Share

Bab 6

Penulis: Amih Lilis
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-08 18:00:00

*Happy reading*

"Tolong ambilkan minum, saya haus!" ujar Kak Sean saat sudah masuk, sebelum menghempaskan diri di sofa yang ada di Apartemen-ku, lalu memijat keningnya beberapa kali.

Sepertinya, dia memang lelah sekali. Karenanya, ku iya kan saja permintaannya. Tanpa banyak komentar.

Aku segera berjalan menuju dapur, dan mengambilkan apa yang dia mau. Letak dapur memang tidak jauh dari ruang tamu, di mana Kak Sean tengah duduk. Hingga membuat aku tak butuh waktu lama untuk kembali menghampirinya lagi.

"Ini, Kak." Aku menyodorkan air dalam gelas bening. 

Kak Sean terlihat melirik sekilas. Ia lalu mengambil gelas itu. 

"Makasih." Pria itupun lalu menenggak minumannya dengan rakus.

Melihat Kak Sean yang tiba-tiba datang begini. Jelas membuatku heran bercampur penasaran juga. 

Untuk apa Kak Sean kemari? Ada masalah apa?

Entahlah, aku tak merasa senang sedikitpun, mendapati kehadirannya di sini. Karena aku tahu, pasti ada alasan penting di balik kehadirannya ini.

Entah itu apa? Yang jelas, pasti bukan untuk menjengukku, kan? Karena, siapa aku untuknya?

Aku ini hanya pemeran pendukung, kehadiranku tak akan penting untuknya.

"Maaf, tapi ... kalau boleh tau, untuk apa Kakak kesini?" 

Baiklah akhirnya aku bertanya seperti itu. Konyolkah? Entahlah. Menurutku itu wajar, karena aku merasa penasaran.

Kak Sean menaruh gelas usai meminum isinya. Ia tidak tersenyum. Sama sepertiku, dan justru menghela napas berat penuh beban setelahnya. 

Kan, aku memang hanya beban saja untuknya.

"Kenapa? Kamu nggak suka saya ada di sini?" tanyanya, yang membuatku sontak mengedipkan mata berulang.

"Ah, bu-kan be-gitu maksud aku. Cuma ... aneh aja. Kok, Kakak kesini? Terus Kak Audy mana? Kenapa dia nggak ikut?" 

Setelah bersusah payah menelan kegugupan, akhirnya bisa aku berkata lancar. Usai kalimat itu beres, lega rasanya hatiku.

"Soal itu, ya ...." Kak Sean tampak sendu dengan kalimat yang digantung. Justru membuat jiwa penasaranku makin meronta.

Namun, meski begitu. Aku tidak berusaha menyela. Aku menunggu sampai dia sendiri mau buka mulut. 

Lagi pula dia terlihat akan bicara lagi, kok. Dan Benar saja, setelah menunggu beberapa detik. Kak Sean pun kembali melanjutkan bicara.

"Sebenarnya saya juga terpaksa mengganggu kamu."

Degh!

Apa? Terpaksa mengganggu, dia bilang? Maksudnya?

"Ada yang harus saya bereskan di perusahan cabang yang ada di sini."

"Ada masalah apa? Kok, Felly gak bilang?" sambarku cepat. Membuat Kak Sean langsung manaikan alisnya satu, tanda tak suka.

"Uhm, Maaf. Tapi, setau Rara, cabang di sini gak ada masalah. Karena Rara rutin mengeceknya tiap minggu," ucapku kemudian. Berharap bisa mengembalikan moodnya.

"Apa saya bilang ada masalah?" tanya Kak Sean kemudian, membuatku mengerjap bingung. 

Karena, ya, dia memang gak bilang ada masalah. Tapi, dia bilang ada yang harus dibereskan, kan? Dan itu artinya. Berarti ada yang gak sesuai aturan. Benar begitu, kan? Atau ... aku salah denger?

"Makanya lain kali, denger baik-baik omongan orang. Jangan langsung samber aja," ucapnya sinis. 

Aku pun hanya bisa menunduk saja menerima ucapan itu. Bukan tak bisa menjawab, tapi aku mencoba mengalah, karena tak ingin ribut dengan suamiku di hari pertama di kunjungi.

Walaupun, ya ... itu hanya untuk sekedar bisnis semata.

"Maaf, silahkan lanjutkan," ucapku kemudian. Ingin segera tau alasan sebenarnya.

