi Jacob segera menggeram dengan mengerikan.“Ibuku lah! Dia tetap pembunuh pria tadi!” geram Jacob dengan suara mengerikan.Para detektif itu, walau sedikit kesal karena kena bentakan Jacob, tetap mengerjakan apa yang pria itu perintahkan.Victoria yang merasa tadi di atas awan kini segera terjun bebas karena tangannya tiba-tiba dipegang oleh kepala detektif itu untuk ditahan. Minta itu kembali menggeliat seperti belut mencoba melepaskan diri. “Lepasin nggak!” jerit wanita itu dengan sekuat tenaga. Wanita itu menendang ke segala arah sambil menjerit- jerit sepe
Dengan napas memburu Jacob segera kembali ke rumah sakit di mana Ed dan Isabel dirawat. Namun yang lebih penting istrinya, jangan sampai Naftalie kenapa- kenapa karena perbuatan ibu tirinya itu. Tapi Jacob tak menyesal pergi, karena dia berhasil menemukan bukti di mobil dan kini dia tinggal menyeret wanita tua tak tahu diri itu ke penjara dan memastikan wanita itu tinggal di sana!Langkah kakinya bergaung di lorong rumah sakit dengan masih tetap diikuti para detektif di belakangnya. Begitu pintu lift terbuka tadi, Jacob bisa mendengar jeritan ibu tirinya bergaung di lorong rumah sakit. Seharusnya pihak keamanan sudah menyumpal mulutnya dengan kaus kaki, kalau Jacob ada di situ. Suaranya yang melengking membuat Jacob malu. Bagaimanapun dia tetap pemilik saham dari rumah sakit itu. Pandangan para perawat dan dokter yang segera pura- pura mengalihkan perhatian dari suara Victoria benar- benar memalukan. Tapi mungkin karena Jacob pemilik saham rumah sakit ini juga yang membuat Victoria
Dengan geram pria berwajah tampan itu segera menuju ke tempat di mana ibu tirinya berada. Wanita itu memang benar-benar sudah keterlaluan dia tidak bisa lagi didiamkan. Check up akan memastikan wanita itu masuk ke dalam penjara karena semua perbuatannya ini. Sudah ada beberapa dokumen dan data -data yang dia kumpulkan untuk memastikan wanita itu bisa dipidanakan, tapi yang ini benar -benar akan langsung menyeret wanita itu ke penjara.“Benar ini adalah mobilnya!” ujar salah satu petugas yang mengikuti Jacob setelah mereka sampai ke kastil tua Owen yang ditinggali oleh mama tiri dan papanya saat pria itu masih hidup. Jacob mendengus dengan jijik begitu melihat pergola di taman sudah menghilang. Pergola itu adalah hadiah dari papanya Jacob untuk mama kandung Jacob. Sejak kedatangan ibu tirinya, wanita itu tidak pernah menyukai pergola di taman itu, karena mengingatkan ayahnya Jacob kepada mendiang istrinya. Pada akhirnya Victoria sudah berhasil menghancurkan semua pergola itu dan mem