Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan

Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan

last updateLast Updated : 2025-05-09
By:  Livyloly Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
14views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Area Dewasa | Harap Bijak Membaca "Inilah kisah tentang pernikahan tanpa cinta, rahasia yang menghancurkan, dan hasrat yang tak terhindarkan." Althea tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah dalam semalam—dinikahkan dengan Rigel Lester, pria dingin dan nyaris sempurna yang bahkan tak pernah dekat sebelumnya. Pernikahan mereka hanyalah bagian dari perjanjian keluarga, tanpa cinta, tanpa harapan. Bagi Rigel, ini hanya tanggung jawab. Bagi Althea, ini adalah penjara berlapis emas. Setahun berlalu dalam diam dan kehampaan. Namun di balik tatapan tajam dan sikap angkuh Rigel, tersembunyi rahasia kelam yang perlahan terkuak. Ketegangan di antara mereka berubah menjadi sentuhan, pertengkaran menjadi gairah, dan ketidakpedulian menjelma menjadi hasrat yang membara. Namun, cinta yang mulai tumbuh di antara reruntuhan perjanjian itu tak pernah sederhana. Masa lalu Rigel yang penuh bayangan, Althea yang dihantui trauma kehilangan, serta orang-orang yang ingin menghancurkan mereka, membuat pernikahan ini menjadi medan perang antara logika dan perasaan. Di tengah badai kebohongan, pengkhianatan, dan godaan dari masa lalu, Althea harus memilih—bertahan dalam cinta yang menyakitkan, atau pergi demi menyelamatkan dirinya sendiri. Karena kadang, cinta sejati tak datang dari kisah yang indah—melainkan dari luka yang paling dalam.

View More

Chapter 1

Bab 1 pernikahan tanpa cinta

Althea merapikan dirinya, lalu beranjak menuju ruang pakaian untuk menyiapkan pakaian kerja sang suami.

Suami yang dinikahinya satu tahun lalu-Rigel Lester.

Lelaki tampan dan tak bercela. Kekayaan serta kekuasaan yang dimilikinya menjadikannya sosok yang ditakuti di industri ini.

Ya, dia adalah suaminya-pria sempurna untuk wanita seperti Althea, yang bahkan tak bisa dibandingkan dengan lelaki itu. Bahkan setelah setahun menikah, Althea tak pernah merasa benar-benar dianggap sebagai istri. Tatapan dan kata-kata Rigel selalu disertai jarak. Dingin. Formal.

Rigel Lester.

Nama itu bahkan tak pernah Althea ucapkan, begitu pula namanya yang tak pernah keluar dari mulut lelaki itu.

Mereka berada dalam kamar yang sama, namun tak ubahnya dua orang asing yang hidup bersama.

"Aku sudah siapkan pakaianmu. Lihat, dan jika ada yang tidak kau su-"

"Tidak ada. Pergilah," potong Rigel.

Althea tak terkejut. Ucapan itu sudah seperti naskah hafalan mereka. Percakapan yang terjadi setiap hari seolah hanya tempelan yang tak pernah berubah.

"Kau akan pulang untuk makan malam?" tanyanya, seperti biasa.

"Ya," jawab Rigel singkat, seperti sebelumnya.

Selalu seperti ini tidak ada kehangatan sedikitpun.

"Baiklah," sahut Althea pelan.

Keheningan pun kembali mengisi ruang di antara mereka. Rigel bersiap, dan Althea melanjutkan aktivitasnya yang lain.

"Oh, ya. Besok malam Ayah dan Ibu mengundang kita makan malam," ujarnya Rigel kemudian.

"Baiklah. Aku akan siapkan beberapa hadiah untuk mereka," jawab Alethea. Walau pernikahan ini penuh kepalsuan. Setidaknya mereka harus terlihat baik, bukan?

Kalimat itu menjadi percakapan terpanjang mereka dalam beberapa waktu terakhir. Sejak hari di mana Rigel mengungkapkan kebenaran di balik pernikahan mereka.

"Aku menikahimu karena keinginan orang tuaku. Aku tidak mencintaimu, jadi jangan pernah berharap pernikahan ini akan mengubah sikapku padamu," kata Rigel dengan nada dingin dan ekspresi datar.

Bagi Althea, yang menjunjung tinggi nilai sebuah pernikahan, kata-kata itu terasa seperti cambuk menyakitkan. Pernikahan yang ia impikan berubah menjadi kutukan tanpa akhir.

Althea menyandarkan tubuh di sofa. Tak ada yang bisa ia lakukan selain duduk dan membaca buku. Tapi bahkan membaca pun terasa hambar.

