Share

Bab 05

Author: helendeil
last update Last Updated: 2023-08-02 12:38:40

Aku hempaskan tubuh di balik kemudi. Memukul setir dengan kencang. Sial! Bisa-bisanya wanita itu memperlakukan aku seperti ini. Harga diriku seakan-akan tidak ada arti di depannya. Bahkan di depan Arga.

Dalam tiga belas tahun, dia berhasil hidup seperti seorang bangsawan. Aluna jadi dokter, Anatasya tidak lumpuh lagi, dan dia hidup di kawasan super elit, impian semua orang. Lingkup pergaulannya dengan para pebisnis itu, adalah cita-citaku sedari dulu.

Mengapa impianku harus dia yang mendapatkannya? Dia yang biasanya lemah, tidak berdaya di hadapanku, sekarang malah bersikap seperti tidak mengenalku.

Kupacu mobil setelah puas mengumpat dalam hati. Keadaan saat ini, membuat aku menyesali diriku yang lebih memilih Talita dari pada Anaya. Kelebihan Talita hanya wajahnya yang cantik rupawan, dan pelayanannya yang super di atas ranjang.

Selebihnya, dia seperti lintah yang menghisap habis darahku. Tanpa peduli aku masih hidup, atau nafasku yang sudah ngeap, atau lebih parah lagi aku mau mati.

Jika tiga belas tahun kemudian Anaya akan menjadi wanita yang seperti sekarang, aku tidak akan pernah berniat untuk melepaskannya.

***

Melisa sudah sadar saat aku sampai. Talita sedang bermain ponsel di sofa. Dia melirikku dengan tatapan tajam.

"Dari mana saja Mas? Lama banget baliknya!" aku tidak menjawab Talita. Segera kuhampiri Melisa.

"Pa!" lirih suaranya memanggilku.

"Bagaimana keadaanmu Sayang?" kuelus tangannya pelan.

"Baik Pa!"

"Cepatlah sembuh!"

"Maafkan aku Pa!"

"Tak apa Sayang. Bukankah selama ini, semua kesalahanmu selalu termaafkan? Kali ini pun sama. Meski, Papa kecewa kamu mau menghilangkan nyawamu sendiri. Kita bahas ini nanti. Papa mau makan dulu. Kamu mau sesuatu?"

Mata cantik itu menatapku sendu. Bisa kulihat, air mata yang siap meluncur dalam sekali kedip.

Melisa menggelengkan kepalanya dengan pelan.

Aku langsung saja beranjak. Sebelum keluar ruangan, aku menatap Talita.

"Jangan pergi kemanapun Talita. Fungsikan peranmu sebagai seorang Ibu!" tanpa menunggu jawabnya, aku berlalu.

Entahlah. Setelah bertemu Anaya, aku mulai merasa, Talita adalah sebuah kesalahan bagiku. Jangankan dirinya bisa membantuku. Anak-anaknya saja, tidak ada yang bisa aku banggakan.

***

Menatap gedung menjulang tinggi di hadapanku, aku kembali optimis. Jika aku terus berusaha, maka perusahaanku akan maju seperti ini.

Sambil menarik nafas, aku masuk ke lobi.

Tepat aku sampai, resepsionis langsung berkata kepadaku, jika aku bisa langsung naik ke lantai 20. Lantai paling atas, yang di peruntukan kepada jajaran teratas perusahaan.

Mereka mengarahkanku ke lift yang biasa dipakai oleh para CEO, direktur dan tamu special.

Sebuah hamparan kemewahan tersaji di depanku. Ruangan dengan desain eksetis dengan ornamen modern. Pengharum ruangan semerbak di seluruh ruangan.

Hanya ada dua ruangan di sini. Ruangan CEO dan Direktur Opersiaonal. Sunyi dan berkelas. Aku akan punya ruangan seperti ini nanti, setelah perusahaanku sukses.

Seorang sekretaris dengan dandan yang rapi dan sopan, keluar dari ruangan direktur. Menatapku dan berkata, "Dengan Pak Surya Dirga?"

"Benar. Nona!"

"Silahkan masuk Pak. Anda sudah ditunggu oleh Direktur kami."

Aku mengetok pintu.

"Silahkan masuk!"

Di dalam ruangan itu, hanya ada Arga. Rupanya dia adalah direktur di sini.

"Selamat datang Tuan. Apakah karyawan saya memberikan anda pelayanan yang baik?" Arga berdiri, lalu mengulurkan tangan mengajakku bersalaman.

"Ia Tuan. Mereka sangat ramah dan profesional."

Arga tersenyum. Dia menekan tombol di samping mejanya.

"Mikha. Saya minta tolong bawakan tiga capucinno panas dan kue keju ke ruangan saya. Terima kasih yah!" Arga memberi perintah dengan lembut. Aku salut.

"Tiga? Ada tamu lain selain saya Tuan?" tanyaku penasaran.

