“Aku pikir kamu akan mengurus adminstrasi,” jawab Cloud. Ia berdiri melihat Nic berada tak jauh darinya.
“Rio datang, dia yang mengurus.”
Nic memandang wajah Kala yang pucat. Sebagai ayah dari anak itu, dia juga merasa sangat bersalah dengan apa terjadi. Nic sendiri memiliki rasa ingin berhenti bersikap seperti ini, tapi jauh di lubuk hatinya rasa dendam ke Skala Prawira tak bisa hilang begitu saja. Nic bahkan semakin yakin mertuanya itu adalah pembunuh sang papa semenjak mengucapkan sumpahnya ke sang istri lima tahun yang lalu dan selalu menjadi nyata.
“Aku bersumpah akan ada hal buruk setiap kali kamu menggugat cerai.”
Cloud duduk kembali, sedangkan Nic larut dalam pikirannya. Baik dia dan Nic sama-sama merasa bersalah ke Kala. Cloud ingat di tahun pertama pernikahannya, saat tengah hamil Kala, dia meminta bertemu Nic untuk membahas perceraian. Namun, tiba-tiba saja dia terkapar tak sadarkan diri, karena pasta yang sama seperti yang dimakan Kala.
Waktu itu, Cloud beranggapan Nic sengaja ingin membunuhnya, tapi ternyata Nic sama sekali tidak tahu kalau Cloud alergi kacang merah. Semua yang terjadi di antara keduanya hanyalah sebuah kesalahpahaman yang berlarut dan tak pernah mereka luruskan.
Sama halnya saat Nic menuduh Cloud membeli obat peluruh kandungan saat hamil muda. Cloud memang memesan obat itu, tapi dia urung meminumnya dan hanya menyimpannya di lemari meja kerja sampai sekarang.
Satu jam kemudian, Kala akhirnya sadar. Bocah itu menatap bingung wajah sang mama yang terus berada di sampingnya. Cloud tersenyum bahagia melihat kondisi Kala yang sudah stabil, dia mengusap kening putranya itu lalu mengecup lembut.
“Mama, haus!”
“Kala haus? Mama ambilkan minum pakai sedotan ya,”ucap Cloud. Sementara dia sibuk membuka tutup botol, Kala tampak mengedarkan pandangan mencari keberadaan Nic.
“Papa di mana? Papa sudah pergi kerja lagi?”
Pertanyaan biasa itu, entah kenapa kali ini terdengar begitu menyakitkan di telinga Cloud. Ia bahkan harus memaksakan senyuman di depan Kala agar putranya itu tak banyak bertanya. Cloud sendiri tidak tahu Nic pergi ke mana, dan semoga informasi yang dia dapat dua minggu yang lalu tidak benar. Ia mendengar Nic beberapa kali pergi bersama seorang wanita ke hotel, yang Cloud tahu Amara—nama wanita itu, adalah sahabat Nic. Namun, bukankah jelas di dunia ini tidak ada yang namanya persahabatan antara pria dan wanita, hubungan semacam itu pasti memiliki akhir yang dengan mudah bisa ditebak.
“Papa!”
Cloud yang baru saja meletakkan botol air kembali ke nakas kaget mendengar Kala berteriak. Ia menoleh dan mendapati Nic datang membawa tas kertas lalu meletakkannya ke sofa. Pria itu mendekat dan memeluk Kala, mencium ubun kepala anak itu dan mengusap lembut punggungnya.
“Jagoan! Kala hebat tidak menangis!” Puji Nic demi menyenangkan hati sang putra. Ia sendiri miris melihat selang infus terpasang di lengan Kala.
“Papa, Aku tidak mau lagi makan pasta di sana.”
Nic terkejut, begitu juga dengan Cloud. Seperti apa yang dipikirkan oleh Cloud, Nic berpikir apa yang diucapkan Kala barusan adalah ajaran darinya, tapi kali ini Cloud tidak ingin diam dengan kesalahpahaman yang mungkin saja terjadi.
“Kala, kalau Papa tidak tahu nanti Papa pikir Mama yang minta Kala bicara seperti itu lho.”