"Maria, siapkan mobil. Aku ingin keluar," ujarnya sembari bangkit dari sofa.

"Baik, Nyonya," sahut Maria, lalu bergegas pergi.

Althea berjalan-jalan, menikmati hembusan angin dan suasana ramai di jalan. Ia masuk ke sebuah toko cokelat dan membeli beberapa untuk dibawa pulang.

Cokelat selalu menjadi pelariannya. Rasa manis dan sedikit pahit itu seolah mengingatkannya pada hidupnya sendiri.

Ia memiliki segalanya: uang, kemakmuran, dan status. Tapi tetap ada kepahitan yang membuatnya merasa kosong dan tak pernah benar-benar utuh.

Ia kembali saat malam telah larut. Sebelumnya, ia telah berpesan kepada pelayan untuk menyiapkan makan malam untuk Rigel, mengetahui bahwa pria itu akan pulang terlambat.

Namun saat memasuki rumah, Althea terkejut mendapati Rigel tengah duduk di sofa dan menoleh ke arahnya, mungkin karena mendengar suara langkahnya.

Tatapan mereka bertemu-intens, dan entah untuk keberapa kalinya terjadi seperti itu.

"Kau sudah pulang," ucap Althea sambil tersenyum kaku. Ia meletakkan tas dan beberapa barang belanjaan yang dibelinya, termasuk sekotak cokelat.

"Kau mau?" tanyanya sambil menyodorkan kotak cokelat ke hadapannya.

Basa-basi, pikirnya. Namun ia tak menyangka Rigel benar-benar mengambilnya.

"Terima kasih," ujar Rigel, lalu memasukkan sepotong cokelat ke mulutnya.

Althea terdiam sejenak, bingung, sebelum akhirnya tersadar. "Oh, oke," sahutnya santai.

Ia meninggalkan Rigel dan cokelat itu, lalu menuju kamar untuk membersihkan diri. Rasa lengket akibat keringat membuatnya tak sabar untuk mandi.

Sial, Althea lupa membawa jubah mandinya. Ia jarang ceroboh seperti ini, tapi entahlah-ada apa dengan hari ini?

Ia yakin Rigel masih di bawah. Lelaki itu punya kebiasaan masuk ke kamar sekitar pukul sembilan atau sepuluh malam. Sepulang kerja, Rigel selalu menghabiskan waktu di ruang kerja.

Begitulah kehidupan mereka selama satu tahun terakhir. Rigel dengan dunianya, dan Althea dengan dunianya. Mereka bersatu dalam pernikahan, tapi dunia mereka tak pernah menyatu.

"Sial, handuk ini sangat pendek!" gerutunya. Handuk di kamar mandi tidak cukup besar untuk membungkus tubuhnya dengan layak.

Saat Althea mengangkat wajah, ia baru menyadari bahwa Rigel sudah ada di kamar, dan menatapnya-dengan keadaan seperti ini.

Oke, sekali lagi-mereka hanya menikah dan tinggal bersama. Tak ada kontak fisik, tak ada hubungan intim. Mereka hanya bergandengan dan berpelukan di depan umum. Begitu berdua, mereka saling mengabaikan.

Selama setahun ini, Rigel belum pernah melihat Althea dalam kondisi seperti ini-basah dan hanya dibalut handuk kecil.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Althea terkejut, merasa tak nyaman dengan situasi ini. Ia hanya terbungkus sepotong kain tipis, sementara tatapan Rigel terpaku padanya.

"Aku sedikit tidak enak badan," jawab Rigel singkat, lalu membaringkan tubuh dan memunggunginya.

Oke, sepertinya tak ada yang perlu dikhawatirkan. Althea tahu Rigel tak pernah tertarik padanya, apalagi menganggapnya sebagai wanita.

Menyakitkan untuk diakui, tapi itu lebih baik daripada menjadi bajingan yang menikahinya karena terpaksa lalu menyentuhnya sesuka hati.

Althea berjalan cepat ke ruang pakaian, mengambil piyama, dan cepat mengenakannya. Ia mengeringkan rambut lalu keluar kembali.

Ia mendekati Rigel, memastikan apakah pria itu benar-benar sakit atau hanya kelelahan. Tangannya menyentuh kening Rigel-panas. Setelah satu tahun, baru kali ini Althea melihat Rigel demam.

"Kau demam," gumamnya pelan.

Ia berjalan keluar dan meminta pelayan menyiapkan obat. Tak lama, mereka datang dengan alat pengukur suhu dan obat penurun panas.

"Ini, Nyonya. Tapi, apakah kita perlu memanggil dokter?"

