Setelah panggilan berakhir, Elang terdiam.
Ada dua kabar yang cukup membuatnya resah, sekaligus bahagia.1. Ayunda menerima tawarannya untuk menikah; dan
2. Elang diminta menemui orang tua Ayunda malam ini.
Bahkan satu jam dari sekarang, Ayunda meminta Elang untuk berbicara empat mata!Tentu saja Elang setuju, karena memang banyak yang harus mereka bicarakan menyangkut rencana konyol yang keluar dari pikiran pria itu.Tanpa membuang banyak waktu, Elang langsung segera bersiap diri untuk melakukan pertemun mendadak dengan seorang gadis.Meski pakaian yang dikenakan Elang tidak lepas dari kemeja dan jas, tapi kali ini, pakaian yang membalut tubuhnya lebih terlihat santai daripada saat dia bekerja.Dengan langkah tegap, pria itu berjalan menyusuri lobby hotel miliknya sendiri untuk menemui seorang wanita yang sudah menunggunya.Semua mata yang bekerja di sana tentu saja merasa takjub sekaligus heran, ketika menyaksikan Elang petang ini.Bos mereka yang terkenal lebih memilih istirahat jika pekerjaan telah selesai, tiba-tiba memutuskan keluar?Bahkan, Aldi dan supir pribadinya sampai membulatkan mata mereka.Sedangkan di tempat lain, Ayunda kini sudah menunggu kedatangan Elang di tempat yang sudah ditentukan.Gadis itu sengaja menunggu di luar hotel karena tidak mau menjadi pusat perhatian banyak orang.Lagipula, Ayunda juga agak segan dan canggung jika ketahuan bertemu dengan pemilik hotel ternama tersebut.Jadi, Ayunda memilih menunggu di pemberhentian angkutan umum yang letaknya tepat berada di sisi kanan hotel milik Elang.Tin!Suara klakson mobil yang berhenti tepat di hadapannya mengaggetkan Ayuda yang sedang memainkan ponsel."Masuk!" titah Elang setelah membuka kaca mobil. Sikapnya dingin dan juga wajah yang datar.Ayunda yang tak tahu bahwa pria itu sedang berusaha menutupi rasa gugupnnya. Jadi, ia pun mengangguk dan langsung masuk ke dalam mobil.
Gadis itu hendak duduk di kursi belakang, tapi dengan tegas Elang melarangnya.
"Kamu pikir aku supir pribadimu?" sinisnya.
Ayunda menahan napas. "Maaf, Pak," ucapnya dan berakhir duduk di samping pria itu.Tidak ada pembicaraan di antara keduanya.Dua manusia yang memiliki beda usia cukup jauh itu, saling diam satu sama lain dan hanya fokus dengan pikirannnya masing-masing.Canggung dan bingung, adalah dua hal yang paling mendominasi, hingga suasana hening itu tercipta diantara mereka."Tuan...." Akhirmya setelah beberapa menit terdiam, Ayunda memberanikan diri untuk mengeluarkan suaranya terlebih dahulu."Ya?" balas Elang cepat. Matanya lurus menatap arah jalan, tapi hatinya bergemuruh dengan kencang."Apa Anda akan langsung menemui orang tua saya?"Dengan ragu ,Ayunda melempar pertanyaan tersebut sembari menatap pria tua berwajah bule di sampingnya.
"Loh, kenapa kamu malah bertanya?" Satu alis mata Elang terangkat, dan pria itu menoleh sejenak kepada Ayunda, "bukankah memang rencana kita pergi bersama kali ini, untuk menemui orang tua kamu? Apa ada perubahan?""Iya, Aku tahu. Tidak ada perubahan sama sekali," cicit Ayunda sembari kembali menatap ke arah jalanan."Lalu, apa masalahnya?" tanya Elang masih diliputi rasa heran atas sikap yang ditunjukan oleh wanita di sebelahnya."Anda tidak bertanya, kenapa saya menyetujui syarat yang anda ajukan?" Ayunda kembali bersuara sembari sedikit melirik pria tua tersebut.Elang tertegun. Ucapan Ayunda membuatnya sadar kalau Elang memang belum tahu alasan wanita itu mengambil keputusan untuk menikah dengannya."Ya udah, kamu ceritakan saja, apa alasannya?" pungkasnya.Mendengar Elang yang menanggapi ucapannya dengan enteng, justru membuat Ayunda malah merasa kesal.Wanita itu langsung menatap tajam lawan bicaranya. "Sepertinya Anda memang tidak butuh alasan, kenapa saya menerima syarat dari anda? Baiklah, jika nanti orang tua saya bertanya mengenai hubungan kita, silahkan, anda mencari alasan sendiri untuk menjawabnya. Yang penting jangan sampai mereka tahu, kalau pernikahan kita hanya sebatas nikah kontrak, paham!"
