Rachel menggosok kulitnya dengan lembut membiarkan air hangat meregangkan otot-ototnya yang lelah. Berendam sambil menikmati segelas wine adalah pilihan yang paling tepat untuk pikirannya yang sangat bingung dengan hari pernikahan yang tinggal menghitung jam. Dia melirik jam digital yang tergeletak di nakas dan terkejut ketika dia menyadari bahwa dia telah berendam selama hampir satu jam, tidak heran dia merasa sangat haus dan lapar.Saat itu pukul 8:00 malam. Dia bangkit dari bak mandi, membungkus tubuhnya dengan handuk, dan berjalan ke kamar, dia yakin Nicholas tidak ada di sana. Dengan dia santai berjalan ke lemari untuk mengambil pakaian, dan tidak lama kemudian,"Apakah kau akan tetap diam seperti itu?" sebuah suara mengagetkannya dan membuat Rachel berbalik dengan mata terbelalak.Di sofa, Nicholas duduk menatapnya dengan mata gelap membuatnya agak waspada."Apa maksudmu?" tanyanya berusaha terdengar acuh tak acuh, tangannya sibuk membuka lemari dan mengeluarkan gaun tidurnya.“
Rachel membelalakkan matanya karena terkejut, dia hampir membuka mulutnya untuk bertanya kepada Trey Cole apa yang dia lakukan di sana bersama Julia, tetapi untungnya ayahnya memaksanya untuk berbalik dan terus berjalan menuju altar tempat Nicholas masih setia menunggunya, tidak terpengaruh oleh situasi pesta."Nicholas, aku serahkan putriku padamu, berjanjilah padaku kau akan mencintainya dengan sepenuh hatimu," bisik ayah Rachel sambil mencengkeram lengan Nicholas dengan erat."Aku berjanji Mr. Clarke," kata Nicholas, suaranya bergetar saat mengucapkan kata-kata itu, sementara di sampingnya Rachel mulai kehilangan fokus karena kemunculan Julia dan Trey Cole yang tak terduga disana."Fokuslah padaku!" bisik Nicholas setelah Rachel berdiri di sampingnya. Rachel menelan ludah, dia memalingkan wajahnya ke arah Nicholas dengan gugup, ada kegelisahan yang tidak bisa dia ungkapkan tetapi dia tidak tahu mengapa dia merasa bahwa Nicholas mungkin bisa membaca kepalanya. ia bisa merasakan ceng
Wajah Rachel memerah, rasanya dia ingin bumi menelannya saat itu juga. Dia bisa saja menghindari pertanyaan itu, tapi jauh di lubuk hatinya, dia ingin Nicholas tahu apa yang dia rasakan."Rachel?!" bentak Nicholas yang menginginkan jawaban.“Fuck yes! Aku memang jatuh cinta padamu!" Rachel menjawab dengan cepat, dia tidak tahu dari mana dia mendapatkan keberanian tetapi yang jelas mengungkapkan perasaannya kepada Nicholas mampu meringankan beban di hatinya.Di kepalanya dia menghitung sampai tiga, menunggu reaksi Nicholas yang mungkin akan berteriak dan memarahinya, tetapi sampai semenit kemudian, tidak ada yang keluar dari mulutnya."Ada apa? Kenapa kau diam?" Rachel bertanya dengan bingung, ia sama sekali tidak mengharapkan reaksi itu dari seorang Nicholas yang rewel.Nicholas menarik napas dalam-dalam dan hal itu semakin membuat Rachel menjadi tegang."Kenapa?" tanyanya, menatap Rachel untuk mencari jawaban."Kenapa? Apa? Apa maksudmu kenapa?” Rachel menjadi semakin bingung.“Jelas
"Dengan siapa kau mengobrol?" Nicholas bertanya ketika mereka sedang menikmati makan malam bersama di pesawat, saat itu mereka telah terbang selama sembilan jam, perjalanan mereka masih panjang.Rachel mendongak,"Seseorang, bahkan jika aku menyebut namanya, kau tidak akan mengenalnya," jawabnya singkat lalu kembali mengetik di ponselnya. Mengobrol dengan Andrew Parker menyenangkan karena dia memiliki selera humor yang sama dengan Rachel, kebanyakan obrolan mereka tentang topik umum, dia menghindari topik apa pun yang berhubungan dengan 'cinta' atau hubungan.Nicholas tiba-tiba meletakkan gelas di atas meja dengan suara keras yang membuat Rachel mendongak lagi dengan wajah terkejut,"Ada apa denganmu!" Rachel membentak, matanya melebar."Kau sedang makan malam denganku, apakah sopan jika kau terus melihat ke bawah pada ponselmu?!" bentak Nicholas kesal.Rachel mengerutkan kening, dia menghela nafas panjang lalu meletakkan ponselnya di atas meja tanpa mematikan layar agar Nicholas bisa
