Nic melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, pria itu bahkan tak peduli menerobos lampu merah untuk segera membawa Kala yang sudah tak sadarkan diri ke rumah sakit. Sementara di sampingnya, Cloud terus memeluk bocah malang itu, pipinya sudah basah akan air mata melihat Kala terkulai tak berdaya.
“Mama mohon, Kala! Maafkan Mama!”
Cloud benar-benar kacau, di dalam pikirannya dia takut hal yang buruk terjadi ke sang putra. Meski Kala terlahir bukan dari rasa cinta yang dia miliki ke sang suami, tetap saja dia adalah seorang ibu yang mengandung dan melahirkan anak itu.
Beberapa menit kemudian mobil Nic berhenti tepat di depan IGD rumah sakit, pria itu mamarkirkan mobil serampangan, melepas sabuk pengaman dengan kasar lantas membuka pintu penumpang dan meraih Kala dari gendongan sang istri.
Cloud sendiri bergegas mengejar masuk. Baru kali ini semenjak lima tahun yang lalu mereka terlihat kompak menjadi pasangan suami istri.
“Dia baru saja makan pasta kacang merah, tiba-tiba sesak napas lalu pingsan,”ucap Nic.
“Apa dia punya alergi makanan?” Tanya dokter yang ikut panik. Ia tahu siapa pasien yang sedang terbaring tak berdaya itu. Kala Mahatma Prawira, bahkan mertuanya suka melihat akting anak itu di sinetron yang dibintangi.
Nic tak bisa menjawab, hingga Cloud datang dan memastikan.
“Sebelumnya dia tidak pernah begini setelah makan kacang merah, Dok. Tapi saya … Saya memiliki alergi kacang merah.”
Mendengar penjelasan Cloud dokter pun mengangguk untuk segera mengambil tindakan. Ia mempersilakan Cloud dan Nic menunggu di luar. Pasangan suami istri itu menurut, meski Cloud merasa kakinya berat untuk meninggalkan putranya sendirian.
“Shit!”
Nic berteriak bahkan memukul tembok dengan kepalan tangan, sedangkan Cloud yang masih berdiri dibuat kaget dengan teriakan sang suami. Wanita itu mencoba untuk tenang dan berpikir positif. Cloud memilih duduk, dia menoleh pada Nic dan meminta pria itu untuk tidak berisik.
“Ini rumah sakit, jaga sikapmu! Apa kamu tidak malu dilihat banyak orang?”
“Apa kamu gila? Anakku sedang berada di dalam sana, entah akan seperti apa nasib Kala dan kamu memintaku menjaga sikap?” Amuk Nic.
Pria itu menatap Cloud penuh rasa benci seperti biasa. Namun, melihat sorot mata Cloud yang juga penuh kebencian dan kesedihan di waktu yang sama, membuat Nic membuang muka.
Cloud merasa semua ini salah Nic, jika saja Nic memikirkan kemungkinan Kala memiliki alergi makanan seperti dirinya dan mengindari mengajak bocah itu makan pasta kacang merah.
“Kacang merah memang makanan kesukaanmu, tapi kamu lupa aku punya alergi makanan itu dan mungkin saja Kala juga sama,” ujar Cloud penuh emosi.
Nic diam tak membalas, dia memutar badan memunggungi Cloud dan tampak merogoh kantong celana. Nic mengambil ponsel untuk menelepon Rio, dia meminta bantuan sekretarisnya itu, untuk membawa pengacara ke restoran tempatnya makan tadi. Alih-alih percaya Kala mungkin saja alergi, dia malah berpikir anak itu diracuni.
Nic mematikan ponsel, dia masih berdiri di depan IGD menunggu dokter selesai memeriksa Kala, saat samar-samar dia mendengar Cloud berbicara di telepon, Nic menarik satu sudut bibir dan bergumam di dalam hati.
“Tentu saja! Dia pasti akan melapor ke orangtuanya.”
Berpikir Cloud menghubungi Skala dan Bianca, nyatanya wanita itu sedang berbicara dengan Nina. Sebagai artis cilik yang sedang digandrungi semua orang di negara ini, kabar Kala pingsan dengan cepat menyebar. Nina baru saja mengirim pesan dan menanyakan kebenaran hal itu, sehingga Cloud memutuskan untuk langsung menghubungi.
“Katakan saja Kala pingsan itu benar, untuk keadaannya dia masih di IGD, aku mungkin tidak bisa memberi kabar terus menerus, aku harus menjaganya,”ucap Cloud. Ia bahkan tidak berniat menyampaikan kabar ini ke orangtuanya karena takut mereka cemas.
Selang beberapa menit, Dokter akhirnya keluar. Cloud dan Nic bergegas mendekat, dokter menjelaskan kalau Kala harus melakukan bilas lambung, seperti apa yang disampaikan oleh Cloud, anak itu kemungkinan besar memang alergi kacang merah.
