Share

Ch. 6 Malam Pertama

“Malam pertama,” desah Naftalie berulang-ulang dalam hatinya seusai resepsi berakhir.

Bahkan, ketika sepanjang jalan menuju rumah besar milik Jacob, jantungnya berdebar kencang.

Jemarinya juga basah karena gugup.

“Kami sudah menikah dan nggak ada lagi alasannya untuk menolak.”

Naftalie terus berbicara di dalam hatinya dengan panik sambil berusaha tak mengganggu suami barunya yang hanya duduk diam sepanjang perjalanan.

Sungguh, Naftalie takut kalau tiba-tiba Jacob mencercanya lagi.

Tapi, tidak seperti yang Naftalie pikirkan, pria itu tak berkata apa-apa. Bahkan, hingga mereka sampai rumah.

Anehnya .... rumah besar itu kosong.

Brak!

Tanpa bicara, Jacob membuka pintu dan berjalan menuju kamarnya. Pria itu benar- benar memperlakukan seakan Naftalie tidak ada.

“Astaga,” desah Naftalie dalam hati dengan resah. Diikutinya sang suamin dengan jantung berdebar kencang.

Untungnya, Jacob segera masuk ke kamar mandi dan meninggalkannya sendirian.

Naftalie pun bisa menghela napas lega.

Dia lantas duduk di meja rias dan mulai melepaskan perhiasan yang di pasangkan kepadanya. Mulai dari tiara, anting dan gelang berlian. Semua itu Naftalie kembalikan ke kotaknya.

Naftalie melepaskan gelungan rambutnya dan mulai menghapus riasannya.

Walau berusaha tenang, tapi berulang kali, wanita cantik berambut merah itu melirik ke kamar mandi.

“Dia sedang apa sih?” tanyanya dengan was-was.

****

“Cih! Wanita itu berlagak sekali mentang-mentang berhasil menikah denganku!” desis Jacob sambil mengguyur tubuhnya dengan air hangat. “Bajunya bahkan kelewat seksi!'

"Emangnya nggak ada baju yang lebih elegan dari tadi?” omelnya lagi kala teringat si tua bangka Rei yang sampai keluar liurnya melihat Naftalie dan membuatnya muak.

Dia sungguh tak habis pikir.

Bagaimana bisa Jason sampai segitu tergila-gila dengan wanita macam Naftalie?

Bahkan, Jacob kini merasa tubuhnya kotor setelah seharian harus menyentuh wanita itu.

Tak lama, pria itu pun selesai mandi dan keluar begitu saja dengan hanya melilitkan handuk di pinggangnya.

Jacob lalu menuju kamar yang berisi lemari pakaian di samping kamar mandinya.

Namun saat baru masuk pria itu segera disuguhkan pemandangan punggung polos seputih susu yang sangat indah.

“Shit!” erang Jacob mengumpat dalam hatinya. “Ngapain wanita jelek ini ada di sini!”

Pria itu menahan langkahnya untuk masuk lebih dalam lagi.

Namun, ada sesuatu yang bergetar di hatinya saat mendengar lenguhan wanita muda yang sudah resmi menjadi istrinya itu.

“Uugh …!” erang Naftalie yang kini memutar tubuhnya sedemikian rupa sehingga gaun ketat yang dia kenakan jadi naik sehingga sebagian dari bokongnya yang bulat terangkat juga dua bongkah gunungnya dari bagian atas.

“Ngapain kamu?” sentak Jacob membuat gadis itu melompat sedikit karena kaget. Dengan cepat wanita itu berusaha untuk menutupi tubuhnya yang terbuka dengan bodohnya.

“Anu … anu …”

Seperti biasa Naftalie seperti orang gagap jika berhadapan dengan Jacob.

“Aku nanya, kamu ngapain?!” Tatapan mata Jacob yang tajam membuat Naftalie menyesal masuk ke ruangan pakaian itu.

Sebenarnya Naftalie hanya mau melepaskan dirinya dari gaun konyol yang dipaksa Ed untuk dia kenakan tadi.

Namun, sialnya rambutnya yang panjang lebat itu malah terjepit resleting gaun. Dari tadi Naftalie sudah mencoba untuk melepaskannya tapi malah rambutnya terlilit semakin banyak dan kini rasanya rambutnya mau lepas.

