“Malam pertama,” desah Naftalie berulang-ulang dalam hatinya seusai resepsi berakhir.
Bahkan, ketika sepanjang jalan menuju rumah besar milik Jacob, jantungnya berdebar kencang.
Jemarinya juga basah karena gugup.
“Kami sudah menikah dan nggak ada lagi alasannya untuk menolak.”Naftalie terus berbicara di dalam hatinya dengan panik sambil berusaha tak mengganggu suami barunya yang hanya duduk diam sepanjang perjalanan.Sungguh, Naftalie takut kalau tiba-tiba Jacob mencercanya lagi.Tapi, tidak seperti yang Naftalie pikirkan, pria itu tak berkata apa-apa. Bahkan, hingga mereka sampai rumah.Anehnya .... rumah besar itu kosong.Brak!
Tanpa bicara, Jacob membuka pintu dan berjalan menuju kamarnya. Pria itu benar- benar memperlakukan seakan Naftalie tidak ada.
“Astaga,” desah Naftalie dalam hati dengan resah. Diikutinya sang suamin dengan jantung berdebar kencang.
Naftalie pun bisa menghela napas lega.
Dia lantas duduk di meja rias dan mulai melepaskan perhiasan yang di pasangkan kepadanya. Mulai dari tiara, anting dan gelang berlian. Semua itu Naftalie kembalikan ke kotaknya.
Naftalie melepaskan gelungan rambutnya dan mulai menghapus riasannya.Walau berusaha tenang, tapi berulang kali, wanita cantik berambut merah itu melirik ke kamar mandi.
“Dia sedang apa sih?” tanyanya dengan was-was.****“Cih! Wanita itu berlagak sekali mentang-mentang berhasil menikah denganku!” desis Jacob sambil mengguyur tubuhnya dengan air hangat. “Bajunya bahkan kelewat seksi!'"Emangnya nggak ada baju yang lebih elegan dari tadi?” omelnya lagi kala teringat si tua bangka Rei yang sampai keluar liurnya melihat Naftalie dan membuatnya muak.
Dia sungguh tak habis pikir.
Bagaimana bisa Jason sampai segitu tergila-gila dengan wanita macam Naftalie?
Bahkan, Jacob kini merasa tubuhnya kotor setelah seharian harus menyentuh wanita itu.
Tak lama, pria itu pun selesai mandi dan keluar begitu saja dengan hanya melilitkan handuk di pinggangnya.Jacob lalu menuju kamar yang berisi lemari pakaian di samping kamar mandinya.
Namun saat baru masuk pria itu segera disuguhkan pemandangan punggung polos seputih susu yang sangat indah.
“Shit!” erang Jacob mengumpat dalam hatinya. “Ngapain wanita jelek ini ada di sini!”Pria itu menahan langkahnya untuk masuk lebih dalam lagi.
Namun, ada sesuatu yang bergetar di hatinya saat mendengar lenguhan wanita muda yang sudah resmi menjadi istrinya itu.“Uugh …!” erang Naftalie yang kini memutar tubuhnya sedemikian rupa sehingga gaun ketat yang dia kenakan jadi naik sehingga sebagian dari bokongnya yang bulat terangkat juga dua bongkah gunungnya dari bagian atas.“Ngapain kamu?” sentak Jacob membuat gadis itu melompat sedikit karena kaget. Dengan cepat wanita itu berusaha untuk menutupi tubuhnya yang terbuka dengan bodohnya.“Anu … anu …”Seperti biasa Naftalie seperti orang gagap jika berhadapan dengan Jacob.“Aku nanya, kamu ngapain?!” Tatapan mata Jacob yang tajam membuat Naftalie menyesal masuk ke ruangan pakaian itu.Sebenarnya Naftalie hanya mau melepaskan dirinya dari gaun konyol yang dipaksa Ed untuk dia kenakan tadi.Namun, sialnya rambutnya yang panjang lebat itu malah terjepit resleting gaun. Dari tadi Naftalie sudah mencoba untuk melepaskannya tapi malah rambutnya terlilit semakin banyak dan kini rasanya rambutnya mau lepas.“Rambutku,” erang wanita itu dengan suara lirih. Sebenarnya dia sama sekali tak mau meminta bantuan Jacob, tapi hanya suaminya itu yang ada. Hal ini sangat memalukan.“Rambut?”Jacob memandang tubuh gadis itu yang membuat tua bangka di pesta tadi lupa diri. Jawaban Istrinya itu sama sekali di luar dugaannya.Jacob bukan anak kemarin sore yang tak pernah bermain cinta, dia sudah hapal cara-cara murahan wanita untuk menggodanya. Mereka sering menggeliat untuk memperlihatkan tonjolan- tonjolan di tubuh mereka yang membuat lutut pria gampangan luluh.Tapi, tidak dengan Jacob. Dia bukan pria yang mudah dirayu.Hanya saja, mengapa sekarang tatapannya tak bisa beralih pada sosok tubuh di hadapannya? Rintihan wanita itu juga membuat dirinya tak bisa mengabaikannya.
