Share

11. Kaindra mengetahuinya

"Ti-tidak." Lena tergagap dan mencoba membalas tatapannya. Namun, hatinya mencelos dan bergetar melihat manik mata Kai yang dingin dan dalam. Ia menundukkan kepala, lalu bersiap pergi untuk menghindar dari tatapan menusuk Kai. 

Namun, tiba-tiba Kai menarik lengan Lena kemudian mencengkeram rahang gadis itu dengan kuat.

Lena tersentak dan merintih karena merasa terkejut juga sakit.

"Le-lepaskan. Sakit ...."

"Siapa kamu?!" Suara Kai yang tajam mendesis membuat bulu kuduk Alena meremang. 

Gadis itu ketakutan setengah mati, tapi ia tetap berusaha untuk tenang. "Aku istrimu, siapa lagi?" jawabnya dengan suara serak, seakan menantang.

Kaindra tertawa sinis. Ia melepaskan cengkramannya kemudian membopong tubuh Lena dan melemparnya di ranjang dengan kasar. Lena terhempas. Ia menelan ludah saat melihat seringai mengerikan dari bibir tipis laki-laki itu.

"Siapa kamu!" Suara Kai bagaikan seorang algojo yang siap mencabut nyawa. Matanya merah dan murka. Wajahnya dingin disertai rahang yang mengeras.

 

Lena gemetar hebat, tapi sekuat tenaga ia berusaha meredam ketakutannya. Ia mengerutkan kening dan merubah ekspresi nya menjadi sedatar mungkin.

"Aku Vena," ucap Lena lantang dan tidak mau kalah menatap tajam manik mata Kai.

Rahangnya semakin mengeras, bola mata coklatnya berkilat murka.

Lelaki itu mendekatinya dengan seringai mengerikan di bibir tipisnya yang dingin.

"Jangan coba-coba menipuku, Nona. Kau bukan Vena. Sejak melihatmu di meja makan tadi, aku tahu kau bukan dia," bisik Kai parau dengan mata berkilat.

Lena menelan ludah, gugup. Aktingnya ternyata tidak bisa membohongi suami Kakaknya. Perutnya mendadak mulas dengan jantung berdegup kencang. Keringat dingin mulai membanjiri punggungnya.

"Siapa kamu!" ulang Kaindra dengan semakin mendekatkan wajahnya pada Lena.  

Gadis itu memejamkan mata. Ia ketakutan setengah mati, hingga ia tidak berani menatap Kaindra lagi. Hatinya mencelos melihat ekspresi menakutkan dari Kai.

Lelaki itu tiba-tiba menindihnya, mencoba menggapai apa saja yang bisa bibirnya raih, menciumi setiap lekuk leher gadis itu dengan brutal. Dan semakin turun ke bawah dengan deru napas yang sedikit tersengal. Lena merasa jijik dengan semua yang dilakukannya. Marah. Sedih. Namun, tak berdaya.

Alena menggeliat, meronta dan mendorong tubuh Kaindra yang keras seperti batu di atasnya. Begitu berat dan keras. Lelaki itu sama sekali tak bergerak dan semakin melancarkan aksinya dengan menyerangnya dengan ciuman dan sentuhan ditubuhnya.

Tangan gadis itu mencoba menggapai apa saja yang ada di sekitarnya, saat Kai mencium bibirnya kasar dan dalam hingga ia mulai kehilangan napas.

Dengan kasar Kai melepas ciumannya dan seketika Lena bangun dan terbatuk. Air mata meleleh deras di pipinya.

Kaindra berdiri ditepi ranjang dengan berkacak pinggang dengan angkuh.

"Vena tidak akan pernah menolak permintaanku. Kau gadis pembohong. Sama seperti Seno. Menangis dan berteriaklah sepuasmu, karena tidak akan ada yang mendengar suaramu. Kamar ini kedap suara."

