Tanpa sadar Clau meneteskan air mata, dadanya begitu sesak dan perih. Ia tersentak karena seseorang tiba-tiba duduk di samping kursinya.“Kau sedih karena suamimu tidak datang?”Saat itu juga Clau tersadar dari lamunan dan bayang-bayang menegangkan. Dadanya naik turun, bulir keringat menghiasi wajah cantiknya. Clau bisa bernapas lega sebab semua bukan kenyataan, buktinya dia tetap baik-baik saja, spontan membelai perut datar. Pemandangan ini pun tidak luput dari sepasang manik abu-abu.“Arjuna? Kamu?” Clau menyipitkan mata menelaah garis wajah serta suara yang tidak asing.“Ya. Kenapa? Tidak suka?” Arjuna tampak santai.“Bukannya di luar negeri?”“Ini acara keluarga dan perusahaan, apa aku tidak boleh datang?” Clau bergeming masih terbawa emosi karena pikiran buruknya beberapa saat lalu. Bahkan menatap ulang layar ponsel, pesan Clara diabaikan begitu saja. Beruntung Clau tidak mengikuti perasaan, otak lebih dulu mencerna sehingga tidak menemui Clara.Namun sekarang Clau bertanya-tan
Di kamar luas dengan ranjang berukuran besar dan pemandangan gelap Kota Zurich mendominasi. Clau menapakkan kaki di atas karpet tebal, perutnya bergejolak luar biasa. Sejenak melirik sisi kosong kasur, tampak rapi dan dingin.“Sudah pasti dia menemui Clara.” Gumamnya seraya tersenyum penuh luka.Usai puas menumpahkan isi perut berisi cairan bening dan kuning. Clau melangkah menuju lantai 1, berpegangan erat pada railing karena minim cahaya. Dilanda rasa lapar, Clau membuka lemari pendingin menyambar persediaan buah-buahan. Hingga bahunya bergerak, terkejut sebab sepasang lengan kekar mendadak melingkar di atas perut. Hembusan napas hangat menyapa tengkuk, rambut halus pada rahang bergesekan dengan kulit bahu Clau. Karena memakai asal kimono dan tidak mengikatnya. “Belum tidur?” suara serak Arjuna.Clau menggeleng pelan, tetap fokus pada pisau dan beberapa buah-buahan. Namun siapa sangka Arjuna merebut benda tajam itu. Mengupas dan memotong buah, tanpa merubah posisi intim ini.“Aku
“Ibu …”Clau menangis sendirian di depan ICU, petugas melarangnya masuk. Ia duduk di atas lantai dingin rumah sakit, menekuk lutut dan menundukkan kepala. Emosinya kacau balau, Clau tidak menyangka Laras mengetahui lebih cepat rahasia yang disimpan rapat-rapat.Sesekali menegakkan kepala menatap pada pintu kaca besar. Menunggu kedatangan suaminya, karena Arjuna terlalu lama pergi.Clau menyeka air mata melihat dokter keluar dari ruangan. Segera menembak beragam pertanyaan terkait kesehatan ibunya. Lebih memilukan lagi, kini kondisi Laras terjun bebas, jantungnya melemah. Beberapa alat bantu terpasang pada tubuh lemah itu.“Nyonya?”“Pak Givano?”Asisten pribadi itu tergopoh-gopoh, Givano langsung meninggalkan rapat usai mendapat tugas penting. Arjuna memerintah asisten pribadi untuk menjemput Clau di rumah sakit. Sedangkan dia mengantar Clara pulang, karena wanita itu mendadak mengamuk ketika Arjuna hendak kembali masuk. “Nyonya Tuan bilang kalau –“ Givano menggantung kalimatnya kare
Arjuna mengulur waktu pulang ke penthouse, mobil sport merah itu melaju menuju taman tengah kota. Dalam keadaan sunyi sepi dan minim cahaya, Arjuna sabar membimbing Clau berjalan. Tak ingin Clau tersandung atau terjatuh, akibat dirinya lalai menjaga istri dan calon anak.Sebelum duduk, Arjuna menyampirkan baju hangat pada bahu Clau. Lantas mengamati keadaan, merasa aman Arjuna mulai menggenggam kedua tangan Clau.“Terima kasih.” Clau memulas senyuman manis.“Terserah kamu mau percaya atau tidak, tapi kamu tahu apa yang terjadi 2 tahun lalu.” Garis wajah berjuta pesona itu menunjukkan tanda serius.“2 tahun yang lalu?” Clau mengerutkan kening, bola matanya memutar ke atas mencoba berpikir. “Apa ya? aku tidak tahu.”“Ingatanmu benar-benar buruk Claudya! Aku heran kenapa bagian SDM bisa menerima pegawai abal-abal sepertimu.” Tawa mengejek Arjuna.“Hey! Aku diterima dengan kemampuanku. Apa yang terjadi Tuan eh Arjuna?” Clau menajamkan telinga, mengatur napas agar tidak merusak pendengaran