“Dasar bodoh, baju model gini dipake!” dengusnya lalu dengan tak sabar menarik pundak istrinya untuk melihat sumber kekacauannya di mana.“Awww!” erang wanita itu segera memekik saat rambutnya semakin ketarik.“Diem dong, baru juga mau diliat!” dengus Jacob mencoba mengabaikan jeritan Naftalie yang sangat sensual itu.Dengan kesal pria itu menunduk dan menyadari kalau ucapan wanita itu benar, rambutnya yang merah itu terlilit masuk ke dalam resleting gaunnya.“Aarrh … pelan-pelan!” isak Naftalie mencoba melihat apa yang suaminya lakukan, tapi pandangan mata mereka kembali bertemu, dan lututnya tiba-tiba bergerak yang membuat Naftalie jatuh ke lantai dan menimpa Jacob.“Wanita gila!” geram Jacob sambil mendorong Naftalie berguling ke samping.“Awww sakit tau!” isak Nat sambil memegang kepalanya. Itu yang wanita itu takutkan rambutnya benar-benar tercopot sekarang. Tanpa sadar wanita itu menatap ke arah Jacob dengan marah.“Kenapa kamu lihat aku kayak gitu!” tanya Jacob dengan kesal.Bukankah sudah bagus dia mau bantu Naftalie?
“Nggak … aku nggak liat!” desah Naftalie kesakitan sambil memegang kepalanya.“Kamu sengaja jatohin badan kamu!” ujar Jacob lagi sambil berusaha berdiri menjauhi Naftalie.Tapi sepertinya semua itu malah membuat handuk yang tadi dililit asal oleh Jacob terbuka.Srak!Seuntai kain basah itu jatuh ke lantai membuat kedua insan itu kembali saling pandang.
Jantung Naftalie berdebar kencang. Walau tak mau, tapi pandangannya tetap ke arah Jacob dan karena itu, dia melihat semuanya.Semuanya....Jacob sontak terperanjat.Sambil memaki Jacob segera menarik handuk itu dan mengenakannya lagi. “Pergi kamu dari sini!” geramnya.
Meski Naftalie adalah istrinya dan mereka bertugas untuk membuat anak, tapi Jacob sama sekali tidak siap untuk memperlihatkan bagian terpribadi dari dirinya itu pada Naftalie.
Tidak sekarang!Sementara itu, Naftalie terkesiap kaget mendengar bentakan Jacob.Untungnya karena tadi dia terjatuh, rambutnya kini sudah terbebas dari resleting.
Dengan jantung berdebar kencang, wanita itu pun lari menuju kamar mandi.Jantungnya terasa mau terlepas saat dia menutup pintu kamar mandi.
“Air dingin … aku butuh mandi air dingin,” erang wanita itu sambil menatap wajahnya di cermin wastafel.
Pipinya memerah karena semua kejadian tadi. Berdekatan dengan Jacob saja sudah membuat napasnya sesak, apalagi karena melihat jagoannya.Wajahnya terasa panas karena malu.Begini saja sudah malu, bagaimana dengan malam pertamanya nanti?Haish!“Astaga!” erang Naftalie sambil mengusap wajahnya dengan air dingin, "tapi, kenapa itu besar sekali...."
