Share

Menguping

Author: Black Eagle
last update Last Updated: 2024-09-02 17:36:12

Ponsel Nasya terus berdering beberapa kali tapi Nasya tidak menjawab panggilan yang sudah sejak tadi memanggilnya, Nasya berpikir mungkin yang memanggil adalah Anjas dan Nasya saat ini sedang tidak ingin bicara dengan suaminya, namun dia salah, karena yang saat ini memanggilnya adalah seseorang yang lain, Jaka.

Jaka sendiri adalah atasan Anjas di perusahaan tempat Anjas bekerja, tetapi juga adalah mantan kekasih Nasya saat masih kuliah dulu. Anjas sendiri adalah senior Jaka di jurusan yang sama, dan Nasya lah yang meminta Jaka untuk menerima Anjas bekerja di perusahaan Jaka.

Namun saat ini, hampir saja Nasya melempar ponsel miliknya karena berpikir bahwa yang memanggilnya berkali-kali adalah sang suami, kini rasa kesal yang dia hadapi memuncak, hingga akhirnya Nasya menyadari sesuatu bahwa, Nasya yang berjalan menuju ke arah rumah sepulang mengajar tiba-tiba tersadar bahwa dia tidak berada di jalan menuju rumah.

Nasya malah menemukan jalan buntu dan berdiri di hadapan dinding sebuah lorong-lorong kanal yang tidak dikenali Nasya berada di mana.

“Neng.” Suara seorang pria paruh baya yang melihat bahwa Nasya terlihat tersesat, “Mau ke mana?”

Nasya diam sejenak dan menoleh pada pria setengah baya itu, sambil berkata, “Mau pulang, Pak. Tapi kok di sini ada tembok ya, Pak?”

“Tembok ini emang udah lama, Neng, mungkin Eneng salah jalan. Memangnya alamat rumahnya di mana Neng?”

Nasya tentu saja merasa heran dan mau tidak mau dia harus memberikan alamat rumahnya untuk diantar pulang, bahkan Nasya lupa arah jalan pulang.

Sedangkan ketika Anjas berada di rumah yang sampai saat ini, Nasya masih tidak berada di rumah, Anjas berusaha untuk menghubungi nomor Nasya tapi dia tak mendapatkan jawaban sama sekali.

Tangan Anjas mengepal berusaha untuk tenang tapi dia tak bisa menunggu lagi dan dia harus mencari Nasya ada di mana.

Lantas Anjas hendak membuka pintu, keluar dari rumah tapi saat itu, Nasya tiba-tiba membuka pintu dengan raut wajah yang lelah, tapi seoalah tak terjadi sesuatu.

“Dari mana saja kau?” tanya Anjas dengan suara yang tegas, membuat Nasya langsung terhentak dan berhenti dari langkahnya.

Mengernyit menatap Anjas, dan berkata kepada suaminya yang terlihat geram, “Apa maksud kamu mas, aku baru saja pulang dari ngajar tapi kau marah-marah kek gini ke aku?” Suara Nasya membesar dan membuat Anara yang berada di dalam kamar langsung keluar dari sana dan melihat apa yang terjadi.

Mata Nasya lalu mengarah kepada Anara, seolah terkejut melihat adiknya berada di dalam rumah yang sama dengannya.

“Ngajar? Teman ngajar mu tadi nelpon aku dan bilang kamu nggak ada di sekolah!” Suara Anjas semakin membesar dan Nasya mengernyit melihat reaksi kasar suaminya itu.

“Mas, aku baru aja pulang ngajar, Mas jangan gitu ih, aku lagi capek tapi Mas malah ngomong kasar.”

“Nasya, di sekolah pulang aja jam 4 sore, anak sekolah mana yang pulang sampai jam tujuh malam untuk diajar?”

Nasya diam dan menelan saliva, dia tidak mengingat apa pun, apa yang terjadi padanya dan hanya diam, Anjas bingung dan tidak bisa melakukan apa-apa pada istrinya sekarang ini.

Anara bahkan belum makan dan menguping di depan kamar, Nasya dan Anjas kembali berdebat setelah berada di dalam kamar mereka, dan Anara seolah tidak punya masalah dengan perdebatan itu, entah apa yang membuat Anara malah suka dengan perdebatan yang terjadi antara kakak dan kakak iparnya.

“Aku ... Aku tadi ....”

“Sama Jaka?”

