Share

Bab 5

Author: Amih Lilis
last update Huling Na-update: 2021-06-04 05:07:41

*Happy reading*

"Kalau begitu kenapa kamu gak berani hanya memilih Audy saja, dan meninggalkan perusahaan Rara?"

Degh!

Tunggu!

Itu maksudnya apa?

Hening pun kembali menyapa. Membuat aku kembali menunggu dengan harap cemas, akan jawaban Kak sean setelah ini.

Namun, sampai waktu berlalu pun, Kak Sean ternyata tak memberikan jawaban juga. Hingga Mama Sulis pun kembali mendesaknya.

"Jawab Mama, Sean!"

"Karena Sean gak mau membuat Audy menderita sebagai istri Sean, Ma! Jadi Sean gak boleh kehilangan pekerjaan saat itu. Sean harus bertanggung jawab akan hidup dan kebahagiaan Audy saat itu."

Lalu, bagaimana dengan aku?!

Ingin sekali aku berteriak seperti itu. Namun, rasanya suaraku tercekat dalam tenggorokan, dan tak bisa keluar tanpa membuatku sesak.

Tuhan, ternyata pernikahan ini benar-benar tidak sehat dari awal. Wajar jika Kak Sean tak pernah mau melirikku. Karena ternyata ... aku ... hanya ... sebuah beban untuknya.

Sekarang harus bagaimana aku ambil sikap terhadap pernikahan ini?

"Seharusnya kamu memikirkan hal sama terhadap Rara juga, karena--"

Klik!

Cukup. Aku tak kuat lagi!

Akhirnya aku pun memilih menutup panggilan itu, saat Mama Sulis masih mencoba membuat Kak Sean mau memikirkanku.

Demi tuhan, aku tak ingin seperti ini!

Aku pun meninggalkan ponselku begitu saja di sofa, dan merayap ke atas tempat tidur dengan langkah tak pasti, untuk segera memejamkan mata.

"Gak papa, Ra. Besok semuanya pasti akan baik-baik saja." Aku mencoba memberi sugesti pada diriku sendiri. Berharap ini hanya sebuah mimpi buruk dalam hidupku, yang akan hilang saat aku membuka mata esok hari.

Aku menolak pikiran buruk, yang terus memenuhi kepalaku. Tentang Papi yang mungkin saja melakukan ancaman pada kak Sean, hanya untuk pernikahan ini. Atau mungkin memanipulasi Kak Sean saat itu.

Tidak, Papi gak mungkin setega itu, kan?

Ugh ... Papi, Rara harus bagaimana sekarang?

Tidur, Ra. Besok semuanya akan kembali baik-baik saja. Batinku menegur.

Aku merapatkan mataku seerat mungkin, dan mengigit bibir bawahku agar tak bergetar karena rasa sesak ini membuat mataku mulai memanas.

Jangan nangis, Ra! Kamu gak boleh lemah. Sekarang gak akan ada yang memelukmu jika sedih, Rara. Gak akan ada lagi yang mau menghiburmu. Kamu harus belajar berdiri pada kakimu sendiri.

Harus!

Kamu harus segera lulus, meraih sarjanamu, dan mengambil tampuk kepemimpinan perusahaan Papi. Agar bisa melepaskan Kak Sean dari bebannya, yaitu kamu.

Kamu harus kuat, Rara! Harus!

Akhirnya, sekalipun rasanya sulit sekali. Aku pun bisa memejamkan mata, meski harus diiringi rasa sakit hati yang luar biasa. Karena otakku tak bisa berhenti berpikir dan mengingatkanku, kalau ... ternyata ....

Aku cuma beban suamiku sendiri!

***

Akhirnya, setelah hari itu. Aku pun mencoba menjalani hariku seperti biasa. Tanpa memikirkan tentang pernikahan tak sehat ini, juga semua hal yang menyangkut pada pernikahan ini.

Aku tak ingin sakit hati terus menerus. Cukup sudah aku tahu alasan Kak Sean sebenarnya, dan mencari bukti sendiri tentang perjanjian hitam di atas putih pernikahan ini.

Ya, setelah aku bertanya langsung kepada sekretaris Papi dan pengacaranya. Ternyata memang benar, Papi menjanjikan masing-masing 20 saham perusahan, pada Kak Sean dan Kak Audy jika mereka mau menerimaku pada pernikahan mereka.

Konyol, kan!