Wanita itu sudah sengaja untuk mandi berlama-lama. Namun selama-lamanya dia mandi tetap saja dia harus keluar ke kamar itu. Akhirnya sambil menguatkan dirinya naftali masuk kembali ke kamar utama setelah mengambil baju tidur tersopan yang ada. Sialnya kimono dari satin kemarin sudah menghilang. Padahal Naftalie sudah menyimpannya kembali karena hanya itu pakaian tidurnya yang sopan, hanya itu, lainnya terlalu banyak lobang angin.Sambil mengerang wanita itu mengambil pakaian dari satin berwarna putih dengan tali spaghetti dan celana yang teramat pendek berwarna senada. Di bagian dadanya ada hiasan bunga-bunga kecil dari renda.Sebenarnya pikirannya tidak tertuju pada pakaian tidurnya lagi, setelah tadi mereka berciuman di tengah pesta dan pria itu memeluknya untuk melepaskan rambutnya yang tersangkut hal yang terakhir terjadi benar-benar di luar dari bayangan Naftalie.“Malam pertama, hari ini adalah malam pertama.” Kata-kata itu kembali berulang di kepala Naftalie terlebih setelah
Lagi- lagi Naftalie terbangun karena ada tangan berat yang memeluknya. Keningnya segera berkerut dengan bingung. “Bukankah aku tidur di sofa semalam? Tapi kenapa sekarang aku di atas tempat tidur?” tanyanya dalam hati sambil memperhatikan sekitarnya. Jelas dia sudah tidak di sofa lagi sekarang karena dia bisa mendengar dengkur suaminya dengan jelas.Kali ini Naftalie takut bergerak karena takut membangunkan Jacob lagi. Wanita itu tak mau kejadian kemarin terulang kembali. Namun, berada dalam pelukan pria itu rasanya seperti sedang menginjak perangkap tikus, begitu dia bergerak pria itu bisa mencengkramnya tiba- tiba seperti kemarin pagi.Napas pria itu terasa di tengkuk Naftalie, hangat dan berat.“Ooh, aku harus pipis!” pekik Naftalie dengan kesal pada dirinya sendiri. Namun, sebelum wanita itu sempat melakukan apa-apa, tiba-tiba Jacob menariknya mendekat dan menjadikan dia seperti guling. Kini bibir tebal pria itu benar-benar menempel di tengkuk Naftalie dan hal itu segera membu
Wanita itu seenaknya saja terus mendorong Jacob semakin ke tepi tempat tidur. Dengan kesal pria itu menahan tubuh kurus itu dengan tangannya, tapi wanita itu malah masuk dalam pelukannya.Awalnya Jacob mau menendang wanita itu turun dari tempat tidur tapi lagi-lagi tatapan matanya tertumpu ke bekas kebiruan di leher wanita itu.Akhirnya pria itu mendesah dan mencoba menutup mata. Walau kesal kehangatan tubuh kurus yang ada dalam pelukannya ternyata menbuat Jacob yang biasanya sulit tidur menjadi mengantuk dan tertidur.Tapi pagi ini Jacob tak bisa menahan gairah kelaki-lakiannya saat wanita itu terus mendorong bokongnya yang bulat ke arah jagoannya. “Bukankah mereka sudah suami istri? Kemarin bukannya dia bilang hari terakhir minggu lalu, jadi sekarang seharusnya dia subur!”“Kelakuannya juga memang seakan mau dihajar!” geram Jacob saat Naftalie mengerang saat bibirnya mengenai cerukan leher wanita itu.“Kamu yang minta kan! Lepas semua! Aku mau lihat!” titah pria tampan itu sambil me
Jantung Naftalie berdebar kencang sekali, sepertinya pria itu benar-benar tak menerima penolakannya. Dengan cepat namun terstruktur, pria itu mulai memperdayai Naftalie membuatnya lengah dan tak berdaya dengan segala sentuhannya.Berulang kali Naftali merasa seakan terkena aliran listrik entah dari mana. Wanita itu merasa panas, dan merinding dalam waktu yang bersamaan. Semua sentuhan suaminya membuat Naftalie mengeluarkan suara-suara aneh dari dalam dirinya, yang dia tak pernah dia sangka bisa dia keluarkan. “Ada yang salah pada diriku! Nggak seharusnya aku merintih seperti ini!” isak Naftalie dalam hati saat pria itu memindahan bibirnya dan mulai menyesap puncaknya yang sebelah lagi.Naftalie menggeliat dan menekuk tubuhnya. Sekujur tubuhnya bergetar karena semua rangsangan yang Jacob berikan membuat gelitik yang teramat nikmat yang tak dapat lagi Naftalie tahan. Wanita itu memekik memanggil nama suaminya.“Jacob!”“Kenapa panggil namaku?” desis pria itu dengan geram lalu tiba- tib