Kala menggeleng, dia mendongak memandang wajah Nic dan berkata, "Tidak, Mama tidak minta Kala ngomong gitu kok, Pa.”
Nic tersenyum canggung, dia merasa Cloud sengaja melakukan itu di depan Kala dan dia merasa tidak suka.
Hingga, malam harinya setelah memastikan Kala sudah tidur lelap Nic mengajak Cloud bicara, tapi sebelum itu Nic dibuat heran karena sang istri tidak mengganti baju, padahal dia sudah susah payah membawakan baju ganti ke rumah sakit.
“Apa kamu tidak sudi menerima bantuanku? Kenapa tidak ganti baju? Bukankah direktur Niel Fashion harus selalu terlihat modis? Bagaimana kalau di luar nanti ada wartawan?” Pertanyaan Nic terdengar sedikit menyindir. “Ah … aku tahu, pasti kamu ingin terlihat sangat lelah dan kucel di depan mereka.”
“Terima kasih, terserah kamu mau bicara apa, yang jelas aku tidak butuh rasa pedulimu terhadap penampilanku, bahkan tanpa ganti baju pun kamu sering menerobos ke kamar untuk menyentuhku,” balas Cloud.
Nic menyeringai, dia pun menanggapi sindiran Cloud tak kalah ketus. “Bukankah kamu juga senang? Aku sudah bilang tidak akan melewatkan seks halal dan gratis, jangan munafik Cloud! Kamu juga menikmatinya.”
“Ya, bagiku kamu tak lebih dari gigolo tanpa bayaran.”
Nic tergelak ironi, beruntung Kala sudah terlelap tidur. Mata pria itu mengekori langkah Cloud yang tampak mengambil sesuatu dari dalam tas lalu mendekat ke arahnya. Cloud meletakkan beberapa lembar foto ke meja agar Nic bisa melihat dengan jelas.
“Sepertinya ini cukup untuk membuat kita berpisah pak Nicola Danuarta. Kamu berselingkuh.”
Nic dengan santai mengambil satu lembar foto itu untuk dilihat lebih dekat, dia tersenyum menyadari Cloud selama ini ternyata juga memata-matai dirinya.
“Semua orang sudah tahu persahabatanku dengan Amara, kami bahkan sudah berteman jauh sebelum kita menikah.” Nic menjawab dengan sangat enteng. “Kamu tidak bisa membatasi pergaulanku Cloud,”imbuhnya dengan mimik sombong.
“Begitukah? Kamu tidak berpikir karena Kala hubungan kita juga menjadi sorotan?”
“Itu salahmu, yang membuat Kala menjadi terkenal adalah dirimu, jadi rasakan akibatnya.”
Nic menyandarkan punggung lalu melipat dua tangan ke depan dada.
“Apa kamu mau menyebarkan foto ini ke publik? Sebarkan saja! Kamu sudah tahu jawabannya siapa yang akan paling hancur.”
“Kamu! Kenapa tidak memberitahu papa dan mama kalau Kala masuk rumah sakit?”Paginya Bianca dan Skala datang menjenguk Kala. Meski tidak diberitahu kabar masuknya sang cucu ke rumah sakit, tapi banyak rekan dan saudara mereka yang bertanya tentang kabar itu, hingga akhirnya Bianca menghubungi Cloud untuk menanyakan.“Dia sudah ba-"Belum juga selesai menjawab, Bianca sudah memeluk Kala. Wanita itu sangat memanjakan satu-satunya cucu laki-laki di keluarga. Cloud memang memiliki seorang kakak laki-laki yang juga sudah menikah, tapi dari pernikahan itu Rain — kakaknya dikaruniai dua anak perempuan.“Mabibi, lihat aku disuntik!” Kala langsung mengadu ke Bianca, dia memberi neneknya panggilan kesayangan, sedangkan untuk kakeknya Kala hanya menyebut opa.“Aduh! Cucu kesayangan Mabibi sakit ya!” Bianca mengusap punggung Kala secara konstan, sampai sang cucu mengurai pelukan mendapati Skala mengeluarkan mainan.Cloud hanya bisa menatap dengan senyuman yang tak pernah bisa lepas, ada beban ya