Mendengar apa yang dikatakan oleh Anjas membuat Nasya menggelengkan kepala, “Apa sih Mas, kok Mas ngomong gitu, mana ada Jaka sama aku, nomor Jaka sendiri nggak ada sama aku.”

Nasya menolehkan pandnagan dan tidak berniat menatap ke arah suaminya. Anjas yang terlihat dengan muka yang memerah itu berusaha untuk sabar. Nasya sendiri tidak mau melanjutkan perdebatan dan memilih untuk keluar dari kamar.

“Mau ke mana kamu Nasya?” Suara Anjas membesar, dan Nasya tidak menjawab, dia membuka pintu dan menemukan adiknya berdiri di dekat kamar mereka.

“Ngapain kamu di sini?” tanya Nasya kepada Anara, “kamu nguping ya?”

“Nggak Mbak, aku lagi nyari jaringan, di kamar aku nggak ada jaringan.”

“Alesan.” Nasya yang seolah bahkan tak paham dengan apa yang terjadi padanya masuk ke dapur danelijay bahwa di meja makan sudah ada makanan, dia memilih keluar dari dapur.

Ketika langkah kaki Anara berada dekat dengan kamarnya, dia melihat suaminya yang jangkung itu menunduk dan sedang bicara dengan Anara, apa yang mungkin mereka perdebatkan membuat Nasya bingung.

“Nara.” Anjas dan Anara langsung menoleh ke arah Nasya, “Kalian ngomongin apa?”

Kedua kelopak mata Anjas cukup membulat menatap istrinya, dan dia melangkah ke arah sang istri lalu berkata dengan lembut, “Cuman bilang kalau adik kamu harus hati-hati, jangan suka nguping.” Anjas menatap Anara dengan tatapan yang tajam.

“Makanan udah ada di dapur, kalian nggak mau makan malam?” Nasya berbalik kembali ke arah dapur sementara Anjas dan Anara saling menatap satu sama lain, berbisik di belakang Nasya yang berjalan di depan.

Entah apa yang mereka bicarakan, tetapi saat mereka berjalan, tubuh Anara dan Anjas sangat berdekatan dan jemari mereka bahkan hampir bergenggaman satu sama lain, sayangnya Nasya tidak memperhatikan semua itu.

Mereka hanya berjalan ke dapur dan seolah tidak terjadi apa-apa, tak ada pertengkaran dan tak ada perdebatan lagi, bahkan Nasya tidak mengungkit lagi tentang Anara yang begitu berani menguping.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Ending

    Keputusan yang sangat berat, membuat Nasya melupakan semuanya lalu menulis kenangan baru? Itulah yang disampaikan oleh Anjas kepada Aina yang saat ini masih mengejar Jaka, ya berkat dukungan ibu Jaka. "Itu bisa menjadi peluang mu, Anjas, kau bisa kembali menarik perhatian Nasya jika itu terjadi, sementara Jaka, dia sulit merayu seorang wanita, Nasya akan sulit jatuh cinta padanya." "Nasya membenciku." Anjas yang sekarang memainkan secangkir kopi yang berada di hadapannya, dia menoleh ke samping dan berkata lagi, "Jaka bahkan berhasil membuatku ragu tentang anakku sendiri, dia berkata seharusnya aku mengecek kondisi fisik ku, secara tidak langsung dia mendidih aku mandul." Anjas mengepalkan tangan. "Jadi, Jaka berpikir bahwa Aysan adalah anaknya?" "Entahlah. Aku tidak tahu, hanya saja dengan hal itu, aku meragukan diriku sendiri." Dia lalu meraih gelas berisikan kopi hangat lalu meneguknya dalam sekali tegukan. "Tapi." Iya menekan gelas itu ke meja dan hampir meremukkan dengan tang

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Perkelahian dan Solusi

    "Kau, astaga kau pikir kau siapa!" Jaka menghentakkan tubuh Anjas ke lantai dan kepalanya terbentur tepat ke dinding. "Kau sudah menghancurkannya, sejak awal, kau merebutnya dariku dan berharap agar bisa merebut Nasya lagi? Kau membuatnya menderita dan kau pikir kau akan mendapatkan kesempatan lagi hanya karena dia melupakan banyak hal tentang ku, he?" Jaka memberikan pelajaran pada Anjas walaupun dokter berusaha menenangkan Jaka tapi tetap saja kemarahan Jaka luar biasa, walau demikian Anjas juga Tidka ingin tinggal diam, dia lalu berdiri dan melawan Jaka dengan perkataan. "Walau pun kau berusaha keras untuk mengambil Nasya dariku, aku pastikan bahwa dia tidak akan mau dengan mu! Sia mencintai ku selamanya, dan aku adalah ayah dari putranya, aku adalah ayah Aysan."Jaka alu tertawa terbahak-bahak, dia maju selangkah, matanya seolah akan segera keluar dari kelopak matanya dengan urat wajah yang begitu terlihat jelas. "Aku pikir kau tahu soal ini, Anjas." Jaka tertawa, dia menggelen