Seketika Elang terperangah--mendengar luapan kekesalan wanita di sisinya.Elang pun terdiam dengan perasaan yang cukup bingung melihat kekesalan Ayunda secara tiba-tiba."Maksud kamu gimana sih?" tanya Elang bingung, "Kenapa kamu malah kesal?""Astaga!" Ayunda memekik, "masa gitu aja anda tidak paham? Apa saya harus menjelaskan, yang namanya orang pacaran itu seperti apa? Mana ada orang pacaran tapi manggilnya Tuan dan anda," sungut Ayunda dengan segala kekesalannya yang makin meluap.Elang semakin tercengang. "Jadi, kamu beneran, memakai alasan kita pacaran kepada orang tua kamu?" tanyanya tidak percaya."Ya iya lah!" Ayunda menjawab dengan suara yang cukup tinggi.Karena kesal, entah kenapa rasa canggung dan rasa hormat kepada pria yang memiliki jabatan tinggi sekaligus pemilik hotel mewah itu, mendadak lenyap begitu saja. "Bukankah Anda sendiri yang mengusulkan memakai cara seperti itu?" Ayunda seketika mendengus. "Gini aja deh, nanti dihadapan orang tuaku, kita harus bersikap layaknya orang pacaran. Jangan sampai mereka curiga kalau kita benikah hanya karena saya menebus sertifikat rumah saya. Nanti saya malah disangka wanita yang tidak benar," cetusnya"Oke " jawab Elang tanpa banyak pertimbangan. "Nanti di depan keluarga saya, kamu juga harus bersikap seperti itu. Pokoknya selama satu tahun ke depan, jangan sampai ada yang tahu kalau kita nikah kontrak," tambah pria itu."Nah, itu Anda sadar," tunjuk Ayunda, "kenapa tadi anda kayak orang ..." Ayunda langsung membekap mulutnya."Kayak orang apa?" sentak Elang, "Kayak orang bodoh maksud kamu?"Bukannya menjawab, Ayunda malah memalingkan pandangannya ke arah jalan. "Lagian Tuan aneh-aneh aja sih! Untuk nebus sertifikat tanah aja, pakai ngajak nikah segala. Akibatnya jadi begini kan? Kita harus berbohong ke sana dan ke sini," gerutu gadis itu tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya.
"Aku juga heran dengan ajakan Tuan. Kenapa Tuan sampai kepikiran ngajak aku nikah? Bukankah sebagai orang besar, hidup anda pasti dikelilingi wanita cantik dan berkelas? Kenapa anda malah ngajak nikah seorang wanita penjual donat? Masa, hanya gara-gara sertifikat tanah doang, kita harus sampai nikah sih?"Elang langsung mendengus dengan mata sesekali melirik tajam ke wanita di sebelahnya."Tidak perlu heran dan tidak perlu berpikiran macam-macam. Mending diam dan ikuti aja apa yang menjadi syaratnya kalau memang kamu masih mau tinggal di rumah itu. Sekarang, tunjukan, dimana letak rumah kamu?" tegasnyaSekarang, malah Elang yang terlihat kesal mendengar ucapan Ayunda. Tentu saja, dia tidak mungkin jujur tentang tujuannya mengajak Ayunda menikah.Bahkan, Elang sudah memiliki rencana tersendiri agar Ayunda tidak akan pernah tahu tentang mantan istrinya yang wajahnya sangat mirip dengan gadis itu.Sementara itu, Ayunda tampak tercenung begitu mendengar ucapan pria di sebelahnya, sampai akhirnya ia tersadar sesuatu! "Arah rumahku sudah kelewatan sejak tadi, Tuan, hehehe..." ucapnya tanpa merasa bedosa."Astaga! kenapa tadi bilang dari tadi!" sungut Elang.Ayunda hanya menunjukan senyum saja, sedangkan Elang langsung bersiap diri untuk berbalik arah dengan segala rasa kesalnya.Di sisi lain, orang tua Ayunda dan juga beberapa tetangganya, menunggu dengan cemas kedatangan Ayunda dan pria yang akan menjadi suaminya.Sampai detik ini, kedua orang tua Ayunda, masih tidak percaya dengan kabar dari tentang pernikahan yang akan digelar dalam waktu dekat.Ditambah lagi, secara mendadak juga, calon suami Ayunda akan menemui mereka malam