‘Kala, coba tanya papa apa boleh?’ “Hah … apa dia sedang bermain-main denganku?” Nic bergumam sendiri di dalam mobil setelah memastikan kondisi putranya di rumah sakit. Pertanyaan Kala soal bagaimana jika memiliki dua orang papa ternyata mengganggu pikiran Nic. Pria berwajah dingin dengan tatapan yang selalu bisa membuat orang lain takut itu menjawab dengan tegas, bahwa tidak boleh seorang anak memiliki dua orang papa di satu waktu. “Dia pasti sengaja.” Nic berpikiran buruk lagi ke Cloud. Karena menjawab pertanyaan itu, dia juga harus memberi pengertian ke Kala kalau pasangan suami istri harus bercerai dulu sebelum menjalin hubungan dengan yang lain. “Arkan, Ha? Tidak akan aku biarkan kamu dekat-dekat dengannya, jangan sampai dia menjadi tempatmu meminta bantuan!” Nic memulas seringai jahat di wajah. Namun, tak lama wajah bengis itu berubah saat ponsel miliknya berbunyi. Melihat nama sang istri terpampang di sana, Nic yakin pasti bukan Cloud yang ingin menghubunginya melainkan Ka
“Apa selingkuhanmu sedang tidak bisa melayani?” Sinis Cloud. Ucapannya itu bagai tamparan sampai Nic menurunkan tangan yang masih membelai pipi. Namun, bukan Niklas Danuarta namanya jika tidak bisa membalas ucapan orang yang mengusiknya. Pria itu meraih pinggang dan menarik tubuh Cloud hingga menubruk dadanya yang bidang. “Apa kamu mulai cemburu? Katakan saja kalau kamu mencintaiku!” “Jangan mimpi!” Cloud mengelak, tatapan matanya dan Nic saling mengunci. Ia sadar mata adalah cerminan hati, dirinya tidak bisa berlama-lama ditatap seperti ini oleh pria yang sangat membencinya. Cloud sadar hanya akan berakhir menjadi bulan-bulanan jika sampai Nic tahu perasaannya. “Mari bercerai, aku akan memberikanmu saham atau apapun yang kamu minta, tapi akhiri semua ini denganku,” ucap Cloud yang masih beradu pandang dengan Nic. “Apa kamu bisa membunuh papamu?” Nic melepaskan Cloud dari pelukan dengan kasar. Ia menarik salah satu sudut bibir dan mengulangi pertanyaannya barusan. “Yang aku in
“Aku tidak bisa, Kala baru saja keluar dari rumah sakit, aku masih harus memantau kondisinya.” Cloud menelinga perbincangan sang suami di telepon. Ia terlihat tidak mencurahkan semua perhatian ke Kala yang sedang menggosok gigi di depan cermin kamar mandi. Wanita itu mengalihkan pandangan saat Nic masuk dan meletakkan kembali ponsel di nakas. Suaminya itu mengambil remote AC untuk menyesuaikan suhu, lalu menata bantal dan guling di kasur. “Siapa yang telepon, Pa?” Tanya Kala. Selain memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata anak sebayanya, Kala memang sangat peduli dengan apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Nic dan Cloud menyadari ini, hingga mereka selalu bertindak hati-hati. Keduanya sama-sama tidak ingin sang putra merasakan konflik yang terjadi. Ancaman Nic soal memanfaatkan Kala sebagai alat untuk membalas Skala pun sepertinya tak akan terealisasi. Ia sangat mencintai Kala, dan cara lain diam-diam sudah dia susun untuk menghancurkan keluarga istrinya, meski sangat curang d
Cloud masih tak percaya bahwa wanita selingkuhan suaminya berani datang ke rumah orangtuanya. Apalagi mendekati dan bicara ke sang putra dengan sangat lembut seperti itu. Cloud berpikir, apakah benar kata orang kalau wanita perebut laki orang itu tak butuh cantik yang penting tak tahu malu? Tapi apa jadinya kalau pelakor itu berwujud seperti Amara? Cantik, wanita karir sukses dengan segudang prestasi, juga salah satu reporter berita ternama di negara ini.Cloud yang dipandang orang lain penuh percaya diri pun bisa sedikit rendah diri melihat Amara.Setelah bicara ke Kala, Wanita berumur tiga puluh dua tahun itu menyapa ramah Skala dan Bianca. Tentu saja wajahnya tak asing bagi mereka. Bianca bahkan mempersilahkan Amara masuk dengan senyuman lebar.Amara tersenyum ke Cloud dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Cloud bergumam di dalam hati, jika sampai Amara membongkar perselingkuhannya dan Nic, maka dia juga tak segan untuk meluapkan segala emosi yang sudah dia pendam beberapa tahun