Namun, Kak Sean bukannya melanjutkan ucapannya, dia malah menyandarkan diri dengan nyaman, sambil melipat tangannya dibawah dada, dan memindaiku dengan seksama.

"Cabang di sini memang gak ada masalah, semuanya baik karena kamu memang cukup baik mengaturnya. Tapi, saya juga punya hak kan, untuk mengecek semuanya lagi, dan menaikturunkan orang-orang di sana sesuai kinerjanya? Karena saya rasa, ilmu kamu belum sampai di sana," ucapnya lagi, terdengar sangat meremehkan aku.

Lagi, aku hanya mengangguk saja demi mempersingkat waktu. 

"Sebenarnya, tadinya saya ingin tinggal di Hotel, atau apartemen lain saja. Karena saya gak mau mengganggu kamu. Tapi karena Mama terus merengek meminta saya tinggal sama kamu, dan memberi kamu kesempatan melaksanakan kewajiban kamu sebagai istri. Saya bisa apa selain menurut? Lagipula, saya takut kamu mengadu lagi karena tidak pernah saya perhatikan."

"Rara tidak pernah mengadu," sahutku cepat. Lagi-lagi kehilangan kontrol diri.

Saat menyadari hal itu, aku pun langsung menggigit bibir bawahku, dan hampir saja mengucapkan maaf, sebelum jawaban Kak Sean lebih dulu terdengar. 

"Dan kamu kira saya percaya?"

Aku pun sontak membeku di tempatku, saat mendengar pernyataan dingin itu dari mulutnya disertai seringai miring.

Padahal, apa yang aku ucapkan benar adanya, aku memang tak pernah mengadu selama ini. Kenapa, Kak Sean malah menuduhku seperti itu?

"Tapi Rara memang gak pernah ngadu apapun, Kak?" protesku akhirnya.

"Oh, ya? Lalu, Kalau begitu darimana Mama tau, kalau aku gak pernah mengindahkan kamu selama ini? Mama bahkan tau, saya gak pernah ingin tau biaya hidup kamu di sini atau pun saku kamu, dan saya juga menyerahkan semuanya sama Felly. Kalau bukan dari mulut kamu, dari siapa lagi, coba?"

Hatiku sakit sekali. Sungguh! Bukan karena mendengar tuduhannya saja, tapi juga tentang kenyataan yang baru di ucapkan barusan.

Kukira, selama ini uang sakuku dia yang memberikan, tapi ternyata ....

Dia memang tak perduli sama sekali padaku!

"Diam berarti iya."

"Bukan gitu--"

"Sudahlah! Saya malas berdebat sama kamu. Sekarang tunjukan dimana kamarnya, karena saya sangat lelah sekali, ingin segera istirahat," ucapnya dengan malas, sambil mengibaskan dengan enteng.

Aku harus apa agar dia percaya? Karena demi tuhan, aku tidak pernah melakukan itu.

"Kenapa melihat saya seperti itu? Mau ngerengek? Atau mau ngadu lagi sama Mama? Ngadu aja, saya udah gak perduli! Karena apapun yang kamu lakukan, tidak akan pernah membuat saya simpatik sama kamu. Camkan itu!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Pyeriel
Jahat amat , dah tinggalin aja cwo macem gitu, kn yg punya harta si cwenya ngapain msti tunduk sm cwo modelan bgtu yg rakus sm harta orang lain,bikin esmosi jiwa dan cepet tua aja dah
goodnovel comment avatar
Yara
panas hati ku ...beneran mana ada sih cwe dah digituin gk pinter jawabnya .esmosi jiwa raga ni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Nomor Dua   Last extra part

    Pov Kenneth” “Bang?”“ “Hm ....”“ “Itu siapa?”“ Kairo mengangkat wajahnya dengan kesal, sebelum mengikuti arah pandangku.” “Maba,” jawabnya singkat. Membuat aku kesal sekali.” Abang kembarku ini memang pelit sekali berkata-kata. Seakan setiap kata dia ucapkan itu harus membayar.” “Ck, Dari baju yang dia pakai pun, gue juga bisa nebak kalau di masih Maba.” Aku berdecak cukup keras, menyuarakan kekesalanku pada pria yang lahir tiga menit lebih awal dariku.” “Kalau begitu, kenapa masih tanya?” gumamnya kemudian, membuat kekesalanku makin menjadi-jadi.”