ini."Padalah, Ayunda selama ini tidak pernah kelihatan jalan sama laki-laki. Eh, nggak tahunya, diam-diam, dia sudah memiliki kekasih?" gerutu Maya, sahabat Ayunda yang kebetulan juga berada di rumah itu."Tenang aja, nanti kita hajar dia rame-rame. Salahnya sendiri, punya pacar pake main rahasia dengan kita," balas Yanti, sahabat Ayunda yang satunya.Kedua sahabat karib Ayunda cukup kesal, begitu mendengar kabar sahabatnya akan menikah. Meski mereka juga ikut senang dengan kabar tersebut.Jadi, keduanya langsung saja mendatangi rumah Ayunda begitu mendapat kabar kalau pria yang akan menikah dengan sahabatnya, datang ke rumah.Beruntung, rumah mereka dekat, jadi dua sahabatnya bisa datang ke rumah Ayunda, kapanpun mereka mau.Di saat semua orang yang menunggu kedatangan Ayunda sedang berbincang satu sama lain, mereka dikejutkan dengan mobil mewah yang berhenti di depan rumah.Sontak hal itu mengundang tanya dalam benak orang yang ada di sana!Terlebih, Ayunda keluar dari mobil itu bersama seorang pria yang tampan dan dewasa...?"Loh, dia kan...?"Elang dan Ayunda kini sudah bisa bernafas lega. Setelah tadi berbicara cukup lama dengan orang tua Ayunda, akhirnya Malik dan Rumana mengerti dan memahami alasan Elang menikahi anak mereka.Pada akhirnya, Elang memilih jujur, tentang surat tanah yang dijadikan jaminan untuk mengajak Ayunda menikah. Menurut Elang, dia memang lebih baik jujur saat itu juga karena kalau Elang memilih berbohong, Elang takut akan ada kejadian tidak terduga seperti beberapa hari terakhir ini.Tentu saja Rumana dan Malik cukup kecewa kala mendengar kejujuran dari mulut sang menantu. Bahkan Rumana sempat menangis saat dia tahu dari mulut anaknya sendiri, kalau Ayunda mau menikah dengan Elang semata-mata hanya karena ingin menyelamatkan harta berharga milik orang tuanya.Setelah terjadi sedikit perdebatan, akhirnya secara perlahan, Elang mampu meyakinkan orang tua Ayunda kalau dia akan bertanggung jawab penuh atas kebahagiaan istrinya. Elang juga dengan lantang mengatakan kalau pernikahan yang dia jalani bersa
Untuk beberapa saat Ayunda terdiam sembari menatap salah satu sahabatnya, yang baru saja melempar pertanyaan kepadanya. Ayunda tertegun untuk beberapa saat lalu dia berpikir mengenai pertanyaan tersebut dan berusaha mencari jawaban yang tepat.Tak lama setelahnya Ayunda tersenyum dan melempar pandangannya kepada dua sahabatnya. "Kalaupun selamanya Mas Elang tetap memandangku sebagai mantan istrinya yang meninggal, bukankah itu merupakan hal yang bagus?"Sekarang gantian dua sahabatnya yang tertegun mendengar penuturan Ayunda. "Hal yang bagus? Apa maksudmu?" tanya Yanti.Ayunda masih setia dengan senyumnya yang terkembang. "Bayangkan saja, selama Mas Elang menjadi duda, dia selalu tenggelam dalam bayangan istrinya, bukankah setidaknya itu sesuatu yang bagus? Hal itu menunjukan betapa setianya Mas elang pada satu nama wanita. Lalu, apa aku harus terlalu mempermasalahkan jika Mas Elang menganggapku hanya sebagai pelepas rindu pada mantan istrinya?"Untuk beberapa saat Maya dan Yanti menu
