Share

Istri Kontrak Presdir Arogan
Istri Kontrak Presdir Arogan
Penulis: Bluemoongirl

Bab 1. Putus!

"Bagaimana, Sayang? Apa menurutmu aku lebih memuaskan daripada kekasihmu yang sok polos itu?"

"Tentu, kau lebih memuaskan, My Lady. Dan aku sangat menyukai permainanmu."

Langkah Chiara berhenti. Ia meremang begitu mendengar suara dua orang saling bersahutan dari arah kamar Patrick, kekasihnya. Memang samar, tapi ia masih bisa menangkap pembicaraan menjijikkan itu.

Dengan hati perih dan mata yang memanas, Chiara mencoba menguatkan diri. Sebelah tangannya terulur untuk membuka pintu yang ternyata tidak dikunci dari dalam. Sehingga di saat Chiara mendorongnya, pandangannya langsung disambut oleh Patrick yang sedang bergelut mesra dengan seorang wanita tanpa pakaian.

Patrick terlonjak dari posisinya begitu melihat kedatangan Chiara. Pria itu menyambar celananya dan memakainya asal, lantas berderap mendekati Chiara yang tengah mematung dengan wajah mengeras, menahan amarah. "Chiara, kenapa kau ada di sini?"

Chiara mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh. "Harusnya aku yang tanya, apa yang sudah kau lakukan, Patrick?! Besok adalah hari pertunangan kita, tapi kau malah membawa wanita lain di rumahmu!"

Suara Chiara meninggi diikuti tetesan air matanya yang gagal ia bendung. Ia melayangkan satu tamparan keras di pipi Patrick. "Kau brengsek, Patrick! Harusnya aku tak pernah mempercayai pria sepertimu!"

Hati Chiara sungguh terluka. Melihat Patrick berselingkuh di belakangnya, mengkhianati dan menghancurkan kepercayaan yang telah ia berikan pada pria itu.

Patrick mencengkeram tangan Chiara yang hendak menampar pipinya lagi. "Jalang sialan! Harusnya kau tahu diri. Tahu tempatmu. Kau kira aku sudi bertunangan dengan wanita rendahan sepertimu."

Chiara terbelalak, tak percaya dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulut Patrick. Semakin menambah luka di hatinya. "Kenapa kau bicara seperti itu, Patrick?"

Patrick menghempaskan tangan Chiara dengan kasar hingga gadis itu terhuyung dan jatuh ke lantai. "Kau itu tidak pantas bersanding denganku. Kau itu hanya wanita miskin! Jangan kau pikir, aku mau berpacaran denganmu karena aku mencintaimu. Itu bullshit!" ucapnya sambil meludah di sisi Chiara.

"Kau terlalu naif dan bodoh. Mengira aku akan menikah denganmu. Ayolah, bangun dari mimpimu. Aku mendekatimu hanya karena taruhan dengan temanku. Mana ada pria yang mau menikah dengan wanita sepertimu. Sudah miskin, sok polos lagi. Lebih baik kau jual saja tubuhmu itu, " sambung Patrick tersenyum remeh.

Chiara meremas kuat celana yang ia pakai dengan kedua tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. Ia semakin terluka karena semua ucapan Patrick. Lalu, dengan kasar ia menghapus jejak air mata di pipinya, bangkit berdiri, dan menghujam Patrick dengan tatapannya yang penuh kebencian. "Dasar pria brengsek! Aku harap tak pernah melihat wajahmu lagi!"

Chiara berlari keluar dari rumah Patrick dengan berderai air mata. Langkahnya melambat lalu berhenti begitu sudah ada di pinggir jalan. Rasanya kedua kakinya lemas dan tak kuat lagi menahan beban tubuhnya. Chiara terjatuh dan lututnya membentur jalanan aspal. Sakitnya sudah tak ia pedulikan lagi, karena sakit di hatinya lebih parah dari itu.

***

"Chiara!" sentak seorang gadis di sisi Chiara dengan kesal karena ia sudah memanggil Chiara berulang kali, tapi tak mendapatkan respon sama sekali.

Sejak kejadian tadi pagi, Chiara kehilangan konsentrasinya di tempat kerja. Ia lebih sering melamun dan sesekali menangis dalam diam setiap kali mengingat Patrick. Bahkan sekarang pun ia sampai tak mengacuhkan panggilan dari temannya.

"Chiara!"

Chiara mengerjap cepat. "Apa?" tanyanya setelah tersadar dari lamunan.

"Kau disuruh manager untuk mengantarkan pesanan ke meja nomor sepuluh. Makanan akan siap dalam tiga menit lagi. Jangan sampai membuat kesalahan karena orang di meja nomor sepuluh adalah orang yang sangat penting," tukas temannya dengan tegas, lalu pergi meninggalkan Chiara sebelum Chiara memberikan jawaban.

