Semua itu karena situasi yang semakin mencekam. Dimana King tanpa mengenal usia membuat beberapa tamu menjadi sandra tanpa terikat tali. Bukan masalah ketika hanya sekedar ancaman, tapi apa yang dilakukan si pria brengsek itu langsung menjadi aksi spontan. Sehingga tanggung jawab dipertaruhkan bersambut rasa kemanusiaan.
Harapan dan doa menjadi akhir dari kekacauan. Meski hati menolak menerima pernikahan Naya dan King. Tetap saja ia harus mengiringi kedua pasutri baru itu dengan doa terbaik agar bisa mengubah keadaan di masa yang akan datang. Keraguan itu ada, tapi keyakinan lebih dari cukup mempercayakan semua kepada Tuhan Yang Maha Esa.Sementara itu, King yang berada di dalam mobil masih sibuk memainkan anak rambut yang menghalangi wajah istrinya. Tatapan matanya tampak tenang tanpa ada kemarahan seolah baru saja menikah dengan restu dari semua orang. Padahal hati dan pikiran menyadari apa yang sudah dirinya lakukan.Apa, kenapa, bagaimana dan untuk apa dirinya menikah dengan Naya? Tidak ada yang tau selain lolongan hati tak bertuan terjerat ikatan nyata dalam kisah di balik layar. Biarlah dunia melihat sisi lain dari seorang Kingsley karena itu akan menjadi pelajaran tanpa ada perbuatan yang merugikan.Setelah apa yang terjadi di rumah Naya. Sudah pasti banyak mulut sibuk bergunjing tentang pengakuan sang istri dan jika tidak mengalihkan perhatian ke arah lain. Maka yang menjadi bahan obrolan pastilah hanya tentang tindakan istrinya saja. Sesuatu harus dilakukan untuk mengubah keadaan dalam waktu singkat.Lamunan yang membawa kesadaran tersentak suara pertanyaan dari arah depan, "Tuan, apa kita pulang ke rumah utama?" tanya si supir begitu lirih karena tak ingin melakukan kesalahan di hari bahagia sang majikan.Sesaat mengalihkan perhatian bersambut kedipan mata sebagai jawaban tanpa suara, membuat si supir kembali fokus menyetir menatap ke arah jalanan. Tidak ada gangguan selama perjalanan sehingga hanya membutuhkan waktu satu jam lebih lima belas menit untuk sampai kediaman Mattew.Bangunan megah dengan luas seribu hektar di kelilingi pepohonan rindang membentuk lingkaran seperlima dan bagian depan dimana tertutup pagar besi rapat nan menjulang tinggi berdiri arrogant seakan tidak bisa di taklukan. Kedatangan mobil Audi RS7 Sportback milik tuan muda yang sudah terdeteksi dari jarak dua puluh meter bersambut suara derit gerbang.Audi RS7 diklaim sendiri, merupakan mobil lapis baja tercepat di dunia. Mobil sport ini bisa berakselerasi sampai 325 km/jam. Mobil ini menggunakan mesin V8 4.0 liter dengan sistem APR Plus Stage II yang bisa menghasilkan tenaga maksimal 760 hp. Mobil ini bisa mencapai 100 km/jam hanya dalam 2,9 detik dan hanya ada dua puluh tiga unit di dunia.Begitu mobil melintasi pintu gerbang, maka secara otomatis juga akan kembali tertutup. Semua itu karena kediaman Matthew dilengkapi sensor deteksi yang dilengkapi sebagai bentuk keamanan tambahan. Hal itu agar tidak sembarangan orang asing keluar masuk tanpa karena jelas tidak memiliki akses, bahkan setiap pekerja memiliki id card sebagai tanda pengenal yang tidak bisa di duplikasi.Keadaan Naya yang masih tak sadarkan diri, membuat King kembali menggendong wanitanya agar masuk bersama-sama ke dalam rumah utama. Tidak tahu apa reaksi keluarganya nanti, tapi apapun yang akan terjadi sudah dilakukan sesuai dengan harapannya sendiri. Kini tidak ada lagi yang akan memperdebatkan status dari Darian Kingsley."Selamat datang kembali, Tuan Muda King," sambut para pelayan yang dengan sigap membukakan pintu utama, lalu membiarkan sang tuan masuk tanpa ada halangan.Penyambutan itu sangatlah tidak diperlukan, hanya saja ia juga tidak peduli. Sehingga tanpa memberikan jawaban melanjutkan perjalanan menuju kamar pribadinya. Kamar yang berada di lantai paling atas adalah kamar utama dari anggota ketiga keluarga Matthew.Berjalan selama lima menit, lalu masuk ke dalam lift khusus, kemudian menunggu selama satu menit. Barulah sampai di lorong deretan tiga kamar teratas. Satu kamarnya berada di ujung dekat jendela besar nan tinggi menghadap ke kolam renang di lantai dasar. Satu kamar tengah merupakan kamar kosong, sedangkan kamar depan lift menjadi kamar kedua orang tuanya.Kamar yang menggunakan password retina mata mempermudah King sehingga tidak perlu menurunkan Naya dari gendongannya. Apalagi pintu jug terbuka otomatis menyambut kedatangannya. Perlahan merebahkan tubuh sang istri ke atas ranjang agar tidak terganggu karena pergerakannya.Wajah Naya tampak begitu pucat dengan gaun pengantin yang berantakan, riasan mulai memudar, tetapi tidak mengurangi kecantikan alami si gadis yang ia paksa menjadi istri dadakan. Kini semua akan menjadi hal baru, hanya saja sampai kapan bisa bertahan? Ketika sadar hubungan keduanya dipaksakan.Tidurlah! Aku tidak tahu harus berkata apa, tapi semua ini hanya untuk dia. Sampai tiba saatnya kembali, maka kamu menjadi tanggung jawabku.