Share

Bab 40

Author: Mimoy
last update Last Updated: 2025-10-02 16:29:09

Suara mesin kapal bergetar lembut di bawah pijakan. Gelombang malam mengguncang pelan, seakan ikut menjaga rahasia perjalanan kami. Aku duduk di kabin, memperhatikan Arkana yang sejak tadi sibuk menerima laporan dari pria-pria bersetelan hitam. Wajahnya dingin, serius, matanya nyaris tak pernah berkedip.

“Jaga rute tetap bersih. Jangan ada sinyal bocor keluar,” tegasnya pada salah satu bawahan.

“Siap, Tuan.”

Aku memperhatikan dari kursi panjang dekat dinding. Ada sesuatu pada sikap mereka—hormat, taat, seakan setiap kata Arkana adalah hukum. Aku ingin bertanya banyak, tapi aku tahu ini bukan waktunya.

Arkana menoleh sebentar ke arahku. “Nayla, aku harus rapat sebentar. Jangan jauh dari kabin.”

Aku mengangguk, mencoba tersenyum. “Baik.”

Ia meninggalkanku dengan beberapa orang berjaga di depan pintu. Tapi rasa penasaranku lebih kuat daripada rasa takut. Aku melangkah keluar, berjalan menyusuri lorong sempit kapal. Bau asin laut menusuk hidung, angin malam menerpa wajahku ketika aku tiba
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Paksa Sang CEO Posesif    Bab 40

    Suara mesin kapal bergetar lembut di bawah pijakan. Gelombang malam mengguncang pelan, seakan ikut menjaga rahasia perjalanan kami. Aku duduk di kabin, memperhatikan Arkana yang sejak tadi sibuk menerima laporan dari pria-pria bersetelan hitam. Wajahnya dingin, serius, matanya nyaris tak pernah berkedip.“Jaga rute tetap bersih. Jangan ada sinyal bocor keluar,” tegasnya pada salah satu bawahan.“Siap, Tuan.”Aku memperhatikan dari kursi panjang dekat dinding. Ada sesuatu pada sikap mereka—hormat, taat, seakan setiap kata Arkana adalah hukum. Aku ingin bertanya banyak, tapi aku tahu ini bukan waktunya.Arkana menoleh sebentar ke arahku. “Nayla, aku harus rapat sebentar. Jangan jauh dari kabin.”Aku mengangguk, mencoba tersenyum. “Baik.”Ia meninggalkanku dengan beberapa orang berjaga di depan pintu. Tapi rasa penasaranku lebih kuat daripada rasa takut. Aku melangkah keluar, berjalan menyusuri lorong sempit kapal. Bau asin laut menusuk hidung, angin malam menerpa wajahku ketika aku tiba

  • Istri Paksa Sang CEO Posesif    Bab 39

    Hari itu langit mendung. Aku berdiri di jendela rumah kayu, menatap keluar dengan perasaan gelisah yang sulit dijelaskan. Burung-burung yang biasanya hinggap di pagar tak terlihat, seolah mereka pun tahu ada bahaya yang mendekat. Angin membawa aroma logam yang aneh, membuat dadaku semakin sesak.“Arkana…” panggilku lirih.Ia duduk di meja, sedang memeriksa koper kecil berisi perlengkapan yang tak pernah jauh darinya. Tatapannya tajam, penuh kewaspadaan. Begitu mendengar suaraku, ia mengangkat wajah.“Ada yang salah di luar,” kataku pelan.Arkana menutup koper itu, matanya menyapu jendela. “Aku merasakannya juga. Tempat ini sudah tidak aman. Kita harus pergi sebelum mereka menemukan jejak kita.”Aku menggigit bibir. “Kau pikir Adam—”“Tidak hanya dia.” Suaranya datar, tegas. “Dia bisa saja sudah mencari bantuan dari orang lain. Obsesi seperti itu… bisa membunuh.”Aku terdiam, merasakan bulu kudukku meremang. Malam itu, Arkana memutuskan segalanya. Ia mengajakku keluar melalui garasi be