Chiara hanya bisa mendengus pasrah. Ia kemudian berdiri dari kursi, dan melangkahkan kakinya dengan malas menuju side board untuk mengambil pesanan yang akan ia antar ke meja nomor sepuluh. Sesuai yang temannya itu perintahkan.

"Hati-hati saat mengantarkannya," ucap koki dengan suara memperingatkan saat Chiara sudah menunggu di depan side board.

"Iya," balas Chiara mengangguk paham. Ia berbalik sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman. Langkahnya pelan dan penuh hati-hati, sambil menebak-nebak siapa yang duduk di meja nomor sepuluh. Seperti apa orangnya, sampai koki pun menghormatinya.

Begitu Chiara sudah ada di dekat meja nomor sepuluh, matanya menangkap dua orang pria. Keduanya memakai jas formal, dengan tatanan rambut yang rapi. Salah satu dari pria itu tampak sibuk dengan ponselnya, sementara pria yang lain menyuruh Chiara untuk segera bergegas.

"Cepat, kemari! Jangan membuat Tuan Lucas menunggu!" titah pria di depan Chiara.

Chiara mengangguk dan kembali melangkah. Tapi, karena kurang hati-hati ia tersandung kakinya sendiri dan terjatuh. Nampan yang ia bawa terlempar ke meja, membuat makanan dan minuman berceceran di sana. Serta mengotori pakaian dua pria itu.

"Astaga. Aku mengacaukannya," desis Chiara sambil meringis menahan sakit di lututnya yang tadi terluka, dan kini membentur lantai dengan cukup keras.

"Bagaimana sih kau kerjanya?! Kau membuat pakaian Tuan Lucas kotor!"

Chiara bangkit berdiri dan membungkuk dalam. "Maafkan saya, Tuan. Saya tidak sengaja melakukannya."

"Mudah sekali kau bilang maaf! Kau harus ganti rugi!" sentak pria di depan Chiara dengan berkacak pinggang. Tentu, ia marah karena sudah mengacaukan makan siang tuannya dan membuat pakaian mahal yang baru dipakainya itu kotor.

Sementara pria yang disebut sebagai 'Tuan Lucas' itu hanya diam dan meletakkan ponselnya ke meja. Dengan tatapan dingin ia menghentikan pengawalnya. "Cukup, Albert!"

Lucas kemudian melihat Chiara yang terus mengucapkan permintaan maafnya sambil berulang kali membungkuk. Matanya terpaku menatap gadis itu.

Chiara yang mengangkat wajahnya tak sengaja bertemu pandang dengan Lucas. Seketika matanya lumpuh. Lucas sangat tampan. Dengan kulit gelap, mata amber yang menawan, hidung mancung, dan rahang tegas membuatnya serupa dengan mahakarya indah yang dipahat sempurna. Sungguh menawan.

Chiara kemudian mengerjap cepat mendapati tatapan Lucas berubah tajam. "Maafkan saya, Tuan."

"Ada apa ini?" Sang manager restoran berderap mendatangi meja di mana Lucas berada setelah mendengar keributan kecil dari ruangannya. "Apa yang kau lakukan, Chiara?" tanyanya saat melihat makanan dan minuman berserakan, serta pakaian pengunjung istimewanya kotor.

"Maafkan saya. Saya tidak sengaja melakukannya. Saya terjatuh dan...."

"Cukup! Kau dipecat!" ucap sang manager kepada Chiara dengan mata memelotot dan tangan terancung menuju pintu keluar restoran.

"Tapi, saya...."

"Keluar!"

Chiara kehabisan kata-kata untuk membela diri. Ia menahan air matanya, lalu berlari keluar restoran tanpa berucap sepatah kata pun.

Lucas melihat kepergian Chiara dalam diam. Ia masih terpaku pada pintu keluar yang tertutup kembali setelah Chiara melewatinya. Ada perasaan tak nyaman saat ia tadi menatap wajahnya. Mengingatkan Lucas akan seseorang di masa lalu. Mungkinkah dia?

Chiara yang sudah keluar dari restoran membiarkan air matanya jatuh. Ia menangis sesenggukan. Kenapa hidupnya jadi seperti ini? Pertunangannya gagal. Kekasihnya berkhianat. Sekarang, ia dipecat padahal ia sedang memerlukan uang untuk membayar biaya rumah sakit ibunya.

"Mommy... Daddy... apa yang harus aku lakukan? Hikss..." Chiara menutup wajah dengan tangan. Air matanya terus mengalir dengan deras. Hingga tarikan di tangannya membuatnya tersentak kaget.

"Siapa kau?!"

-Bersambung-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status