Selepas mengantar sang istri ke penthouse dan memastikan Clau tidur aman serta nyaman. Arjuna melesat cepat menuju kantor karena terjadi kerusuhan akibat ulah Clara mengamuk.Wanita yang kini menjadi kekasihnya itu, sengaja membuat kekacauan demi meraih perhatian Arjuna. Beruntungnya Givano sigap tanggap meringkus Clara, sebab petugas keamanan tidak kuasa menyentuh wanita sang Bos.“Apa maumu Clara? Bukankah aku sudah bilang kalau aku dan adikmu menjalani pernikahan kontrak?!”“Iya Arjuna, tapi sampai kapan? Aku tidak bisa seperti ini terus. Nikahi aku sekarang juga!”“Kamu jangan gila Clara! Atas perbuatan ini sudah pasti kedua orangtuaku tidak setuju, seharusnya kamu tenang dan sabar!” bentak Arjuna pertama kali.“Sabar? Sampai kapan? Kamu saja bisa menghamili adikku jangan-jangan kamu mencintainya iya kan?” Clara bangkit dan memukul dada bidang Arjuna.Arjuna memijat pelipis, rencananya tidak berjalan lancar. Clara membuat skandal hubungannya dengan Clau hampir terbongkar.“Givano
Tadinya menunggu Arjuna sampai selesai rapat adalah keinginan Clau. Tetapi kejadian tidak terduga dari ponsel Clara. Walaupun Clau tahu kakaknya sengaja meninggalkan benda pipih di atas ranjang. Suara dalam rekaman itu murni milik Arjuna bukan pria lain.Ternyata ketakutannya selama beberapa hari ini terbukti. Arjuna memang hanya mempermainkan perasaannya, perhatian yang ditujukan sebatas peduli atas keberadaan janin.Dengan tangan bergetar dan muka merah padam menahan amarah. Clau meletakkan ponsel ke dalam tas, kakinya melangkah pergi tanpa pamit. Bertepatan pintu didorong, Clau menabrak tubuh kekar Givano.“Nyonya? Kenapa? Apa ada yang sakit? Saya bisa panggilkn Tuan Caldwell.” Panik asisten berkacamata tebal itu. Tidak memedulikan berkas tercecer di lantai.“Tidak perlu Pak Givano. Permisi.”Bagaimanapun Clau menutupi wajah sembab tetap saja para pegawai bisa melihat. Gosip miring bahkan cibiran pedas mampir ke telinga Clau. Semua kalimat menyebalkan itu tidak sebanding dengan luk
Clau menundukkan wajah, tidak berani menatap wanita cantik di depannya. Tatapan bola mata hitam itu memindai Clau dengan penuh tanda tanya. Beralih kepada Arjuna menghunuskan permusuhan.“Aku bisa menjelaskan. Jangan di sini. Kita pulang.” Anehnya sudah tahu tertangkap basah, Arjuna tetap menggendong Clau sampai parkiran.“Dasar anak kurang ajar! Arjuna Caldwell kenapa kamu diam saja, hah?!” memukuli punggung Presdir Cwell Group menggunakan tas.Jujur saja Clau ingin membantu tetapi tidak kuasa melawan Nyonya Besar Caldwell. Hanya bisa meringis membayangkan betapa sakitnya punggung sang suami. Arjuna yang tampak gagah dan garang bertekuk lutut di bawah kaki ibunya. Clau bisa melihat sorot mata permintaan tolong, sayangnya ia menggeleng lemah sebagai jawaban.“Katakan dasar anak nakal! Apa dia kekasihmu? Kamu ini kan punya mulut, jawab Arjuna!” bentak Nyonya Besar Caldwell.“Sebaiknya bicarakan di mansion.” Arjuna mengusap bahu dan punggung, lalu menggandeng tangan Clau dan membawa mas
“Maaf.” Cicit Clau mengamati Arjuna.“Bukan salahmu! Tunggu di sini sebentar lagi kepala pelayan mengantar baju ganti.” Arjuna membantu Clau mengenakan jubah mandi, menahan diri agar tidak menyentuh kulit mulus bak pualam itu. Sebelum ke kamar mandi, Arjuna memerintah kepala pelayan membeli pakaian untuk sang istri. Memenuhi walk in closet dengan segala keperluan wanita dan khusus ibu hamil. Sedangkan dirinya memaki dinding kaca kamar mandi dan pantulan diri. Melakukan perbuatan yang menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang pria beristri.Pertama kalinya Arjuna mengerang dan memanggil mesra nama ‘Claudya’ usai mendapat pelepasan. Menyandarkan bahu dan tersenyum simpul mengingat betapa manisnya Clau belakangan ini. Sementara Clau telah rapi mengenakan pakaian baru. Ia sempat tercengang melihat beberapa orang masuk ke walk in closet. Merapikan banyak pakaian serta alas kaki dan tas wanita. Clau pikir hanya satu set, rupanya Arjuna benar-benar membeli satu toko baju. Pertama kalinya