~ucap hati King tanpa sadar meneteskan air mata mengingat hal penting dalam hidupnya.Manusia akan selalu dihadapkan pada kenyataan dan keinginan. Dua hal tersebut menjadi pilihan sulit karena jika mengikuti keinginan hati, maka bisa saja mengorbankan keadaan. Sementara untuk menerima kenyataan menjadi tekanan dalam ketidakpastian. Bisa saja ikhlas atau justru menjadi dendam.Sama halnya tindakan King yang secara sadar memaksa Naya menjadi istrinya. Wanita yang mendapatkan jaminan hidup itu hanya akan memiliki status sebagai menantu pertama dari keluarga Matthew, tetapi tidak dengan hak seorang istri Darian Kingsley. Apa yang tampak hanyalah sekedar bunga dunia.Dibiarkannya Naya dalam keadaan tidak sadarkan diri terbaring di atas ranjang miliknya, sedangkan ia sendiri memilih membersihkan tubuh yang terasa lengket karena pertarungan pertama terjadi dengan pacuan waktu melawan sang takdir.Suara gemericik air membuai membawa sepintas ingatan tiga jam sebelum pergi ke rumah Naya. Dimana saat itu, dirinya masih berada di luar kota karena melakukan tugas penting, tapi tiba-tiba panggilan emergency mengalihkan seluruh pusat perhatiannya dan langsung meluncur kembali ke Jakarta menggunakan heli pribadi.Tidak ada niat untuk mencari rumah wanita bernama Naya hingga satu permintaan bersambut janji kehidupan mengubah kehidupannya dalam sekejap mata. Amarah yang ia tunjukkan nyata, bahkan jelas karena refleksi dari ketidakberdayaan yang mengikat kebebasan dan tak bisa memilih keinginan hati.Satu janji mampu menghentikan seluruh kebebasan yang selama ini menjadi kehidupan seorang Kingsley. Dimana ia tak bisa lagi berkutik menghindari fakta akan sebuah kewajiban sebagai anggota keluarga Matthew. Dinginnya air tak meredam amarah yang ada di dalam hati.Gemuruh di dada bersambut suara talu yang bergema masih bisa ia dengarkan. Tangan mengepal mencoba mencari kekuatan dari sisa keterpaksaan yang juga membelenggu ikatan dalam kehidupannya. Kenapa masih ada ketidakadilan dalam penekanan atas nama kasih sayang? Kenapa ada kata balas budi di setiap kewajiban dalam sebuah kekeluargaan?Di tengah kekaguman akan ciptaan Sang Penguasa Alam tiba-tiba dikejutkan suara keras ketukan pintu kasar. Entah yang mengetuk pintu tak memiliki sopan santun atau memang sedang terburu-buru. Apapun alasannya, satu hal pasti sudah membangkitkan rasa kesal dari dalam hati. "Ck! Ganggu orang seneng aja," gerutunya tetapi tetap melangkah mendekati papan kayu yang setinggi hampir dua meter. Lalu, ia putar knop meski rasa malas menyapa, "Elo, gak bisa sabar dikit gitu jadi human?""Halah, rumah sendiri ini, suka-suka aku donk." timpal si pendatang seraya melemparkan sebuah dokumen bersampul transparan ke penghuni kamar yang berdiri menghalangi pintu. Bukannya tidak paham, apalagi tak mengerti akan situasi apalagi waktu. Baginya pekerjaan lebih penting daripada harus memeluk sikap kalem. Sebab tidak hari tanpa tekanan sang majikan dan seluruh penghuni tempat mereka berpijak tentu sangat hapal peraturan di luar kepala masing-masing. Lalu, untuk apa dia merasa sungkan? "Gue gak peduli. Poko
Penantian yang dinantikan nyatanya hanya memakan waktu kurang dari sepuluh menit hingga seorang pria dengan perut nan buncit datang menghampiri. Nama pria itu ialah Pak Didit yang memiliki peran penting karena bertanggung jawab atas setiap bangunan sebelum pindah ke tangan pemilik sah. Menurut informasi, pria satu itu juga tinggal tak jauh dari perumahan elit tetapi tidak menjadi salah satu pemilik unit sebab perusahaan telah menyediakan rumah berbeda. "Selamat malam, Tuan. Maaf udah buat Anda nungguin saya lama. Mari saya antar ke kediaman Anda sembari membicarakan prosedur terakhirnya!" Pak Didit tanpa basa-basi langsung mengajak King untuk meninggalkan parkiran. Meski mereka berdua terpisah di kendaraan berbeda sepanjang perjalanan menuju kediaman sang pemilik properti. Bangunan berlantai tiga dengan desain modern dimana dari luar tampak deretan dinding kaca tertutup tirai. Akan tetapi dengan pagar setinggi satu meter lebih membuat pandangan dari luar tidak bisa melihat secara me
