kira-kira gemana ya bulan madunya? hihihi
Setelah pesta pernikahan yang digelar sederhana hanya mengundang kerabat dekat, Kevin dan Brigitta memisahkan diri. Pasangan baru itu layaknya anak muda yang menikah dadakan, baik pria atau wanita sama-sama canggung.Sejak tadi, Brigitta selalu meremas tangannya. Bahkan kedua kaki tak kuasa berdiri sebab gemetaran, khawatir terjatuh. Begitupun dengan Kevin, memilih mengguyur diri di bawah air dingin, sebagai seorang pria tidak dipungkiri mengharapkan sesuatu.Namun, saat ini jauh berbeda. Suasana tegang belum menghilang, antara takut dan terharu. Setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, Kevin keluar hanya mengenakan handuk putih. “Umm … Brigitta?” panggil Kevin dengan pemandangan menambah beban kegugupan.Rambut basah Kevin menggoda Brigitta, sayangnya wanita ini tak kuasa untuk bertindak lebih dulu. Cenderung menunggu aksi dari Kevin, layaknya seorang gadis yang baru merasakan indahnya jatuh cinta.“Ya, K-Kevin a-da apa?”“Boleh minta tolong ambilkan bajuku di tas?”“Oh, ya …t
“Apa?” pekik Andreas dan Kevin.Keduanya langsung melirik ruang kamar yang cukup sempit. Benar yang dikatakan Arjuna, kamar asing milik Presdir Cwell. Akan tetapi Andreas menyadari sesuatu, mana mungkin Arjuna tidak menyewa presidential suite.“Ini bukan kamarmu!” Andreas melotot dan menunjuk ke segala arah.“Siapa yang melakukan ini?!” Arjuna geleng-geleng kepala membenarkan tanggapan sahabatnya.“Mungkin para istri yang membawa kita ke kamar karena mabuk.” Jawaban Kevin paling masuk akal.Segera Arjuna bangkit dari kasur, merapikan penampilan dan memandang jijik. Sungguh rasanya alergi satu ranjang bersama Andreas dan Kevin, ia melepas jas lalu membersihkan diri dari debu. “Hey, tidak perlu berlebihan!” Andreas berteriak di dalam kamar.“Aku tidak pernah satu ranjang dengan pria kecuali Daddy-ku. Kalian berani sekali! Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Mereka benar-benar meminta hukuman rupanya.” Arjuna mengepalkan tangan tidak sabar bertemu Clau.Arjuna melirik jam tangan, k
“Di mana Arjuna dan adik ipar? Kenapa dia lama sekali, jangan-jangan memilih menginap di villa? Ck dasar tidak kompak.” Geram Andreas.“Memangnya kenapa? Biarkan saja, mereka juga bisa datang ke sini sesuka hati, lokasi villanya tidak jauh.”“Tunggu! Dari mana kamu tahu kalau villa Arjuna jaraknya dekat? Apa kalian—“ pikiran Andreas melayang ke segala arah.Clara segera membungkam mulut suaminya, susah payah sebelah tangan bergerak. Ia tidak ingin membuka lembaran masa lalu, baginya sekarang hanya ada Andreas dalam hati bukan pria lain.Apalagi Clara dan Arjuna pernah menjalin kasih selama dua tahun. Dapat dipastikan jika keduanya bepergian berdua, begelung di atas ranjang dan saling menyebut mesra nama pasangan.Seketika wajah Andreas berubah merah padam. Dadanya bergemuruh, tangannya pun mengepal sempurna, isi kepalanya membayangkan hal itu.“Andreas sudahlah itu ‘kan masa lalu, aku juga tidak pernah mempermasalahkan kamu sering membayar wanita lain.” “Tapi Clara, itu beda! Aku mela
Setelah puas menikmati waktu berduaan di bibir pantai, Arjuna dan Clau bergegas kembali ke penginapan terapung. Hari semakin larut dan Arjuna teringat, istrinya belum menyantap makanan apapun. Penampilan Clau sangat berantakan, tidak mengenakan pakaian dalam, hanya kemeja biru kebesaran milik Arjuna. Berjalan tepat di balik punggung, melindungi dari tatapan pengunjung lain.Meskipun sepi Clau tetap tidak nyaman, berkeliaran hanya dengan sehelai pakaian saja. Alhasil tubuh Arjuna yang bertelanjang dada menjadi tameng.“Di sini sepi sayang, tidak ada siapapun. Mereka semua pasti sibuk dengan urusan masing-masing.” Arjuna terkekeh pelan.“Tapi … bagaimana kalau tiba-tiba ada yang keluar dari kamar? Aku malu Arjuna, kenapa melakukannya di luar?” Clau menunduk hingga menambrak punggung kekar sang suami.Ternyata Arjuna menghentikan langkah kaki. Mendengar penyesalan dari mulut Clau membuatnya tersenyum kecil, dan tidak tahan untuk melakukan kegiatan panas lagi. “Bukankah tadi kamu yang me
