Share

Ide Dadakan

Author: Rcancer
last update Last Updated: 2023-09-12 06:01:16

Wanita itu kini berbincang dengan beberapa warga.

Elang semakin yakin jika wanita itu benar-benar salah satu dari warga yang sedang tersandung masalah tanah dengan perusahaannya.

"Tuan, lihat ini!"

Suara sang asisten yang berada satu ruangan dengan Elang sontak mengalihkan pandangan pria itu.

“Ada apa?”

Aldi lantas menunjukan tablet yang sedang dia genggam, "Om Bonar bikin ulah lagi, Tuan," tunjuknya, “ia ternyata yang memprovokasi para warga.”

Elang seketika mendengus kasar.

Dari raut wajahnya, jelas sekali kalau dia sangat geram mendengar kabar dari asistennya mengenai pamannya yang manipulatif.

"Sebenarnya apa maunya? Dia selalu menggunakan statusnya sebagai pamanku untuk berbuat seenaknya," sungut pria itu sembari melangkah menuju kursi kerjanya.

Pamannya itu bahkan juga seringkali mengenalkan berbagai wanita pilihannya pada Elang dengan harapan dapat menguras semua harta milik Elang lewat mereka.

"Lalu, apa yang akan Tuan lakukan?”

Elang tersenyum dingin. "Warga yang ingin menyelesaikan masalah tanah, suruh langsung saja masuk ke tempat acara. Lalu, orang yang merasa tidak menjual tanahnya, suruh menghadapku terlebih dahulu,” titahnya.

“Hanya satu orang, kan yang mengalami masalah itu?" tambah Elang–memastikan.

"Benar, Tuan, hanya satu orang," jawab sang asisten, “jika demikian, saya pamit undur diri.”

Aldi segera pergi dan melaksanakan tugas yang baru saja dia terima.

Sementara itu, Elang kembali menatap layar laptop di hadapannya. Namun, pikirannya menjadi tidak fokus karena kabar tentang pamannya dan juga wanita penjual donat itu… yang seolah reinkarnasi sang istri.

Tok tok tok!

Di saat Elang sedang sibuk dengan pikirannya, ia menangkap suara ketukan pintu.

"Masuk!" titahnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.

"Permisi, Tuan. Saya Ayunda. Apa benar ini kantor pemilik hotel Harmoni?"

Elang sontak tertegun untuk beberapa saat adalah matanya menangkap sosok wanita penjual donat ada itu!

Di saat yang sama, mata sang tamu juga membelalak. "Loh, Tuan!" serunya sambil menunjuk ke arah Elang, "Bukankah Tuan yang semalam membeli donat saya?"

Elang terkesiap, tapi tak lama setelahnya dia mengangguk dengan wajah yang dibuat datar.

"Kenapa? Apa Anda terkejut?"

"Tentu saja saya terkejut," ujar Ayunda lantang.

"Jadi Anda yang membeli rumah saya secara diam-diam?" tuduhnya.

Elang mengerutkan kening. "Siapa yang membelinya diam-diam?"

"Tentu saja Anda! Siapa lagi? Padahal, saya dan keluarga Saya tidak pernah merasa menjual rumah kami, tapi kenapa anak buah anda tiba-tiba memberi perintah agar kami segera meninggalkan rumah kami?”

“Mohon jelaskan dari mana Anda mendapat sertifikat tanah rumah saya?"

Mendengar tuduhan itu, Elang menggelengkan kepala. "Justru, Anda yang harusnya tahu mengapa hal tersebut bisa terjadi. Perusahaan kami selalu melakukan transaksi jual beli dengan legal.”

"Tapi, saya dan orang tua saya tidak merasa menjual rumah saya, Tuan,” ucapnya frustasi, "kalau ini dilanjutkan, saya sekeluarga akan tinggal di mana?"

"Sebentar, saya carikan catatan pembelian lahan di kota ini." Elang segera menatap layar laptopnya dan jari-jarinya dengan lincah.

"Di sini tertulis nama-nama orang yang menjual tanah. Silakan Anda cari nama seseorang yang mungkin anda kenal," ujarnya sambil mengalihkan layar laptop ke hadapan wanita itu.

Wanita penjual donat itu langsung menelisik data yang terpampang pada layar laptop. Dia membaca nama dalam data dengan teliti satu persatu.

Sampai beberapa saat kemudian, Ayunda tampak tercekat saat membaca dua nama yang sangat dia kenal tercatat sebagai penjual tanah miliknya.

"Paman dan bibi? Jadi, yang menjual tanah dan rumahku, mereka?" Suaranya agak bergetar kala menyadari keluarga dekatnyalah yang menjebak dirinya. "Bagaimana bisa? Kenapa mereka begitu tega?"

"Bagaimana? Sekarang sudah jelas bukan, kalau perusahaan saya tidak melakukan kecurangan?" ujar Elang dengan perasaan yang cukup lega meski dia merasa iba ketika melihat wajah wanita di hadapannya yang nampak sedih.

Untuk beberapa saat, Ayunda hanya terdiam.