Nic bangkit dari atas tubuh Cloud. Ia meraih pakaiannya yang tercecer di lantai lalu masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengucapkan satu kata pun. Sedangkan Cloud masih terbaring di ranjang, buliran kristal bening tak terasa menetes dari sudut mata dan buru-buru dia hapus.Dengan tubuh limbung Cloud memungut pakaian dalam miliknya, kemudian berjalan menuju kamar Kala. Ia mendekat ke ranjang dan berbaring di samping sang putra. Air mata Cloud menetes lebih deras, hingga dia harus membungkam mulut dengan kedua tangan agar tidak mengganggu tidur Kala.Hati Cloud sakit, dan dengan memandang wajah Kala dia bisa menjadi kuat lagi. Cloud benar-benar merasa sangat buruk, dia bahkan belum memberi tahu Nic soal laporan guru Kala tentang kondisi psikologis anaknya. Cloud malas berdebat, dia yakin Nic pasti akan mengira dirinya mengada-ada dan berujung menyalahkan.“Saat diminta menggambar keluarga, Kala menggambar empat orang, dia bilang papa dan Kala, lalu Kala dan mama. Saya tidak akan membahas
Nic sengaja tak memberitahu Cloud tentang perbincangannya dan Kala pagi tadi. Namun, entah kenapa dia menjadi tak fokus bekerja sampai beberapa kali salah membubuhkan tanda tangan di berkas yang cukup penting.Nic berdiri dari kursi empuknya. Ia berjalan ke arah jendela kaca lebar di belakang meja kerja, lalu mematung memandang ke luar dengan satu tangan dia jejalkan ke saku celana. Nic sedang berpikir, apa benar dia begitu hebat sampai lima tahun ini Skala tidak mencium gelagat buruknya. Ia sudah berhasil mengacaukan beberapa perusahaan sang mertua, salah satunya membuat produk dari PG Factory milik Skala tak bisa diekspor ke luar negeri.Kelicikan Nic itu hanya salah satu dari beberapa hal yang sudah dia lakukan untuk membuat Skala dan Rain — kakak iparnya panik. Menjatuhkan nilai saham PG group adalah tujuan Nic. Dia berencana membeli banyak saham hingga menjadi pemegang saham terbesar. Jika hal itu sampai terjadi, maka menghancurkan Skala Prawira akan jauh lebih mudah.Nic tersada
"Jangan macam-macam Cloud! Apa kamu tidak takut dengan apa yang akan terjadi kali ini?""Hidupku berubah menjadi mimpi buruk setelah bertemu denganmu, jadi tidak ada lagi ketakutan yang tersisa dariku," jawab Cloud dengan tatapan nyalang."Lalu bagaimana kalau Kala lagi yang akan menjadi korban?" Nic menarik lengan Cloud hingga wanita itu mendekat ke dirinya. "Apa itu juga salahku? Tidakkah kamu berkaca? Kalau kamu berpikir akan ada seorang anak tak berdosa menjadi korban, kenapa kamu memperkosaku malam itu?" Cloud berbicara lantang dan histeris. Ia memukuli dada Nic bertubi dengan sebelah tangan lalu merosot karena sang suami melepaskan cekalan. Cloud terduduk di lantai. Ia tak peduli seberapa menyedihkan dirinya saat ini, karena Nic juga sudah melihatnya berkali-kali."Kala bukan anak hasil perkosaan, aku menikahimu secara sah sebelum melakukannya," balas Nic. Ia menurunkan pandangan melihat Cloud yang sedang menunduk."Tidak cukupkah lima tahun ini untuk melampiaskan dendammu? A