Namun, apa gunanya mengkhawatirkan seseorang yang selalu siap menjalani lika-liku kehidupan. Bukan karena tuannya itu memiliki kekuasaan tetapi ia percaya akan setiap langkah sang atasan selalu berdasarkan perhitungan. Selain itu, tanggung jawab yang harus ia penuhi adalah memastikan keamanan dari pasien. Tentu saja tidak ada tempat untuk dirinya bersantai. Oleh karena itu, kaki melangkah kembali masuk ke dalam rumah sakit tapi bukan ke ruang ICU melainkan ke salah satu lorong dimana ruangan dokter yang menangani Mrs. varsha berada. Ia harus memastikan pengaturan yang diinginkan atasannya terpenuhi tanpa mengalami masalah apapun. Sementara di sisi lain, King sendiri fokus menyetir dimana perjalanan malam akan sangat membosankan karena tak ada teman sepermainan. Bagaimana kesunyian begitu enggan meninggalkan kesendirian di tengah hiruk pikuk kendaraan yang juga berlalu lalang di luar sana. Sesaat fokus teralihkan pada kerlap-kerlip lampu jalan yang menjadi bintang jalanan. "Kenapa o
Kekacauan di jalan raya itu tak bisa dihindari bahkan kemacetan pun kian menjadi. Akan tetapi tidak menghalangi laju kendaraan beberapa ambulans yang meninggalkan lokasi kejadian kecelakaan. Suara sirine terdengar mengaung membelah jalanan yang mana membuat orang-orang pemilik kendaraan lain membiarkan tanpa mengeluh sebab mereka tahu nyawa di dalam kendaraan milik rumah sakit sedang dipertaruhkan. Begitu juga dengan para perawat yang sudah berusaha sekuat tenaga untuk memberikan pertolongan pertama pada pasien. Hingga pada akhirnya mereka hanya bisa menunggu sampai di rumah sakit untuk melanjutkan pengobatan dari pasien yang mengalami kecelakaan. Jarak yang ditempuh memerlukan waktu kurang dari tiga puluh menit dan itu pun tanpa halangan selain berpacu pada waktu. Pihak rumah sakit langsung menyambut para pasien begitu mobil ambulans berhenti di lobi. Kemudian mengeluarkan satu per satu brankar diterima oleh beberapa dokter berbeda. Penanganan telah berpindah tangan tetapi peng
Aya tersenyum meski rasa di dalam dada terasa panas membara. Entah kenapa ia tiba-tiba memikirkan sesuatu yang tidak seharusnya. Mungkin karena beberapa hari terakhir lebih banyak memiliki waktu senggang atau sebatas terlalu memikirkan banyak hal secara bersamaan. Apapun alasannya, ia merasa kehilangan semangat. "Gak kok, Suamiku. Yuk, kita ke bawah buat sarapan." ajak Aya dengan manja dimana ia menggandeng tangan kanan suaminya. Langkah kaki berjalan bersama menyusuri lantai marmer menuju anak tangga yang ada di depan sana. Terkadang sikap menghadirkan kebenaran tanpa kata-kata. Bahkan tidak setiap pernyataan bisa menjadi fakta yang sebenarnya. Begitu juga dengan perasaan dimana selalu terpancar dari tatapan mata. Bagi mereka yang peka, maka perubahan sekecil apapun bisa terasa. Namun, seringkali manusia melupakan hal paling sederhana yaitu berusaha terbuka pada pasangan sendiri. Raga pemilik jiwa bukan seorang peramal, sebab itu agar pasangannya memahami isi hati dan pikiran, ten
Setelah kepergian sang istri, akhirnya King beranjak dari tempat tidur. Pria itu tidak ingin membuat Naya terbawa perasaan hanya karena keberadaannya. Terlebih lagi hubungan mereka hanya sebatas di atas kertas. Sejak awal adalah orang asing, maka sampai kapanpun akan tetap asing. Begitulah pikirnya yang mana sesuai dengan fakta tanpa melupakan kebenaran. Ia pun tidak berniat untuk mengingkari janji yang telah ia buat secara sadar walau demi kepentingan diri sendiri. Jika belenggu emosi bisa ia hindari, lalu apa gunanya untuk menghadirkan kesempatan mengenal satu sama lain? Langkah kaki menyusuri anak tangga dengan santainya dan tatapan mata fokus ke depan tidak teralihkan oleh hal lain. Sejujurnya, dia enggan untuk tetap tinggal di rumah Matthew. Akan tetapi mengingat situasi lebih baik menjaga jarak untuk memastikan tidak ada kecurangan. Apalagi tindakan di luar batas yang hanya untuk mengancamnya. "Selamat pagi, Tuan Muda. Mau bibi buatin teh atau kopi?" Seorang pelayan langsung