Apa ... aku memang sebodoh itu, Sampai harus di carikan suami?

Apa, Papi terlalu takut hartanya jatuh ke pria yang salah, yang mungkin hanya akan manfaatkanku untuk sebuah harta?

Tuhan, aku benar-benar tak habis pikir untuk semua alasan di balik perjanjian Papi itu. Karena aku merasa, aku gak sebodoh itu.

Maka dari itu, karena sekarang aku sudah tau maksud dan niat Kak Sean menjadi suamiku. Aku pun mencoba mengabaikan dan menutup hatiku untuk pernikahan ini.

Aku yakin, sampai kapanpun. Kak Sean pasti gak akan mau menerimaku sebagai istrinya. Karena dari awal, bagi kak Sean istrinya itu hanya kak Audy. Sementara aku, hanya sumber penghasilan saja.

Jadi, untuk apa aku menjadi pungguk merindukan rembulan seperti ini? Iya, kan?

Lebih baik aku fokus pada pendidikanku, agar bisa segera melepaskan diri darinya.

Bercerai? Tentu saja. Apa lagi yang bisa aku lakukan selain itu? Karena aku tak ingin menjadi beban siapapun terlalu lama.

Ya! Aku rasa. Aku pasti bisa mengurus hidupku sendiri tanpa bantuan siapapun.

Kalian tenang saja, aku tidak serta merta mengabaikan orang-orang di Jakarta. Karena sampai saat ini pun, aku masih berhubungan baik dengan Mama Sulis, seperti hari biasanya.

Namun sekarang, aku menolak dan mencoba menutup telinga untuk semua kabar Kak Sean dan istrinya di sana.

Biarkan saja kami hidup masing-masing sekarang. Aku ingin lebih menikmati kesendirianku, sebelum benar-benar terjun menjalan Bisnis Papi.

Ya, Aku pasti bisa melewati ini semua!

Sayangnya, kebahagiaanku itu tak bertahan lama. Karena pada dua bulan setelahnya, sebuah nomor keramat menghubungiku, tanpa adanya peringatan terlebih Dahulu.

Kak Sean!

Bukan cuma itu, dia bahkan mengatakan sudah menungguku di depan Apartementku yang ada di sini, dan menyuruhku segera datang  Karena dia ingin segera istirahat.

"Saya baru sampai negara ini. Masih sangat lelah dan butuh tidur. Jadi kamu cepatlah datang, lalu bukakan pintu ini untuk saya. Saya mengantuk sekali."

Itu ucapannya yang penuh dengan nada perintah padaku.

Aku tidak tahu untuk urusan apa dia ke sini, dan akan berapa lama?

Yang jelas, mendengar hal itu. Tentu saja aku pun bergegas pulang, dan menyambut tamuku tersebut.

Terlepas dari hubungan kami yang sudah sangat lost contact. Bagaimanapun, dia masih sah sebagai suamiku. Dan Kehadirannya, memang tak boleh aku abaikan begitu saja, iya kan?

Karena surgaku masih ada pada kakinya.

Untungnya, kelas hari ini sudah selesai, dan jarak Apartement dari kampus juga tak terlalu jauh. Jadi, aku bisa berlari cepat untuk pulang.

Namun, baru saja aku sampai di hadapannya. Dia pun langsung menatapku tajam, dan berdesis kesal.

"Lelet!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dyah Astri Andriyani
lah udah tau spt itu, knapa rara nggk minta cerai aja, aneh...jdi wanita kok plin plan, pdhal dia sendiri yg bakal menderita, si sean jg skedar pengecut ternyata hahaha...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Istri Nomor Dua   Last extra part

    Pov Kenneth” “Bang?”“ “Hm ....”“ “Itu siapa?”“ Kairo mengangkat wajahnya dengan kesal, sebelum mengikuti arah pandangku.” “Maba,” jawabnya singkat. Membuat aku kesal sekali.” Abang kembarku ini memang pelit sekali berkata-kata. Seakan setiap kata dia ucapkan itu harus membayar.” “Ck, Dari baju yang dia pakai pun, gue juga bisa nebak kalau di masih Maba.” Aku berdecak cukup keras, menyuarakan kekesalanku pada pria yang lahir tiga menit lebih awal dariku.” “Kalau begitu, kenapa masih tanya?” gumamnya kemudian, membuat kekesalanku makin menjadi-jadi.”