Althea menatap pelayan itu aneh. Lelaki 29 tahun itu hanya demam, bukan keracunan atau sekarat.

"Dia hanya demam. Setelah minum obat, dia akan membaik," jawabnya santai.

Ia kembali ke kamar. "Hei, bangun dan minumlah obat ini," ucapnya sambil mengguncang pelan tubuh Rigel. Lelaki itu membuka mata perlahan, lalu langsung memundurkan diri saat sadar bahwa jarak mereka sangat dekat.

Refleks itu membuat Althea menghela napas dalam hati. Apakah dirinya sebegitu menjijikkannya sampai harus dijauhi seperti itu?

"Ini obat. Minumlah, lalu lanjutkan istirahatmu," katanya sambil meletakkan obat di telapak tangan Rigel.

Rigel masih diam saat Althea menyodorkan gelas air. "Kau akan membaik setelah minum obat," tambahnya.

Tanpa berkata apa-apa, Rigel perlahan duduk dan meminum obat tersebut. Althea hanya menatapnya sejenak, lalu akhirnya memilih untuk beristirahat.

Ya, dia memang suaminya. Tapi hubungan mereka tidak cukup spesial hingga membuatnya harus khawatir hanya karena Rigel demam.

Althea merawatnya bukan karena cinta-melainkan untuk menjaga dirinya sendiri. Agar ia tak mendapat masalah