  • Istri Paksa Sang CEO Posesif    Bab 38

    Subuh merambat pelan, cahaya pucat menyusup lewat celah jendela rumah kayu itu. Aku terbangun lebih dulu, tubuhku masih berat oleh rasa lelah, tapi anehnya ada ketenangan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.Di sampingku, Arkana masih terlelap di sofa. Wajahnya tampak lebih damai meski balutan di bahunya sedikit basah oleh darah yang merembes kembali. Aku menahan napas, lalu bangkit pelan, mencari kain bersih di lemari kecil.Tanganku gemetar saat membuka perban lama dan menggantinya. Setiap kali aku menyentuh luka itu, Arkana meringis, meski matanya tetap terpejam.“Aku bisa merasakanmu,” gumamnya dengan suara serak.Aku terlonjak kecil. “Kau pura-pura tidur?”Senyum tipis muncul di bibirnya. “Tidak. Aku hanya terlalu lelah untuk membuka mata.”Aku menghela napas, menahan tangis. “Kenapa kau selalu menanggung semua sakit sendirian?”Arkana akhirnya membuka mata, menatapku lekat. “Karena aku tahu kau rapuh. Aku tidak ingin beban itu menghancurkanmu.”Aku menunduk, mataku panas. “Ta

  • Istri Paksa Sang CEO Posesif    Bab 37

    Suara mesin mobil tua itu bergema lembut di jalanan lengang. Aku bersandar di kursi, mataku berat, tapi rasa was-was membuatku sulit benar-benar terlelap. Sesekali aku melirik Arkana—wajahnya kaku, sorot matanya lurus ke depan. Hanya sesekali ia menghela napas panjang, menandakan betapa lelah dan sakitnya ia menahan luka.“Tidurlah sebentar,” katanya tanpa menoleh.Aku menggeleng. “Tidak bisa. Bagaimana kalau dia menemukan kita?”Senyum tipis muncul di bibirnya. “Justru karena itu kau harus istirahat. Biarkan aku yang mengkhawatirkan sisanya.”Aku tidak menjawab. Hanya menggenggam tangannya erat di atas persneling, mencoba meminjam kekuatan darinya. Ia tidak menolak. Malah, genggamannya terasa semakin kokoh.Sementara itu, jauh di belakang, Adam melajukan motornya menembus jalan malam. Lampu sorot menyingkap wajahnya yang dipenuhi kegilaan.Ia yakin mobil itu berada di depannya, yakin hanya tinggal beberapa tikungan lagi sampai ia menemukan Nayla.Namun tiba-tiba, jalan bercabang. Dua

  • Istri Paksa Sang CEO Posesif    Bab 36

    Udara dini hari menyelimuti rumah kosong itu dengan dingin menusuk. Aku terbangun karena suara Arkana yang pelan memanggil. “Kita harus pergi sekarang, Nay.” Aku mengucek mata, masih lelah, tapi melihat wajah Arkana yang pucat dengan bahu terbalut kain darah, membuatku tak bisa membantah. Ia sudah berdiri, meski jelas rasa sakit masih menusuk tubuhnya. “Kau bahkan belum pulih,” protesku lirih. Arkana menatapku dengan tatapan yang begitu keras sekaligus lembut. “Kalau kita bertahan di sini, mereka akan menemukan kita. Aku tidak akan membiarkanmu dalam bahaya.” Aku menunduk, hatiku terasa penuh. Ada ketakutan, tapi juga sesuatu yang hangat—perasaan aman karena ia tidak pernah membiarkanku sendirian. Kami keluar dari rumah tua itu, menembus jalanan sepi. Lampu jalan sebagian padam, menyisakan cahaya temaram. Angin berembus, membawa suara anjing menggonggong di kejauhan. Arkana meraih tanganku. Genggamannya kuat, meski jari-jarinya dingin. Aku bisa merasakan betapa ia berusah

  • Istri Paksa Sang CEO Posesif    Bab 35

    Udara malam yang dingin menusuk kulit, tapi tubuhku tetap panas oleh adrenalin. Aku berjalan cepat bersama Arkana, tangannya menggenggam tanganku erat meski gemetar karena luka. “Berhenti sebentar,” bisikku. Nafasku terengah, dadaku sesak melihat darah terus merembes dari bahunya. Arkana menoleh, wajahnya pucat tapi tetap tegas. “Kita harus terus jalan. Mereka bisa kembali kapan saja.” Aku menggeleng, hampir menangis. “Kalau kau terus dipaksa seperti ini, kau bisa mati di jalanku. Biarkan aku mengobatimu sebentar.” Sorot matanya menurun, masih keras kepala, tapi akhirnya ia mengalah. Kami berhenti di sebuah rumah kosong di ujung jalan, pintunya rusak, jendelanya setengah pecah. Aku menuntunnya masuk, duduk di kursi reyot yang berdebu. Tanganku bergetar saat melepas kemejanya yang robek penuh darah. Luka di bahunya terlihat parah, goresan dalam akibat pisau tadi. Hatiku seperti ditusuk. “Tuhan… bagaimana kalau aku kehilanganmu?” suaraku pecah. Arkana menatapku, sorotnya le

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status