Ia begitu marah, kecewa, dan sakit hati karena tidak menyangka bila orang yang selama ini menumpang di rumahnya–malah menusuk keluarganya dari belakang!

"Apa saya bisa mendapatkan sertifikat rumah saya kembali, Tuan?" ucapnya lirih berusaha menenangkan diri.

Elang terdiam. Sebelum akhirnya, ia mendapat ide untuk mencari tahu apa mungkin wanita itu ada hubungannya dengan keluarga mendiang istrinya.

"Bisa," jawab pria itu tenang, "kamu bisa mengambil kembali sertifikat tanah itu setelah mengembalikan uang yang sudah saya bayarkan."

"Memang Paman saya menjualnya dengan harga berapa?" tanya Ayunda ragu-ragu.

Namun, mendengar sebutan “paman”, membuat Elang mendelik kesal. "Memang, siapa nama paman Anda?"

“Maaf….”

Elang pun mengambil alih laptopnya.

Ia segera mencari catatan pembelian. "Di sini, tertulis harga yang kami keluarkan sebesar 700 juta," ucapnya.

"Apa!" pekik wanita seketika, "Astaga! Aku dapat darimana uang sebanyak itu."

"Anda bisa meminta uang penjualan rumah itu kepada paman Anda," saran Elang.

"Saya tidak tahu mereka ke mana. Saya pikir mereka kabur karena dikejar hutang, tapi ternyata..." Ayunda tak melanjutkan ucapannya. Ia seketika menunduk.

Melihat itu, Elang pun hanya bisa menghela nafas.

Dalam posisi seperti ini, tentu saja dia yang menang. Meski demikian, ia merasa tak terlalu senang.

Dalam diam, sebuah ide tiba-tiba terlintas dalam pikiran Elang.

Ia tiba-tiba teringat novel online dan juga drama yang sering ditonton adik perempuannya.

Mungkin, ini adalah cara Tuhan untuk membuatnya dekat dengan wanita yang wajahnya mirip dengan almarhumah istrinya dan juga menghindari kejaran ibunya setiap hari.

"Apa Anda serius tidak mau kehilangan rumah Anda?" tanya Elang memastikan.

Wanita itu mendongak, lalu dengan lemah dia mengangguk.

"Saya bisa mengabulkannya dengan satu syarat.”

Kening wanita itu sontak berkerut mendengar ucapan Elang. "Syarat? Apa itu?"

"Menikahlah dengan saya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Muda sang Hot Duda   Akhir Yang Bahagia

    Elang dan Ayunda kini sudah bisa bernafas lega. Setelah tadi berbicara cukup lama dengan orang tua Ayunda, akhirnya Malik dan Rumana mengerti dan memahami alasan Elang menikahi anak mereka.Pada akhirnya, Elang memilih jujur, tentang surat tanah yang dijadikan jaminan untuk mengajak Ayunda menikah. Menurut Elang, dia memang lebih baik jujur saat itu juga karena kalau Elang memilih berbohong, Elang takut akan ada kejadian tidak terduga seperti beberapa hari terakhir ini.Tentu saja Rumana dan Malik cukup kecewa kala mendengar kejujuran dari mulut sang menantu. Bahkan Rumana sempat menangis saat dia tahu dari mulut anaknya sendiri, kalau Ayunda mau menikah dengan Elang semata-mata hanya karena ingin menyelamatkan harta berharga milik orang tuanya.Setelah terjadi sedikit perdebatan, akhirnya secara perlahan, Elang mampu meyakinkan orang tua Ayunda kalau dia akan bertanggung jawab penuh atas kebahagiaan istrinya. Elang juga dengan lantang mengatakan kalau pernikahan yang dia jalani bersa

  • Istri Muda sang Hot Duda   Rasa Kecewa Orang Tua

    Untuk beberapa saat Ayunda terdiam sembari menatap salah satu sahabatnya, yang baru saja melempar pertanyaan kepadanya. Ayunda tertegun untuk beberapa saat lalu dia berpikir mengenai pertanyaan tersebut dan berusaha mencari jawaban yang tepat.Tak lama setelahnya Ayunda tersenyum dan melempar pandangannya kepada dua sahabatnya. "Kalaupun selamanya Mas Elang tetap memandangku sebagai mantan istrinya yang meninggal, bukankah itu merupakan hal yang bagus?"Sekarang gantian dua sahabatnya yang tertegun mendengar penuturan Ayunda. "Hal yang bagus? Apa maksudmu?" tanya Yanti.Ayunda masih setia dengan senyumnya yang terkembang. "Bayangkan saja, selama Mas Elang menjadi duda, dia selalu tenggelam dalam bayangan istrinya, bukankah setidaknya itu sesuatu yang bagus? Hal itu menunjukan betapa setianya Mas elang pada satu nama wanita. Lalu, apa aku harus terlalu mempermasalahkan jika Mas Elang menganggapku hanya sebagai pelepas rindu pada mantan istrinya?"Untuk beberapa saat Maya dan Yanti menu