“Tandatangani suratnya dan buat rekamannya sekarang!” perintah seorang pria menggunakan kemeja putih, tuksedo hitam, serta dasi kupu-kupu menambah ketampanannya semakin bertambah berkali-kali lipat. Tapi sayang semua hanya cangkang untuk menutupi kekejaman yang dilakukan.Di atas sofa putih besar seorang wanita menggunakan dress panjang berwarna senada tengah duduk. Memegang berlembar-lembar surat perjanjian serta pena, jangan lupa kamera yang merekam setiap gerak geriknya. Claudya Stewart menelan saliva yang terasa kelat, berulang kali menutup mata dan mengembuskan napas, begitu berat jemarinya menorehkan tinta pada surat perjanjian pranikah. Poin-poin tercatat di dalamnya sama sekali tidak menguntungkan bagi Clau, terkesan merugikan. Tapi ia bisa apa selain menerima dengan lapang dada, berharap calon suaminya –Arjuna, kelak memperlakukan dirinya sebaik mungkin.“Baik Tuan, saya tandatangani. Tapi … bisakah uangnya dikirim hari ini? Ibu saya memerlukan secepatnya.” Claudya mendongak
Tiga bulan berlalu, kehidupan pernikahan Clau berjalan di tempat. Tak pernah sekalipun Arjuna memerhatikan, menyayangi selayaknya suami kepada istri. Pria itu hanya memerlukan Clau ketika sisi primitifnya datang, saling bersatu berbagi peluh dan lenguhan. Tapi sayang tidak ada perasaan cinta tersemat ketika melakukannya.Setiap bulan Clau harus merasakan kulitnya yang sakit tertusuk jarum suntik berisi cairan pencegah kehamilan. Tak hanya itu, ia pun menderita alergi khusus usai menerima obat, hingga mengkonsumsi banyak penawar agar dirinya terbebas dari penderitaan. “Sebaiknya Nyonya diskusi dengan Tuan Caldwell menghentikan suntik KB sementara waktu dan melakukan program kehamilan. Saya bisa bantu menjelaskan.” Terang dokter sembari mencatat resep dan memberikannya kepada Clau.Clau hanya tersenyum miris mendengar saran dokter, “Memiliki anak dariku? Aku tidak mau kelak anakku menderita karena ayahnya tidak menginginkan kehadirannya.” Batin Claudya teriris perih mengingat bagaimana
Seketika raga Claudya membeku, sedingin es, tangannya berkeringat dingin. Tidak sanggup merotasi tubuh hanya untuk melihat kedatangan suaminya. Benar saja apa yang ditakutkan, Arjuna mengetahui segala perbuatannya. Lihat sekarang, pria itu sudah berdiri di sisi Claudya, aura membunuh tampak jelas keluar dari dalam diri. Arjuna sedikit mendorong Clau agar menjauh dari Andreas.“Rupanya Tuan Lehman di sini? Sedang apa? Menggoda pegawaiku?” sinis Arjuna seraya melonggarkan dasi dan membuka jas lalu menyerahkan ke tangan Claudya. “Ya bisa dibilang begitu. Anda tidak keberatan kan Tuan Caldwell?” fatalnya Andreas sangat jujur sama sekali tidak menolong Claudya.“Oh ya? Apa wanita itu menerima?” Arjuna melirik Clau yang susah payah menelan saliva.Tawa Andreas mengundang perhatian pengunjung lain, pria casanova itu benar-benar tidak tahu diri. Berkata lugas, “Tentu saja, mana mungkin dia menolakku. Benarkan Nona Claudya Stewart?” Andreas bagai melempar besi panas kepada Clau.“Oh tapi saya
Di depan gedung megah Cwell Group, Claudya nyaris tersungkur ke jalan akibat terlalu tergesa-gesa. Ia tak menyangka siang hari ini menerima kabar mengejutkan dari rumah sakit. Kondisi Laras dikabarkan menurun drastis, padahal kemarin tampak segar bugar. Tetesan kristal bening membanjiri pelupuk mata, disusul peluh mulai menghiasi kening dan mengalir pada punggungnya.“Ibu …”lirih Clau, napasnya pun tersendat-sendat.Cukup lama menunggu, panik tidak mendapatkan taksi online, dirinya gelisah melirik kiri dan kanan sembari meremas gawai depan dada.“Apa aku perlu jalan ke halte? Tapi jauh.” Clau memijat pelipis kian berdenyut nyeri, ditambah sinar matahari musim panas sangat menyorot. Dirinya terus saja menekan aplikasi khusus mencari taksi, hingga akhirnya tangis pun meledak karena ditolak beberapa kali.Menunduk lesu di pinggir jalan, mencoba sekali lagi menggulir layar pada benda pipih. Seketika, Clau terperanjat mendapati satu unit mobil sport keluaran terbaru berhenti tepat di depa