 

Kemudian Kai mengenakan pakaian dan beranjak keluar meninggalkan Alena yang meringkuk di atas ranjang dan menangis tersedu-sedu. Hancur sudah hati gadis itu dengan perlakuan Kakak iparnya. Ia tidak pernah menyangka, Kai adalah seorang pria kasar. Bagaimana lelaki itu bisa melakukan semua itu padanya? Dan tanpa rasa bersalah, ia pergi meninggalkannya sendiri. Meski ia berbohong karena berpura-pura menjadi Vena, tapi apakah pantas perlakuan Kai terhadapnya tadi? Lena menjerit dan menangis sejadi-jadinya. Ia sudah tidak peduli jika suaranya di dengar seluruh penghuni rumah. Lena bahkan lupa dengan ucapan Kai barusan, bahwa kamar ini kedap suara, hingga suaranya tidak akan terdengar di luar.

Namun … siapa yang akan peduli? Hanya menangis dan menyesali nasib, yang bisa ia lakukan sekarang.

Sementara Kaindra menuruni tangga dan menuju garasi mobil. Hanya dengan celana pendek selutut dan kaos, ia pergi meninggalkan rumah dengan kesal.

Pria itu mengemudikan mobilnya dengan kencang dan menuju ke sebuah night clubs. Malam ini ia ingin bersenang-senang sejenak dan sedikit melupakan kejadian tadi. Sungguh ia tak menyangka akan respon gadis yang sangat mirip dengan istrinya itu. Tatapan matanya yang teduh dan lembut, berbeda sekali dengan Vena. Meski wajah mereka mirip, tapi mata gadis itu berbeda. 

"Siapa dia? Setau ku, Vena tidak mempunyai saudara kecuali Davin. Dan bagaimana bisa ada dua orang yang sangat terlihat mirip jika mereka bukan kembar?" gumam Kaindra.

Kaindra memesan Vodka pada seorang bartender langganannya. Ia menghela napas kasar saat teringat wajah ketakutan dan air mata gadis itu. Apakah ia salah telah berlaku kasar? Tapi apa motifnya gadis itu menyamar menjadi Vena jika semua itu bukan karena suruhan Seno-- Ayah mertuanya yang licik itu.

Jadi siapapun gadis itu, Kaindra tidak mau tertipu lagi oleh wajah polosnya, selama ia masih berhubungan dengan pria paruh baya itu. Mereka semua sama, Seno, Vena dan gadis itu, sama. Hanya ingin mengeruk harta Papinya. Bukankah dulu awal ia berkenalan dengan Avena, gadis itu juga terlihat baik juga lembut. Karena sikapnya itu, sang Papi jatuh hati pada Vena dan setuju dengan permintaan Seno untuk menjodohkan dirinya dengan Vena.

Meski tanpa dasar cinta, Kai mau menerima Vena, karena desakan sang Papi. Setelah masuk ke dalam rumah keluarga Mahendra, Vena menunjukkan sifat aslinya. Hingga semua orang membencinya, kecuali sang Papi. Bahkan Vena juga tidak bisa menempatkan dirinya sebagai seorang istri. Ia kerap berlaku dan bicara kasar pada Kaindra. Dan sifatnya yang suka berfoya-foya, menghamburkan uang, mebuat Kai tidak suka.

Semua itu masih bisa dimaklumi oleh Kai, tapi sebuah kejadian yang membuat ia menjadi benci pada Vena yang juga melibatkan Elmer--adiknya, membuat semuanya berubah. Kai … tidak lagi peduli pada Vena dan hubungannya dengan Elmer juga merenggang.

Kai menuang dan meneguk minumannya dengan cepat. Hatinya kesal luar biasa hari ini. Sudah dua minggu lebih, hari-hari yang dijalaninya terasa tenang tanpa kehadiran Vena. Namun, saat ia pulang ke rumah ingin istirahat karena penat mendera, ia dihadapkan oleh gadis yang menyamar menjadi istrinya. Sesungguhnya ia tidak peduli jika Vena tak mau kembali ke rumah.

Kedua tangan Kai mengepal. Ia harus mencari tahu siapa gadis itu. Beraninya ia menipu seorang Kaindra Elvano Mahendra. Ia menggeram dengan netra berkilat marah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Machel Malayeka
Seru. Suka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status