Setelah pria itu pergi, Naftalie kembali masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Wanita itu benci pada dirinya sendiri, karena terus berharap kalau suaminya akan kembali datang masuk ke kamar tidur mereka.Namun ternyata, sampai pagi menjelang pria itu tidak pernah masuk kembali. Seharusnya Naftalie bisa tidur kembali, tapi nyatanya wanita itu menjadi pusing karena kurang tidur.Dengan kepala terasa berputar, wanita itu mengganti baju dan keluar untuk sarapan. Jantungnya berdebar kencang karena berpikir akan bertemu dengan suaminya. Tapi pria itu menghilang secara misterius. “Mungkin dia kerja, buat apa dia ada dirumah?” pikir Naftalie dalam hati sambil mulai makan. Semua kegiatan panas di pagi hari tadi membuat perutnya kelaparan. Sepanjang sarapan wanita itu mengulang apa yang terjadi tadi, pikirannya mengulang-ulang semua yang Jacob lakukan pada dirinya. Kini Naftalie merasa sangat malu. Seharusnya dia menolak Jacob. Seharusnya pria itu menepati janjinya. Wanita itu mengu
Pria itu tak bicara sampai Naftalie menutup pintu kamar mereka. “Kamu bisa berias kan?” tanya pria itu tiba-tiba. Kening Naftalie berkerut tebal karena bingung dengan pertanyaan Jacob yang aneh.Selama berjalan tadi Naftalie mengira kalau dia akan dimarahi karena berani-berani berjalan-jalan di dalam rumah Jacob dan masuk ke kamar Jason, atau mungkin Jacob akan membicarakan tentang peristiwa tadi pagi yang gagal. Tapi setelah bertanya, pria itu malah terus berjalan masuk ke kamar yang berisi lemari baju mereka Dengan bingung Naftalie segera mengikuti pria bertubuh tinggi itu masuk ke kamar baju mereka. Pria itu membuka lemari dan mengeluarkan gaun hitam buat Naftalie.I“Pakai ini,” desah pria itu sambil melirik sedikit ke arah Naftalie. Naftalie menerima gaun yang diberikan oleh Jacob dengan terkejut. Tapi lebih terkesiap saat pria itu mendekat dan menyentuh rahangnya tiba-tiba.Pria itu terlalu dekat, sampa-sampai napasnya pun mengenai wajahnya Naftalie.Bola mata biru tua mili
Naftalie memandang gaunnya, ada sedikit kusut di suatu sisi sehingga berulang kali dengan gugup Naftalie meluruskannya dengan jemarinnya.Lagi-lagi Jacob hanya diam dan memandang lurus ke depan. Namun kali ini berbeda, tidak ada Ed. Mereka benar-benar berdua saja. Naftalie bukanlah seorang wanita cerewet. Dia tak banyak bicara karena sebagai anak tunggal dia terbiasa hanya berbicara dalam hati. Tapi keheningan seperti sekarang membuat jantungnya berdebar sangat kencang.Rasanya aja seperti harus berbicara sesuatu apa saja tetapi lehernya tercekat begitu melihat wajah dingin suaminya. Ternyata selama dia melamun tadi suaminya memperhatikan dirinya. “Nanti kalau ditanya jawab saja kalau kita teman dari kecil,” ucap Jacob sambil terus menyetir mobil.“I- iya,” jawab Naftalie kembali mencicit. Jemarinya kembali sibuk meluruskan tepian gaunnya karena gugup.“Jangan gagap, makin keliatan bodohnya kamu!” desis Jacob kesal. Dalam sepengetahuannya, Naftalie tidak ada penyakit gagap, tapi ken
Sambil berjalan terseret-seret, Naftalie mengikuti Jacob menuju ruang makan. Pria itu terus memeluk pinggangnya sampai Naftalie mau terjatuh. “Aww romantisnya, sampai nggak mau dilepas istrinya,” kikik salah satu wanita bergaun sangat tipis yang membuat Naftalie malu melihatnya. Mendengar ucapan itu Jacob tersenyum tipis. “Maklum takut kabur, dibawa orang ya? Pengantinmu cantik sekali Jacob,” ujar seorang wanita lain dengan berpakaian sopan. Wanita itu segera menarik perhatian Naftalie, karena penampilannya yang sopan, tidak seperti wanita lain yang berpakaian kurang bahan dan tak sesuai dengan umur mereka. “Malam, Auntie Dora,” ujar Jacob dengan wajah melembut. Naftalie memperhatikan perubahan di wajah suaminya dan segera ikut menyalami wanita anggun itu. “Naftalie, kalau nggak salah ya?” tanya wanita itu sambil menyentuh pundak Naftalie. “Iya … tapi boleh panggil Nat saja,” jawab Naftalie sambil tersenyum. “Kamu manis sekali, harus hati- hati kamu nanti dimakan singa betina,”