Suasana menjadi sangat tegang setelah itu. Rachel memilih untuk memasang airpods di telinganya dan duduk diam menatap awan dari jendela. Semua persendiannya terasa sakit, dadanya terasa sesak dan dia hampir tidak bisa bernapas. Dia benar-benar kecewa dengan apa yang dikatakan Nicholas sebelumnya. Bukannya dia tidak bersimpati pada Julia, tapi jauh di lubuk hatinya dia tahu bahwa Julia hanya berusaha mendapatkan Nicholas kembali kepadanya karena dia tahu betapa Nicholas mencintainya dan yang lebih penting dari itu adalah Julia mengetahui pasti tentang seberapa sensitif Nicholas terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan percobaan bunuh diri. Tentu saja, dia tidak ingin ada wanita yang berakhir seperti ibunya, bunuh diri demi cinta.Tak lama kemudian dia mendengar langkah kaki mendekat dari kokpit, dia tahu itu pasti Nicholas yang telah selesai berdiskusi dengan pilot. Dia berhenti agak jauh dari tempat duduknya seolah merenungkan apakah dia harus berbicara dengannya atau tidak. En
Pesawat mendarat dengan mulus di bandara LAX tujuh jam kemudian. Rachel membuka sabuk pengamannya dan bangkit dari tempat duduknya, diam-diam menatap Nicholas yang sedang sibuk berbicara dengan Michael di telepon. Dia memberanikan diri untuk mendekatinya, mereka tidak bisa hanya diam satu sama lain sepanjang waktu kan?Jadi dia berdiri sekitar satu kaki dari kursi Nicholas dan menunggunya untuk menyelesaikan panggilan, "Oke Mike, aku akan meneleponmu kembali nanti," kata Nicholas sebelum mengakhiri panggilan. Dia berbalik dan terkejut menemukan Rachel berdiri di sampingnya. Mereka saling menatap dalam diam.Rachel menarik napas dalam-dalam,"Aku minta maaf karena bereaksi berlebihan sebelumnya, setelah ini kau mungkin sibuk mengurus Julia jadi aku pikir aku akan menginap di hotel terdekat saja, aku tidak bisa kembali ke mansion dan membuat Nenek bertanya-tanya apa yang terjadi di antara kita, kan?" kata Rachel tegas. Di atas Julia, Rachel lebih memperhatikan bagaimana reaksi Nenek jik
"Pasien sudah sadar! Panggil Dokter Brown!" kata seorang perawat yang berdiri tidak jauh dari Rachel kepada rekannya. Rachel mengerjap, membiasakan matanya dengan cahaya, dia merasa tubuhnya melayang dan kosong. Apa yang terjadi dengannya?Kemudian ingatan itu datang, van putih, jalan raya, hujan…"Mrs. Anthony, bisakah Anda mendengar saya?" tanya seorang dokter yang tiba-tiba muncul, dia melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Rachel yang memilih untuk terus memejamkan mata."Rachel Clarke," jawabnya lemahDokter itu mengerutkan keningnya, "Maaf jika saya salah, tapi bukankah Anda Rachel Anthony?" katanya, melihat klip papan di tangannya. Rachel membuka matanya tiba-tiba, mengejutkan para dokter dan perawat yang mengawasinya."Rachel Anthony..." gumamnya datar."Ya Tuhan, apakah dia kehilangan ingatannya?" salah satu perawat berbisik kepada temannya."Ya, aku Rachel Anthony," kata Rachel sambil menatap mereka secara bergantian. Semua orang menghela napas lega."Apakah Anda ingat
Tidak ada kata yang lebih baik untuk menggambarkan bagaimana hubungan Rachel dan Nicholas selain kata aneh. Mereka berdua menyadari bahwa mereka saling mencintai satu sama lain, tetapi mereka juga sama-sama menahan diri karena mereka tahu hal-hal tidak semudah kisah romantis yang pernah mereka baca di novel-novel picisan.Itu adalah hari keempat setelah kecelakaan Rachel, lehernya masih kaku tapi perlahan dia bisa menggerakkannya lagi. Hal yang paling membuatnya tertekan adalah kakinya yang tidak bisa digerakkan sama sekali seolah-olah dia benar-benar kehilangan kendali atas dirinya sendiri.Sore itu dia baru saja selesai makan siang ketika seorang perawat datang untuk menunjukkan jadwal fisioterapi."Boleh aku bertanya sesuatu?" Rachel bertanya, menatap perawat itu dengan rasa ingin tahu."Ya silahkan?"Dia memainkan jari-jarinya dengan gugup, “Apakah fisioterapi selalu berhasil untuk kasus sepertiku? Maksudku, bisakah aku benar-benar berjalan lagi?”Wajah perawat itu tampak terkejut