"Oh ia Tuan. Kesepakatan kita, akan langsung dipantau oleh CEO kami. Itu sudah menjadi prosedur perusahaan. Segala sesuatu menyangkut keuangan, harus transparan."

Tak lama kemudian, sekretaris Arga datang membawa pesanan Arga tadi. Menyusul dari belakangnya seorang wanita yang kemudian membuatku berjingkrat kaget dari kursi. Anaya!

"Silahkan Tuan!"

"Terima kasih Mikha!" sahut Arga.

Aku menganggukan kepala, kepada sekretaris itu, tanpa mampu menjawab. Tubuhku sudah beku dengan kehadiran Anaya. Jangan bilang kalau mantan istri kumalku ini, adalah CEO di perusahaan sebesar ini.

"Silahkan Tuan Surya. Nikmati sajiannya, sambil mempresentasikan sedikit keuntungan yang kami dapat jika bekerja sama dengan perusahaan anda!" suara Anaya berdenging di kedua gendang telingaku.

Aku duduk dengan gugup.

"Oh yah Tuan Surya. Perkenalkan. Beliau adalah CEO perusahaan ArOne Grup. Ibu Anaya Mahendra!" Arga memperkenalkan kepadaku, wanita yang sudah sangat aku kenal.

Aku menatap Anaya tidak percaya. Tanganku bertumpu pada sandaran kursi. Jika tidak mungkin aku sudah jatuh ke lantai karena kedua lututku yang gemetar. Kejutan apa lagi ini?

"I-iya Bu," peluh membasahi sekujur tubuhku.

Bagaimana tidak? Perusahaan yang kubanggakan dulu di hadapan Anaya, saat dia masih menjadi istriku.

Dengan mengatakan Anaya yang miskin dan tidak berguna. Dan aku yang akan selalu berada di atas karena memiliki banyak harta, dan seorang pemilik perusahaan.

Sekarang, Anayalah yang berbaik hati mengulurkan bantuan untuk diriku yang hampir bangkrut? Memalukan.

Aku kesulitan bernafas. Pengap di paru-paru. Melonggarkan sedikit lingkaran dasi di leher pun, nyatanya tidak bisa membantu. Anaya. Istri lusuhku, jadi CEO sekarang. Astaga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Juliyanti
waah seru..boleh tertawakan Surya ya. ...
goodnovel comment avatar
Rager Ketapang98
wah novel ini keren, sepanjang novel yg ku baca di aplikasi ini semangat buat author
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 152

    POV Acha Rasa sakit seperti diremas dengan cengkraman yang mematikan, menusuk-nusuk bagian dadaku dengan kejam. Itu bagaikan satu tangan raksasa, yang mau aku mati seketika, saat berada dalam genggamannya. Aku menjerit tertahan. Apa aku akan mati? Aku menekuk tubuhku di lantai kamar, dengan harapan, rasa sakit yang aku rasakan secepatnya berlalu. Namun ... Saat mataku yang terpejam, perlahan terbuka, aku tidak lagi berada di kamarku yang nyaman. Aku seperti berada dalam sebuah ruangan kosong, yang tidak ada ujungnya. Saat menyadari keadaan sekitar, rasa sakit itu seketika menghilang entah kemana. Semua terjadi dengan cepat. Aku berdiri menatap sekelilingku. Apa ini dunia orang mati? Apa aku sudah meninggal? Tidak ada satu benda pun, sejauh mata memandang. Ruangan itu seperti tidak berujung. Kosong. Aku berjalan dengan ribuan pertanyaan dalam kepalaku. Jauh. Sangat jauh. Entah sudah berapa lama aku berjalan. Ini seperti berjalan di padang gurun, tanpa tujuan. Air mataku m

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 151

    "Nona Cita menolak Tuan Besar. Sepertinya, saya akan kesulitan menghadapinya. Dia benar-benar keturunan Adijaya," Tuan Besar itu tampak sumringah. Diwajahnya yang keriput, tersungging senyum dan sukacita yang besar. "Apa kau kewalahan menghadapi sifat keras kepalanya? Kau tau Nabila. Sifat keras kepala adalah salah satu bukti, dia bisa menjadi pemimpin yang dominan. Bagaimana dengan pria yang kerap dekat dengannya? Kau sudah selidiki dia?" tanya Tuan Besar Adijaya, suara sumringahnya berubah dengan seketika. "Sudah Tuan. Dia adalah putra bungsu Anaya Hendrawan. Sekarang, dia yang memegang kendali perusahaan ibunya, setelah ibunya menikah dengan Hendrawan, dan pensiun," Tuan Besar itu mencebik. Dunia bisnis negara ini memang mengenal siapa Anaya. Dia adalah wanita yang bisa mendapatkan nama, setelah berhasil membangun bisnis sendiri dan memulai semuanya dari nol. Tapi, semua itu, tidak bisa disamakan dengan kedudukan Cita. Cita adalah anak bangsawan. Jika orang mengenal k