"Kamu ingin bertemu dengan istri Elang?" sontak, Laras langsung bertanya kembali begitu mendengar permintaaan mantan besannya. Dengan kening berkerut dan mata agak menyipit, Laras menatap lawan bicaranya, menuntut alasan dibalik permintaan tamunya itu.Rebeca mengangguk yakin. Wanita berwajah blesteran itu mambalas tatapan Laras dan tatapannya sukar untuk diartikan. "Aku ingin melepas rindu pada anakku, Jeng," ucap Rebeca lirih dan wanita itu sedikit menunduk.Laras semakin menunjukan wajah terkejutnya. Namun setelah pikirannya mencerna untuk beberapa saat, kepala Laras mengangguk beberapa kali sebagai tanda kalau dia memahami tujuan tamunya meski ada perasaan sedikit curiga."Asal tidak ada niat lain, saya sendiri tidak keberatan kamu menemui menantuku," Laras menjawabnya dengan tenang dan pelan, tapi sukses membuat lawan bicaranya menatapnya penuh tanya."Apa maksud kamu?" Rebeca bertanya dengan wajah terlihat bingung."Selama ini, aku sering mendengar, kamu selalu menyalahkan anakk
"Mama!" Bella sedikit memekik kala matanya menangkap sosok wanita yang sudah melahirkannya, berada dalam ruang kerjanya. Dari sorot mata sang mama, Bella dengan jelas melihat amarah yang besar dan Bella bisa menebak kalau amarah itu tertuju kepadanya.Di sana juga ada sosok pria yang menatap Bella dengan pandangan yang cukup membuat Bella semakin gelisah. Bella tidak menyangka kalau pria yang baru saja dia hubungi melalui telephone, ada di kantornya, membuat wanita itu diliputi penuh tanda tanya juga."Mama ngapain di sini?" tanya Bella dengan sikap yang dibuat setenang mungkin. Meski dia sudah tahu tujuan wanita yang akrab dipanggil Marina berada di kantornya, tapi Bella memang harus bisa bersikap biasa saja."Maksud kamu apa, berbuat seperti itu kepada Elang?" Marins langsung melempar pertanyaan yang menjadi sumber kemarahannya. "Berbuat apa sih, Ma?" Bella bertanya seperti orang bodoh dan sikap wanita itu justru semakin membuat sang Mama bertambah murka."Nggak perlu banyak drama
"Mas Erik!" suara Ayunda sedikit meninggi karena dia cukup terkejut dengan kedatangan tamu tak terduga, yang baru saja disebut namanya. Sudah pasti rasa heran tumbuh dalam benak wanita itu dan saat itu juga banyak pertanyaan yang bermunculan dalam pikirannya."Apa kabar, Ayund?" sapa pria yang sudah duduk di kursi, yang ada di teras rumah Ayunda. Pria itu bahkan langsung berdiri dan segera mengulurkan tangan, mengajak Ayunda untuk berjabat tangan. "Baik," jawab Ayunda agak tidak nyaman, meski dia membalas uluran tangan tamunya, lalu dia kembali mengajak pria itu untuk duduk. "Mas Erik tahu darimana rumah saya?" tanya wanita itu penuh selidik karena hal itu salah satu alasan yang membuat Ayunda heran."Dari orang-orang sekitar kota ini. Kebetulan aku sedang ada pekerjaan di kota ini, jadi ya aku sekalian aja pengin mampir. Tidak cukup sulit loh mencari alamat rumah kamu," jawab Erik nampak begitu tenang dengan senyum tipis yang masih terkembang."Terus, bagaimana Mas Erik tahu aku a
"Sayang?" gumam Ayunda lirih dengan kening berkerut. Wanita itu merasa heran serta takjub secara bersamaan, begitu mendengar kata sayang keluar dari mulut Elang. "Apa dia sudah gila?" gumamnya lagi merasa geli dan wanita itu menahan senyumnya agar tidak merekah.Ayunda sungguh terperangah kala menyaksikan sang suami dengan penuh rasa percaya diri mengucapkan kata sayang dalam acara konferensi persnya. Entah apa yang harus Ayunda lakukan saat ini, dia seketika diliputi rasa bingung. "Nggak usah pura-pura kaget gitu," celetuk Rumana yang diam-diam memperhatikan tingkah putrinya sampai Ayunda terkesiap dan menoleh ke arahnya saat itu juga."Apaan sih, bu?" sungut Ayunda menutupi rasa malunya. Wanita itu sedikit salah tingkah karena tatapan dan senyum sang ibu, benar-benar sedang meledeknya."Ya harusnya kamu seneng dong, kalau Elang beneran sayang sama kamu. Berarti dia memang nggak main-main waktu ngajak nikah kamu secara mendadak," ucap Rumana mencoba bersikap bijak dan sedikit mengh