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
6 Chapters
Bab 1 pernikahan tanpa cinta
Althea merapikan dirinya, lalu beranjak menuju ruang pakaian untuk menyiapkan pakaian kerja sang suami.Suami yang dinikahinya satu tahun lalu-Rigel Lester.Lelaki tampan dan tak bercela. Kekayaan serta kekuasaan yang dimilikinya menjadikannya sosok yang ditakuti di industri ini.Ya, dia adalah suaminya-pria sempurna untuk wanita seperti Althea, yang bahkan tak bisa dibandingkan dengan lelaki itu. Bahkan setelah setahun menikah, Althea tak pernah merasa benar-benar dianggap sebagai istri. Tatapan dan kata-kata Rigel selalu disertai jarak. Dingin. Formal.Rigel Lester.Nama itu bahkan tak pernah Althea ucapkan, begitu pula namanya yang tak pernah keluar dari mulut lelaki itu.Mereka berada dalam kamar yang sama, namun tak ubahnya dua orang asing yang hidup bersama."Aku sudah siapkan pakaianmu. Lihat, dan jika ada yang tidak kau su-""Tidak ada. Pergilah," potong Rigel.Althea tak terkejut. Ucapan itu sudah seperti naskah hafalan mereka. Percakapan yang terjadi setiap hari seolah hanya
last updateLast Updated : 2025-04-15
Read more
Bab 2. Rahasia Rigel
Rigel menyandarkan tubuhnya di kursi kerja, menekan pelipisnya yang berdenyut hebat. Pekerjaan yang menumpuk di hadapannya terasa kabur dan membingungkan. Pandangannya mulai mengabur, tubuhnya terasa panas, dan napasnya berat. Dia tahu betul apa yang sedang terjadi. Periode itu datang lagi-fase yang selalu datang satu bulan sekali, membuat tubuh dan pikirannya dikuasai oleh hasrat liar yang sulit dijelaskan.Dia bukan anak kecil lagi. Lelaki berusia dua puluh sembilan tahun itu sadar betul bahwa tubuhnya berbeda dari pria biasa. Ada sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan, dan selama ini, dia hanya bisa meredakannya dengan cara-cara yang tidak pantas disebutkan dalam lingkaran terhormat. Dulu, sebelum menikah, dia bisa dengan bebas melampiaskan semuanya. Pesta-pesta topeng, wanita-wanita asing tanpa nama-semuanya bebas dia cicipi, tanpa ikatan, tanpa beban.Namun sekarang dia adalah suami. Suami dari Althea."Marco, siapkan mobil. Aku pulang sekarang," ujarnya pelan namun tegas.Marco,
last updateLast Updated : 2025-05-09
Read more
Bab 3. Sentuhan Rahasia
Pagi harinya, Rigel merasa sedikit lebih baik, meskipun semalam dia belum cukup puas menyentuh Althea. Tapi tidak masalah, setidaknya bisa sedikit mengurangi efek periodenya. namun, perasaan canggung terus mengikutinya. Ketika Althea mengeluh tentang rasa sakit di tubuhnya, Rigel merasa semakin gelisah. Ada perasaan bersalah yang muncul, tetapi dia berusaha berpura-pura seperti biasa, tidak ingin Althea tahu apa yang sebenarnya terjadi malam tadi. Jika tidak bagaimana dia akan menghadapi wanita itu kedepannya.Dia yang pertama mendirikan tembok pembatas setinggi gunung dalam hubungan ini. Tapi dia juga yang pertama melewati batas, bahkan bersikap tercela dengan menyentuh istrinya diam-diam seperti penjahat cabul.Althea sendiri tampak tidak peduli dengan sikapnya, seakan jarak yang semakin lebar di antara mereka bukanlah masalah bagi wanita itu. Althea tidak pernah menuntut apapun, wanita itu benar-benar berada pada batasannya.Mereka berbicara seperti biasanya, namun Rigel tidak bisa
last updateLast Updated : 2025-05-09
Read more
Bab 4. Sikap Althea
Althea merasa sesak. Setiap kali ia berada di rumah ini, dadanya seperti terhimpit sesuatu yang tak terlihat, mencekik perlahan namun pasti. Tatapan mata Ibu Rigel tak pernah memancarkan kehangatan. Tak ada satu pun isyarat penerimaan dalam setiap lirikan matanya. Althea tahu, sejak awal wanita itu tidak pernah menginginkannya menjadi bagian dari keluarga ini.Ia menyadari, dirinya dan keluarga ini berasal dari dua dunia yang berbeda. Gaya hidup mereka, cara berpikir mereka—semuanya tak sejalan. Seperti air dan minyak yang dipaksa bersatu namun tak pernah benar-benar bisa menyatu.“Bagaimana kabarmu, Althea?” tanya Will, ayah mertuanya, dengan senyum yang tulus.Althea mengangguk pelan dan menjawab, “Aku baik.”Di antara seluruh anggota keluarga, hanya Will yang mampu bersikap ramah dan tulus padanya. Lelaki itu memperlakukannya seperti anak sendiri, penuh perhatian dan tanpa menghakimi.“Jagalah Althea dengan baik, Rigel. Ajak dia jalan-jalan. Jangan kau terus-terusan larut dalam pek
last updateLast Updated : 2025-05-09
Read more
Bab 5. Jadilah Dirimu Sendiri
Malam itu, untuk pertama kalinya Rigel menyadari bahwa istrinya bukanlah sosok yang tenang dan patuh seperti yang selama ini ia bayangkan. Althea, perempuan yang telah menjadi istrinya selama satu tahun, ternyata memiliki lidah tajam dan keberanian yang mengejutkan. Nada bicaranya membara, penuh semangat—berbeda jauh dari ekspresi datar dan senyuman kaku yang biasa ia tampilkan.Selama satu tahun, Althea menyembunyikan dirinya dengan sangat baik. Rigel sempat mengira ia adalah tipe wanita penurut, yang akan menjalani hidup pernikahan tanpa banyak suara, mengikuti alur seperti air. Tapi malam ini segalanya berubah. Dan yang paling mencengangkan adalah, Rigel tidak merasa kesal. Justru sebaliknya, ia menikmati momen itu. Mendengar Althea berbicara panjang lebar memicu gairahnya, seolah-olah sisi lain dari wanita itu adalah teka-teki yang ingin ia pecahkan.“Apakah ini hanya karena masa birahiku?” pikir Rigel. Sentuhan yang sempat ia lakukan pada tubuh Althea beberapa malam lalu terus be
last updateLast Updated : 2025-05-09
Read more
Bab 6. Ternyata bukan Mimpi
Rigel merasa gelisah. Beberapa hari ini, ada perubahan yang terasa sangat jelas pada Althea. Istrinya itu, yang selama ini selalu tampak tenang dan perhatian, kini tampak jauh dan terhindar. Ada sebuah jarak yang tak bisa dijelaskan, sebuah ketegangan yang belum pernah ada sebelumnya. Rigel mulai berpikir, apakah sikapnya yang menyebabkan ini? Apa yang telah ia lakukan untuk membuat Althea begitu menjauh? Apakah Althea tahu? Apakah dia mulai curiga terhadapnya? Rigel merasakan hati yang semakin berat dengan setiap detik yang berlalu, semakin terperangkap dalam pikirannya. Dia merasa seperti seorang lelaki yang tak tahu harus berbuat apa, dengan perasaan malu yang menyesakkan dadanya. Betapa buruknya jika Althea sampai mengetahui hal yang telah terjadi. Namun, meski rasa bersalah itu datang, ada sesuatu yang tak bisa dia pungkiri. Hanya dekat dengan Althea, hanya dengan menyentuhnya, hatinya bisa merasa sedikit lebih tenang. Althea adalah satu-satunya yang bisa membuatnya merasa hidu
last updateLast Updated : 2025-05-09
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status