“Tapi Dok, dia sudah berumur empat tahun lebih, seandainya memiliki alergi kenapa tidak sejak kecil?”
Cloud tahu Nic sedang meminta penjelasan akan kondisi sang putra, tapi entah kenapa di telinganya terdengar seperti sedang melayangkan protes.
“Pak, tubuh orang memiliki kemampuan dan daya tahan yang berbeda-beda, bahkan ada kasus seseorang baru tahu dirinya memiliki alergi saat berumur tujuh belas tahun.”
Nic diam tak membantah, dia tidak ingin seperti orang bodoh yang berdebat tanpa tahu fakta yang sebenarnya. Untuk sementara dia menerima penjelasan dokter, tapi berniat mempelajari hal ini nanti.
“Lalu bagaimana kondisi anak saya, Dok?” Tanya Cloud.
“Dia masih lemah, kami akan memindahkan Ananda ke kamar rawat setelah kondisinya stabil, mohon mengurus administrasi. Anda juga sudah boleh melihatnya.”
Mendengar itu, tanpa kata Nic pergi begitu saja meninggalkan Cloud dan dokter. Cloud sendiri sudah bisa menebak apa yang akan dilakukan sang suami. Ia bergegas masuk, air matanya jatuh kembali melihat Kala terbaring tak sadarkan diri.
“Kala,” lirih Cloud. Ia duduk di samping ranjang sang putra dan meraih tangan Kala yang terasa sedikit dingin.
Cloud menunduk, dia tiba-tiba mengingat berkas perceraian yang ada di laci mobilnya dan semakin merasa bersalah. Cloud merasa berdosa, setiap kali ingin menggugat cerai Nic, hal buruk selalu saja terjadi. Bahkan bagi Cloud, ini adalah yang paling buruk karena harus menyaksikan putranya terbaring tak berdaya.
“Lihat! Kutukan itu terulang dan benar-benar terjadi!”
Suara bariton itu membuat Cloud tersentak, dia menoleh dan mendapati seorang pria sudah berdiri di belakangnya.
Satu bulan kemudian Hari itu awan mendung menyelimuti hati Cloud. Sejak Nic berangkat kerja dan Kala sekolah, Cloud terus menangis karena merasa sangat bersalah ke baby Gaza juga Kala. Bukan tanpa alasan Cloud bersikap seperti ini. Beberapa hari ini dia sering merasa mual dan lemas. Bahkan setelah makan banyak dan mengonsumsi vitamin kondisinya juga masih sama. Hingga, Cloud yang memang sejak melahirkan baby Gaza belum mendapat tamu bulanan memilih untuk mencoba melakukan uji kehamilan. Cloud awalnya hanya iseng dan berpikir untuk tidak berpikir yang macam-macam, tapi dia berakhir lemas saat melihat dua garis merah tertera jelas pada alat uji kehamilan yang dia gunakan. Hati Cloud sedih, merasa sangat bersalah pada dua anaknya terutama ke baby Gaza yang baru saja berumur empat bulan. Karena hal itu, Cloud tidak bisa fokus bekerja dengan tenang meskipun masih bekerja dari rumah. Dia juga takut memberitahu Nic dan sekarang hanya Bianca yang menjadi tumpuannya. Setelah mengetahui diri
Cloud meraba dada Nic, mengusap lembut sambil merapatkan tubuhnya dan menciumi punggung pria itu. Cloud tahu Nic mengizinkannya melakukan itu saat tak mendapatkan penolakan sama sekali, bahkan saat dia mulai menempelkan lalu menggesekkan dadanya yang memang lebih padat karena berisi ASI putra kedua mereka. Nic diam-diam tersenyum, menikmati sentuhan Cloud. Tak lama tanpa ragu Nic akhirnya meraih tangan Cloud yang sejak tadi mengusap dada untuk mulai mengusap miliknya yang berada di antara paha.Cloud tersenyum penuh arti, dia mengangkat kepala untuk menjangkau tengkuk Nic dan memberi kecupan di sana, tak puas Cloud menggigit kecil cuping telinga suaminya bahkan menggelitik beberapa detik menggunakan ujung lidah.Nic pun tak sanggup lagi, dia bergerak dan Cloud pun bergeser, secepat kilat Nic mengurung tubuh Cloud, mencekal ke dua tangan istrinya di sisi kepala."Apa kamu tahu hukuman apa yang pantas diberikan ke wanita yang membuat prianya cemburu?" Tanya Nic."Aku tidak tahu, tapi k