  • Istri Muda sang Hot Duda   Para Wanita

    "Kamu ingin bertemu dengan istri Elang?" sontak, Laras langsung bertanya kembali begitu mendengar permintaaan mantan besannya. Dengan kening berkerut dan mata agak menyipit, Laras menatap lawan bicaranya, menuntut alasan dibalik permintaan tamunya itu.Rebeca mengangguk yakin. Wanita berwajah blesteran itu mambalas tatapan Laras dan tatapannya sukar untuk diartikan. "Aku ingin melepas rindu pada anakku, Jeng," ucap Rebeca lirih dan wanita itu sedikit menunduk.Laras semakin menunjukan wajah terkejutnya. Namun setelah pikirannya mencerna untuk beberapa saat, kepala Laras mengangguk beberapa kali sebagai tanda kalau dia memahami tujuan tamunya meski ada perasaan sedikit curiga."Asal tidak ada niat lain, saya sendiri tidak keberatan kamu menemui menantuku," Laras menjawabnya dengan tenang dan pelan, tapi sukses membuat lawan bicaranya menatapnya penuh tanya."Apa maksud kamu?" Rebeca bertanya dengan wajah terlihat bingung."Selama ini, aku sering mendengar, kamu selalu menyalahkan anakk

  • Istri Muda sang Hot Duda   Berbeda Rasa

    "Mama!" Bella sedikit memekik kala matanya menangkap sosok wanita yang sudah melahirkannya, berada dalam ruang kerjanya. Dari sorot mata sang mama, Bella dengan jelas melihat amarah yang besar dan Bella bisa menebak kalau amarah itu tertuju kepadanya.Di sana juga ada sosok pria yang menatap Bella dengan pandangan yang cukup membuat Bella semakin gelisah. Bella tidak menyangka kalau pria yang baru saja dia hubungi melalui telephone, ada di kantornya, membuat wanita itu diliputi penuh tanda tanya juga."Mama ngapain di sini?" tanya Bella dengan sikap yang dibuat setenang mungkin. Meski dia sudah tahu tujuan wanita yang akrab dipanggil Marina berada di kantornya, tapi Bella memang harus bisa bersikap biasa saja."Maksud kamu apa, berbuat seperti itu kepada Elang?" Marins langsung melempar pertanyaan yang menjadi sumber kemarahannya. "Berbuat apa sih, Ma?" Bella bertanya seperti orang bodoh dan sikap wanita itu justru semakin membuat sang Mama bertambah murka."Nggak perlu banyak drama

  • Istri Muda sang Hot Duda   Tamu Tak Terduga

    "Mas Erik!" suara Ayunda sedikit meninggi karena dia cukup terkejut dengan kedatangan tamu tak terduga, yang baru saja disebut namanya. Sudah pasti rasa heran tumbuh dalam benak wanita itu dan saat itu juga banyak pertanyaan yang bermunculan dalam pikirannya."Apa kabar, Ayund?" sapa pria yang sudah duduk di kursi, yang ada di teras rumah Ayunda. Pria itu bahkan langsung berdiri dan segera mengulurkan tangan, mengajak Ayunda untuk berjabat tangan. "Baik," jawab Ayunda agak tidak nyaman, meski dia membalas uluran tangan tamunya, lalu dia kembali mengajak pria itu untuk duduk. "Mas Erik tahu darimana rumah saya?" tanya wanita itu penuh selidik karena hal itu salah satu alasan yang membuat Ayunda heran."Dari orang-orang sekitar kota ini. Kebetulan aku sedang ada pekerjaan di kota ini, jadi ya aku sekalian aja pengin mampir. Tidak cukup sulit loh mencari alamat rumah kamu," jawab Erik nampak begitu tenang dengan senyum tipis yang masih terkembang."Terus, bagaimana Mas Erik tahu aku a

  • Istri Muda sang Hot Duda   Curahan Hati Elang

    "Sayang?" gumam Ayunda lirih dengan kening berkerut. Wanita itu merasa heran serta takjub secara bersamaan, begitu mendengar kata sayang keluar dari mulut Elang. "Apa dia sudah gila?" gumamnya lagi merasa geli dan wanita itu menahan senyumnya agar tidak merekah.Ayunda sungguh terperangah kala menyaksikan sang suami dengan penuh rasa percaya diri mengucapkan kata sayang dalam acara konferensi persnya. Entah apa yang harus Ayunda lakukan saat ini, dia seketika diliputi rasa bingung. "Nggak usah pura-pura kaget gitu," celetuk Rumana yang diam-diam memperhatikan tingkah putrinya sampai Ayunda terkesiap dan menoleh ke arahnya saat itu juga."Apaan sih, bu?" sungut Ayunda menutupi rasa malunya. Wanita itu sedikit salah tingkah karena tatapan dan senyum sang ibu, benar-benar sedang meledeknya."Ya harusnya kamu seneng dong, kalau Elang beneran sayang sama kamu. Berarti dia memang nggak main-main waktu ngajak nikah kamu secara mendadak," ucap Rumana mencoba bersikap bijak dan sedikit mengh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status