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 150

    Karim menatap ponselnya dengan hati penasaran. Pesannya sudah di baca Acha. Tapi tidak ada balasan apapun. Dia hanya ingin tahu, bagaimana kabar Acha, setelah tidak terlihat di manapun selama tiga hari. Benda pipih itu, diketuk-ketuknya di meja, sambil jemarinya memijit pelipis dengan wajah muram. Karim memiliki banyak teman wanita yang cantik. Namun, dia tidak pernah mengkuatirkan mereka seperti dia kuatir dengan keadaan Acha. "Hei ... Rusak hp kamu kalo digituuin terus Karim," suara teguran Mira, menarik kesadaran Karim dari apa yang dipikirkannya. Senyum tipis tersungging dibibirnya, saat melihat siapa yang menegurnya. "Gimana komunikasi kamu sama Acha. Ada kemajuan gak?" tanya Mira setelah menghempaskan tubuhnya, di sofa yang berhadapan dengan Karim. "Baik Ma. Semua baik-baik aja," jawab Karim, acuh. Jawaban singkat Karim, membuat Mira meliriknya dengan mata tajam. "Jangan dikasih kendor, Rim. Mama itu, maunya kamu deketin Acha dengan intens. Kata Tante Anaya, Ac

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 149

    "Apa maksud anda, Nona? Tolong jangan membuat pernyataan omong kosong disini," Cita berkata dengan tegas, kepada seorang wanita yang ditemani lima orang pria, yang pagi itu, mereka datang ke panti Kasih Bunda. Wanita itu memiliki paras yang cantik, dengan dandanan formal. Rok selutut, dengan blaser dan rambut yang digelung rapi. Lima orang pria yang berdiri tegap dibelakangnya, memakai setelan jas warna hitam, lengkap dengan alat di telinga. Mereka seperti pengawal pribadi si wanita. "Maafkan kami, Nona. Kami sudah menyelidiki dengan teliti, sebelum datang dan membuat peryataan hari ini. Sudah selama bertahun-tahun," ujar wanita itu dengan sopan. Cita membuang muka dengan kesal. Nilam yang duduk di samping gadis itu, hanya bisa menepuk tangannya perlahan untuk meredakan emosi Cita. "Siapa nama anda?" tanya Cita, masih dengan nada ketus. "Nama saya Nabila, Nona," jawab wanita itu, sopan. "Ok. Nona Nabila. Selama bertahun-tahun anda menyelidik saya? Menyelidiki panti ini

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 148

    Mansion Hendrawan Anaya dan Alisya memeluk Acha dengan erat. Beberapa pelayan, buru-buru membuat masakan kesukaan Acha. Hendrawan duduk berdampingan dengan Arga, menatap mereka dengan perasaan lega. Tak lama kemudian, Calvin tiba bersama Aluna. Meskipun masa nifasnya belum berakhir, Aluna sudah terlihat sangat bugar dan aktif bergerak. "Adek. Kamu bikin Kakak kelimpungan. Coba cerita dulu sama kita. Kamu kemana aja hah? Tiga hari kamu ilang lho." Aluna bertanya pada Acha, setelah memeluk dan mencium gadis itu. Suasana tiba-tiba hening. Semua orang dalam ruangan itu, menunggu jawaban Acha. Sejak masuk mansion, gadis itu belum mengeluarkan satu patah kata pun. Acha menatap bunga mawar putih dalam genggamannya. Otaknya seakan-akan terus memerintah tangannya, untuk menggenggam tangkai bunga itu dengan erat. Tiga hari? rupanya sudah selama itu dia hilang. Hilang? apanya yang hilang? Dia hanya sengaja mengikuti si kakek. Atau jangan-jangan ... Astaga Acha mengangkat wajah

  • Istri Lusuhku Jadi CEO, Setelah Aku Ceraikan   Bab 147

    "Acha hilang, Bun?" "Iya Ka. Kemaren habis dari rumah Kakak, mobilnya nyerempet pagar pembatas tol, di belokan sebelum jembatan itu lho. Ponsel ada dalam mobil. Tapi Achanya gak ada. Ini malah udah heboh. Ada fans dia yang upload video mobil di tepi jalan, jadi rame sekarang. Bunda takut Kakak. Kata polisi, gak ada sama sekali jejak penculikan. Terus, anak itu ke mana?" jelas Anaya panjang lebar kepada Aluna. Calvin yang sedang menggendong salah satu bayi kembar mereka, berhenti bersenandung, saat melihat wajah sang istri yang berubah cemas. Aluna pikir, apakah karena video call tadi, sampai Acha menghilang tanpa jejak? Selama ini, mereka memang tidak pernah lagi membahas tentang Surya, atau apapun yang berkaitan dengannya. "Bunda yang sabar yah. Nanti aku coba minta tolong sama anak-anak, buat bantu nyari," Aluna mencoba menenangkan Anaya. "Ok Kakak. Nanti Bunda kabarin, kalo ada perkembangan," Dengan cepat, tangan Aluna mengetik pesan pada Bondan dan teman-temannya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status