Tidak terasa tiga bulan pun berlalu. Siang itu Cloud menitipkan Gaza ke Bianca karena harus menghadiri pesta pernikahan Thea dan Aditya.“Misal nanti Gaza rewel atau kenapa-napa, Mama langsung kabari aku saja,” ucap Cloud saat menitipkan putra ke duanya.“Kamu itu kayak baru kali ini nitipin anakmu ke Mama,” ucap Bianca. “Kayak masih setengah ga percaya.”Cloud pun tersenyum lebar mendengar protes Bianca kemudian membalas, “Bukan begitu, Ma. Siapa tahu Mama tidak bisa mengatasi kalau Gaza sedang rewel.”“Sudah kamu tenang saja. Nikmati pesta Thea dan jangan mikir yang aneh-aneh. Mama akan menjaga Gaza dengan baik,” ujar Bianca.Cloud pun melebarkan senyum mendengar ucapan Bianca. Dia lantas berpamitan dan pergi bersama Nic juga Kala. Dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu terlihat mengenakan setelan jas yang sama, Kala bahkan memperlihatkan aura seperti anak bangsawan.“Ayo!” Nic mengulurkan tangan ke Cloud agar istrinya itu bisa menuruni anak tangga dengan nyaman. Mereka te
“Hai.”Arkan masuk menyapa Cloud dan Nic yang ada di kamar. Nic yang awalnya tegang seketika rileks saat menyadari sepupunya datang mengajak Shafira dan memperkenalkan gadis itu sebagai calon istrinya dengan bangga.Nic pun bisa menerima kehadiran Arkan, bahkan bersikap ramah saat menyadari tatapan mata pria itu sudah sangat berbeda ke Cloud.“Bagaimana kondisimu dan juga bayimu?” Tanya Arkan. Dia berdiri di dekat ranjang Cloud bersisian dengan sang kekasih.Cloud sendiri tampak begitu kagum melihat bagaimana anggunnya Shafira. Sebagai seorang pengusaha yang bergerak di bidang fashion, Cloud mendapat inspirasi bagaimana kalau perusahaannya mulai mencoba merambah dunia busana yang bisa dikenakan juga oleh para wanita yang mengenakan hijab.“Kami sehat, bahkan besok aku sudah diperbolehkan pulang,” jawab Cloud lantas menoleh ke baby box di mana bayinya sedang tidur.Shafira langsung mengalihkan tatapan ke sana, senyum gadis itu merekah bahkan diam-diam menarik bagian kemeja Arkan yang a
Kala masuk dan langsung menuju box bayi di mana sang adik tidur. Dia sangat bersemangat untuk melihat bagaimana wajah sang adik dari pada menyapa Cloud dan Nic lebih dulu. Berbeda dengan Bianca yang datang bersama rombongan putranya dan juga Skala. Wanita itu mendekati Cloud dan memeluk putrinya dengan tangis haru."Selamat ya! Kamu hebat, Cloud. Mama bangga," bisik Bianca. Perlahan dia mengurai pelukan sambil berkata membawakan makanan kesukaan Cloud. Bianca menjauh agar yang lainnya juga bisa mengucapkan selamat ke ibu dua anak itu.Seluruh anggota keluarga sudah melek akan informasi hingga berusaha agar Cloud tidak sampai mengalami Baby Blues Syndrome. Ya, terkadang seorang ibu yang baru saja melahirkan merasa tersisihkan, melihat bagaimana sikap orang sekitar yang lebih memperhatikan bayinya dari pada dia yang berjuang mempertaruhkan nyawa."Aku dan Embun sudah menyiapkan kado untukmu, coba lihat!" Pinta Rain sambil mengulurkan sebuah tas kertas kecil ke Cloud. Setelah sang adik
"Ners, tolong itu suami saya!"Cloud yang sudah ingin mengejan masih bisa memikirkan Nic yang baru saja terkena mental. Seorang perawat pun mencoba mendekat untuk memastikan keadaan Nic. Dia memegang lengan pria itu yang tatapannya terlihat kosong."Anda duduk saja di sini ya, Pak!" Ucap perawat itu sebelum kembali mendekat ke ranjang untuk mendengarkan keputusan dokter."Ibu tahan ya! Kita pindah ke ruang bersalin."Dokter pun memberi kode ke perawat yang berada di dekatnya dan Cloud pun segera dipindahkan. Nic sendiri seolah baru sadar saat ranjang sang istri dibawa keluar. Dia berdiri bergegas mengikuti ke mana Cloud pergi."Pak, Anda hanya boleh masuk kalau yakin kuat melihat apa yang terjadi di dalam, kalau tidak lebih baik Anda menunggu di luar." Dokter menahan Nic di depan pintu. Wajah pucat pria itu semakin membuat Dokter berpikir Nic sama sekali tidak siap menemani persalinan Cloud. Dokter pun hendak masuk tapi Nic menerobos sambil berkata dia kuat dan mampu.Meski wajahnya