“Rambutku,” erang wanita itu dengan suara lirih. Sebenarnya dia sama sekali tak mau meminta bantuan Jacob, tapi hanya suaminya itu yang ada. Hal ini sangat memalukan.

“Rambut?”

Jacob memandang tubuh gadis itu yang membuat tua bangka di pesta tadi lupa diri. Jawaban Istrinya itu sama sekali di luar dugaannya.

Jacob bukan anak kemarin sore yang tak pernah bermain cinta, dia sudah hapal cara-cara murahan wanita untuk menggodanya. Mereka sering menggeliat untuk memperlihatkan tonjolan- tonjolan di tubuh mereka yang membuat lutut pria gampangan luluh.

Tapi, tidak dengan Jacob. Dia bukan pria yang mudah dirayu.

Hanya saja, mengapa sekarang tatapannya tak bisa beralih pada sosok tubuh di hadapannya? Rintihan wanita itu juga membuat dirinya tak bisa mengabaikannya.

“Dasar bodoh, baju model gini dipake!” dengusnya lalu dengan tak sabar menarik pundak istrinya untuk melihat sumber kekacauannya di mana.

“Awww!” erang wanita itu segera memekik saat rambutnya semakin ketarik.

“Diem dong, baru juga mau diliat!” dengus Jacob mencoba mengabaikan jeritan Naftalie yang sangat sensual itu.

Dengan kesal pria itu menunduk dan menyadari kalau ucapan wanita itu benar, rambutnya yang merah itu terlilit masuk ke dalam resleting gaunnya.

“Aarrh … pelan-pelan!” isak Naftalie mencoba melihat apa yang suaminya lakukan, tapi pandangan mata mereka kembali bertemu, dan lututnya tiba-tiba bergerak yang membuat Naftalie jatuh ke lantai dan menimpa Jacob.

“Wanita gila!” geram Jacob sambil mendorong Naftalie berguling ke samping.

“Awww sakit tau!” isak Nat sambil memegang kepalanya. Itu yang wanita itu takutkan rambutnya benar-benar tercopot sekarang. Tanpa sadar wanita itu menatap ke arah Jacob dengan marah.

“Kenapa kamu lihat aku kayak gitu!” tanya Jacob dengan kesal.

Bukankah sudah bagus dia mau bantu Naftalie?

“Nggak … aku nggak liat!” desah Naftalie kesakitan sambil memegang kepalanya.

“Kamu sengaja jatohin badan kamu!” ujar Jacob lagi sambil berusaha berdiri menjauhi Naftalie.

Tapi sepertinya semua itu malah membuat handuk yang tadi dililit asal oleh Jacob terbuka.

Srak!

Seuntai kain basah itu jatuh ke lantai membuat kedua insan itu kembali saling pandang.

Jantung Naftalie berdebar kencang. Walau tak mau, tapi pandangannya tetap ke arah Jacob dan karena itu, dia melihat semuanya.

Semuanya....

Jacob sontak terperanjat.

Sambil memaki Jacob segera menarik handuk itu dan mengenakannya lagi. “Pergi kamu dari sini!” geramnya.

Meski Naftalie adalah istrinya dan mereka bertugas untuk membuat anak, tapi Jacob sama sekali tidak siap untuk memperlihatkan bagian terpribadi dari dirinya itu pada Naftalie.

Tidak sekarang!

Sementara itu, Naftalie terkesiap kaget mendengar bentakan Jacob.

Untungnya karena tadi dia terjatuh, rambutnya kini sudah terbebas dari resleting.

Dengan jantung berdebar kencang, wanita itu pun lari menuju kamar mandi.

Jantungnya terasa mau terlepas saat dia menutup pintu kamar mandi.

“Air dingin … aku butuh mandi air dingin,” erang wanita itu sambil menatap wajahnya di cermin wastafel.

Pipinya memerah karena semua kejadian tadi. Berdekatan dengan Jacob saja sudah membuat napasnya sesak, apalagi karena melihat jagoannya.

Wajahnya terasa panas karena malu.

Begini saja sudah malu, bagaimana dengan malam pertamanya nanti?

Haish!

“Astaga!” erang Naftalie sambil mengusap wajahnya dengan air dingin, "tapi, kenapa itu besar sekali...."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status