  • Istri Nomor Dua   Extra part 3

    “Loh, Kak Sean? Udah pulang? Kok, gak ngabarin? Gimana kabar Kakak sama Kak Audy? Baikkan?”“ Aku cukup terkejut melihat keberadaan Kak Sean di Ruang tamu kediamanku, saat baru saja menidurkan Kean yang lumayan rewel hari ini.” Kak Sean tidak menjawabku. Hanya tersenyum tipis, sebelum menyerahkan sebuah amplop padaku.” “Aku baru datang. Sengaja langsung ke sini untuk memberikan itu padamu,” ucapnya sendu, tidak seperti biasanya.” Entah kenapa, aku melihat kesedihan yang teramat sangat dalam matanya.” “Ini apa?” tanyaku kemudian, sambil menerima amplop yang sepertinya berisi surat di dalamnya.” “Baca aja, itu dari Audy.”“ Eh?”

  • Istri Nomor Dua   Extra part 2

    *Happy Reading*” “Saya terima nikah dan kawinnya Andara prameswari Binti Matheo Prameswari dengan mas kawin tersebut, tunai!”“ “Bagaimana para saksi? Sah?”“ “Sah ....”“ Alhamdulilah ....” Rasa haru pun menyeruak tak terbendung, saat moment itu kembali terulang dalam hidupku.” Meski ini memang bukan yang pertama ku alami. Tapi rasa haru ini benar-benar pertama kali aku rasakan dan ....” Terima kasih Tuhan. Akhirnya aku punya hari bahagiaku sendiri.” Aku benar-benar tak pernah menyangka akan punya kesempatan lagi, bisa merasakan moment ini kembali dalam hidupku, setelah semua yang sud

  • Istri Nomor Dua   Extra part 1

    *Happy Reading*”“Andara Prameswari. Kau ku talak.”“Alhamdulilah ....”Senyumku pun langsung terbit, setelah mendengar kata talak kembali diucapkan pria ini.”Please ... tolong jangan bilang aku gila. Karena apa? Karena ini memang harus dilakukan, agar aku bisa meraih kebahagiaanku yang sudah menunggu.”“Makasih ya, Kak,” ucapku tulus, seraya menatap pria yang sekarang sudah sah ku sebut Mantan suami.”Iya, dia adalah Sean Abdilla, yang baru saja mengucapkan kata talak untuk kedua kalinya terhadapku.”Kenapa bisa begitu? Ya ... karena aku sendiri sebenarnya selama ini r

  • Istri Nomor Dua   Epilog

    “Sudahlah, Nak. Jangan menangis lagi.” Mama Sulis terus membelai rambutku, mencoba menenangkan aku yang benar-benar tak bisa menghentikan tangis.”Bagaimana tidak? Aku harus menerima kenyataan kembali ditinggalkan, oleh pria yang sangat penting dalam hidupku. Juga pria yang sudah aku labeli akan menjadi pasangan hidup sampai tua nanti.”Demi Tuhan. Tujuanku ke Rumah ini kan, untuk menyelesaikan masa lalu, agar bisa hidup tenang dengan pria itu.”Tetapi pria itu malah seenaknya pergi, tanpa memberi kabar apapun padaku. Seakan aku ini sudah tak penting dan ....”“Apa perlu kita pesan tiket ke London sekarang. Agar kamu bisa menyusul Dokter Ken ke sana?” usul Kak Sean kemudian. Tampak ikut bersalah akan kejadian itu.”

  • Istri Nomor Dua   Bab 55

    “Kalau begitu, apa Kakak keberatan jika aku bilang kita impas?” ucapku kemudian, setelah cukup lama membiarkan Kak Sean larut dalam penyesalannya.”Sayangnya, Kak Sean malah menggeleng, dan tersenyum miring saat mengalihkan atensinya padaku.”“Kurasa kata impas lebih tepat diucapkan Papimu, Ra. Karena kamu tak punya salah apapun di sini. Hanya aku saja yang bodoh sudah menjadikanmu alat untuk balas dendam. Jadi, kamu tak pantas mengucapkan hal itu,” balasnya dengan bijak.”Ah, i see.”“Kalau begitu. Apa ini sudah cukup untuk kakak, agar tak menggangguku lagi. I mean, Kakak gak akan meminta aku kembali sama Kakak lagi, kan? Karena aku benar-benar tidak--”“&ldqu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status