  • Istri Nomor Dua   Extra part 3

    “Loh, Kak Sean? Udah pulang? Kok, gak ngabarin? Gimana kabar Kakak sama Kak Audy? Baikkan?”“ Aku cukup terkejut melihat keberadaan Kak Sean di Ruang tamu kediamanku, saat baru saja menidurkan Kean yang lumayan rewel hari ini.” Kak Sean tidak menjawabku. Hanya tersenyum tipis, sebelum menyerahkan sebuah amplop padaku.” “Aku baru datang. Sengaja langsung ke sini untuk memberikan itu padamu,” ucapnya sendu, tidak seperti biasanya.” Entah kenapa, aku melihat kesedihan yang teramat sangat dalam matanya.” “Ini apa?” tanyaku kemudian, sambil menerima amplop yang sepertinya berisi surat di dalamnya.” “Baca aja, itu dari Audy.”“ Eh?”

  • Istri Nomor Dua   Extra part 2

    *Happy Reading*” “Saya terima nikah dan kawinnya Andara prameswari Binti Matheo Prameswari dengan mas kawin tersebut, tunai!”“ “Bagaimana para saksi? Sah?”“ “Sah ....”“ Alhamdulilah ....” Rasa haru pun menyeruak tak terbendung, saat moment itu kembali terulang dalam hidupku.” Meski ini memang bukan yang pertama ku alami. Tapi rasa haru ini benar-benar pertama kali aku rasakan dan ....” Terima kasih Tuhan. Akhirnya aku punya hari bahagiaku sendiri.” Aku benar-benar tak pernah menyangka akan punya kesempatan lagi, bisa merasakan moment ini kembali dalam hidupku, setelah semua yang sud

  • Istri Nomor Dua   Extra part 1

    *Happy Reading*”“Andara Prameswari. Kau ku talak.”“Alhamdulilah ....”Senyumku pun langsung terbit, setelah mendengar kata talak kembali diucapkan pria ini.”Please ... tolong jangan bilang aku gila. Karena apa? Karena ini memang harus dilakukan, agar aku bisa meraih kebahagiaanku yang sudah menunggu.”“Makasih ya, Kak,” ucapku tulus, seraya menatap pria yang sekarang sudah sah ku sebut Mantan suami.”Iya, dia adalah Sean Abdilla, yang baru saja mengucapkan kata talak untuk kedua kalinya terhadapku.”Kenapa bisa begitu? Ya ... karena aku sendiri sebenarnya selama ini r

  • Istri Nomor Dua   Epilog

    “Sudahlah, Nak. Jangan menangis lagi.” Mama Sulis terus membelai rambutku, mencoba menenangkan aku yang benar-benar tak bisa menghentikan tangis.”Bagaimana tidak? Aku harus menerima kenyataan kembali ditinggalkan, oleh pria yang sangat penting dalam hidupku. Juga pria yang sudah aku labeli akan menjadi pasangan hidup sampai tua nanti.”Demi Tuhan. Tujuanku ke Rumah ini kan, untuk menyelesaikan masa lalu, agar bisa hidup tenang dengan pria itu.”Tetapi pria itu malah seenaknya pergi, tanpa memberi kabar apapun padaku. Seakan aku ini sudah tak penting dan ....”“Apa perlu kita pesan tiket ke London sekarang. Agar kamu bisa menyusul Dokter Ken ke sana?” usul Kak Sean kemudian. Tampak ikut bersalah akan kejadian itu.”

  • Istri Nomor Dua   Bab 55

    “Kalau begitu, apa Kakak keberatan jika aku bilang kita impas?” ucapku kemudian, setelah cukup lama membiarkan Kak Sean larut dalam penyesalannya.”Sayangnya, Kak Sean malah menggeleng, dan tersenyum miring saat mengalihkan atensinya padaku.”“Kurasa kata impas lebih tepat diucapkan Papimu, Ra. Karena kamu tak punya salah apapun di sini. Hanya aku saja yang bodoh sudah menjadikanmu alat untuk balas dendam. Jadi, kamu tak pantas mengucapkan hal itu,” balasnya dengan bijak.”Ah, i see.”“Kalau begitu. Apa ini sudah cukup untuk kakak, agar tak menggangguku lagi. I mean, Kakak gak akan meminta aku kembali sama Kakak lagi, kan? Karena aku benar-benar tidak--”“&ldqu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status