Lena mengernyit heran dengan sikap bos barunya tersebut, ‘Kenapa dia bersikap seperti suami posesif?’ batin Lena, heran dengan semua sikap Felix. Lena terdiam sejenak, tiba-tiba matanya melebar dengan jantung yang berdetak semakin kencang, ‘Apa jangan-jangan, dia mengenaliku?’ batin Lena lagi.“Hey, Kau! Apa tidak dengar apa kataku!” ucap Felix, dengan tatapan dingin.Seketika Lena tergagap, mendapatkan pertanyaan tersebut, “Ah, i … iya, Tuan, maaf!” ucap Lena, tergagap. Dan dengan cepat dia masuk ke mobil, tepat di samping Felix. Wanita itu berusaha keras untuk menetralkan debaran jantungnya, agar Felix dan Mark tidak curiga padanya.“Kenapa wajahmu pucat? Apa Kau takut padaku?” tanya Felix, dengan senyum miring.“Tentu saja takut, wajah Tuan, seram seperti iblis cari mangsa,” gumam Lena, pelan tanpa ada niat untuk menjawab ejekan Felix. Tapi siapa sangka, gumamannya terdengar juga oleh telinga Felix, dan Mark, yang memang sangat tajam hingga bisa mendengar dengan jelas gumaman Lena
"Kau ---!" Felix, dan wanita itu sama-sama terkejut dengan kejadian itu.Seketika jantung wanita itu berpacu dengan cepat, ada perasaan khawatir, jika Felix akan mengenali dirinya."Siapa, Kau!" tanya Felix, dingin tanpa ekspresi.Wanita itu menghela napas lega, karena ternyata, Felix tidak mengenali dirinya."Saya Lena, Tuan, Sekretaris baru Anda!" terang wanita itu."Elle ---!" ucap Felix, sambil menatap lekat wajah wanita di depannya.Wanita tersebut sempat gugup, karena tatapan dingin Felix, yang mengintimidasi. Hampir saja dia mengakui penyamarannya sendiri, ketika akhirnya tersadar, jika Felix hanya mengenali suaranya, bukan wajahnya."Saya Lena, Tuan, bukan ,Elle!" jawab wanita yang mengaku bernama Lena tersebut, tegas agar tidak diintimidasi oleh pria di depannya."Oh ---!" cuma itu yang keluar dari mulut Felix, lalu pria itu melangkah pergi tanpa berucap apapun lagi kepada Lena.Felix terus melangkah, meninggalkan Lena, yang masih terpaku menatap punggung pria tersebut. Tujua
Seminggu sudah, Felix dan anak buahnya melakukan pencarian, akan tetapi belum juga mendapatkan hasil. Hellena benar-benar menghilang, membuat Felix semakin kalut. Perasaan bersalah dan penyesalan semakin menggerogoti hatinya, membuat emosinya semakin tidak terkontrol."Bodoh, kalian semua! Apa saja yang kalian lakukan, sampai mengerjakan laporan seperti ini saja tidak becus!" Felix murka, saat meeting laporan bulanan, dia menemukan kesalahan yang tidak sengaja dilakukan oleh karyawannya.Semua orang hanya menunduk, ketakutan karena aura dingin yang dipancarkan oleh raut wajah Felix, yang sudah menggelap."Perbaiki! Jika masih tetap salah juga, lebih baik keluar dari sini!" "Baik, Tuan," ucap mereka kompak."Meeting ditunda sampai jam empat nanti!"Tidak ada jawaban dari para karyawan, tapi mereka satu persatu pergi meninggalkan ruangan meeting tersebut. Hening, seketika ruangan tersebut terasa mencekam, meninggalkan dua orang yang saling diam. Mark, sang Asisten seolah membeku oleh s
Felix, terus memeluk wanita itu sambil menyembunyikan wajahnya di pundak sang wanita. Dia sangat takut, akan ditinggalkan lagi. “Elle, tolong jangan pergi lagi! Maafkan aku, Elle!” bisik Felix, dengan air mata yang mulai menetes. Felix, pria yang terkenal kejam dan dingin ini, pada akhirnya meneteskan air matanya hanya karena seorang wanita yang berstatus ‘Istri Kontrak’.Sementara wanita yang dipeluknya, terus meronta berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan pria yang tidak dia kenal , “Lepas!” bentak wanita tersebut, sambil menyentak kasar tangan Felix yang masih memeluknya erat. “Siapa, Kau?” sambungnya, setelah berhasil melepaskan pelukan Felix, dan berbalik menatap pria itu.Beberapa menit yang lalu, Hellena yang sedang sarapan di sebuah restoran, tiba-tiba terkejut saat matanya secara tidak sengaja melihat, Felix dan anak buahnya masuk ke restoran yang sama dengan dirinya saat ini. Sebelum Felix melihatnya, Hellena lebih dulu pergi meninggalkan mejanya dan bersembunyi di dala
“Tuan, sebaiknya istirahat dulu! Jangan sampai, Tuan jatuh sakit,” ucap Mark, yang merasa kasihan melihat kondisi sang bos.“Bagaimana dengan, Elle?” tanya Felix, lalu menoleh ke sang Asisten. “Kalau aku berhenti, lalu bagaimana bisa menemukan istriku?” gumam Felix, pelan tapi masih bisa di dengar oleh Mark.Untuk sejenak, Mark terdiam. Tapi akhirnya dengan hati-hati mulai membujuk, supaya sang bos mau istirahat dulu barang sebentar. “Biarkan kami yang terus mencari, Tuan!” ucap Mark pelan, “Saya tidak mau, Tuan sakit jika tidak beristirahat. Bagaimana kita bisa menemukan, Nyonya, jika sampai Tuan sakit?” lanjut Mark lagi, berharap Felix mau mendengarkan nasehatnya.Sejenak, Felix terdiam, sebelum akhirnya dia setuju dengan pendapat Mark, “Baiklah, aku akan istirahat sebentar di mobil! Kalian lanjutkan pencarian, dan kabarkan padaku perkembangannya!”“Baik, Tuan! Istirahatlah, kami akan melanjutkan pencarian, Nyonya!” ucap Mark, sebelum Felix berbalik dan kembali ke mobil.Mark, bersa
"Mark, lacak keberadaan Hellena sampai dapat! Jika perlu, Kau check ulang setiap sudut Rumah Sakit ini!" perintah Felix, tegas dengan aura dinginnya."Baik, Tuan!" Tanpa banyak pertanyaan, Mark langsung duduk dan membuka laptopnya. Mereka saat ini masih berada di ruang VIP, tempat Hellena dirawat sebelumnya.Felix ikut duduk di samping sang Asisten, dan ikut memperhatikan laptop Mark. Suasana menjadi hening, semua yang berada di ruangan tersebut, hanya fokus pada tugas masing-masing. Leon yang sedang sibuk memberikan arahan pada anak buahnya, melalui ponselnya, Mark yang sedang fokus dengan laptopnya, dan Felix yang fokus memperhatikan pekerjaan Mark, dengan perasaan bersalah dan khawatir yang menjadi satu.Tiba-tiba Mark menghentikan aktivitasnya, lalu mengangkat pandangannya dari laptop, beralih ke Felix, yang duduk di samping. "Dapat, Bos!""Mana, lihat!" sambut Felix, antusias.Mark menyodorkan laptopnya, ke Felix. Terpampang-lah sebuah video, yang Mark ambil dari CCTV Rumah Saki