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Kedatangan Anjas

    "Apa yang harus aku lakukan Dok? Dia bahkan tidak bisa mengingat anaknya sendiri." Jaka tampak frustasi, luar biasa, dia meremas rambut tebalnya dan mengepalkan tangan satunya. Dokter yang duduk di belakang meja hanya bisa menghela nafas melihat betapa frustasinya Jaka. "Satu-satunya jalan adalah melakukan operasi, beda, ini bukan hanya mengenai psikologis Bu Nasya, tapi juga terjadi benturan di kepalanya, bukan hanya trauma tetapi juga masalah di dalam otaknya, kami sudah menemukan titik masalahnya, apa yang terjadi pada Bu Nasya sepenuhnya adalah trauma dan luka dalam." "Jadi ... Apa hal itu bisa membantunya, dokter?" Sang dokter tampak ragu tapi pada akhirnya dia menganggukkan kepala, dan berkata kepada Jaka, "Ya, kami akan melakukan yang terbaik untuk Bu Nasya dan Anda, Anda tak perlu cemas, serahkan semuanya kepada medis, Pak Jaka." Jaka merasa bahwa dia diberikan sebuah pencerahan yang dapat membuatnya merasa lega sempurna. Dia lu berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangan

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Belum Sadarkan Diri

    Jaka panik luar biasa stelah dia melihat Nasya saat ini berada di dalam mobil yang berbeda dengannya, sebuah mobil taksi ke sebuah tempat yang dia kenali, yaitu rumah Anjas. Rupanya Nasya masih mengingat mengenai rumah mantan suaminya, tapi memorinya selama tiga tahun berlalu tidaklah dia ingat. Sementara di sisi yang lainnya Aysan sekarang berada di dalam rumah sakit dan berada dalam perawatan yang serius, yang membuat Jak betul-betul tidak bisa memahami situasi dan bagaimana dia akan mengontrol semua ini, semua yang terjadi sekarang. Walau pun seperti itu, dia tidak bisa melakukan apa pun selain ikut di belakang mobil taksi yang Nasya tumpangi, dan kini mobil itu berhenti tepat di hadapan rumah Anjas, sore sudah tiba, dan mungkin Anjas sudah berada di rumah saat ini, karena sudah jam pulang kantor. Nasya yang keluar dari taksi langsung menggedor-gedor pintu sambil berteriak di depan pintu, "Anjas, Mas, tolong cepat buka pintunya." "Nasya." Tangan Jaka langsung mencengkeram lenga

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Kepanikan Jaka

    "Astaga." Kepanikan tentu saja sekarang dirasakan oleh Nasya, melihat bocah yang terus-menerus memanggilnya Mama sekarang terjatuh dari tangga menuju lantai paling bawah dan sekarang tubuhnya membeku tidak tahu bagaimana dan apa yang harus dilakukan olehnya. Tetapi beberapa saat kemudian dia tersadar bahwa kekacauan itu terjadi karenanya, Lalu Nasya kemudian berlari menuruni tangga. "Aku mohon jangan terjadi sesuatu, kamu harus baik-baik saja, apa yang aku telah lakukan padanya." air mata kemudian mengalir dari pipinya. dia langsung membungkuk dan meraih tubuhnya yang kepalanya sekarang terbentur dan mengalir darah dari sana. bocah ini tidak sadarkan diri Nasya sama sekali tidak tahu bagaimana harus apa. Jadi yang dia lakukan adalah mungkin membaca itu dan keluar dari rumah, ke arah pos satpam. Nasya sekarang panik lalu berteriak, "Tolong, terjadi sesuatu, Tolong! Bantu aku, Pak." satpam yang sedang meminum kopi dan membaca koran di pos satpam yaitu mendengar suara Nasya langsung

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Mama Marah

    "Akan ada operasi yang mungkin kau akan lakukan, jadi aku mohon janga membangkang untuk kesembuhan kau, Nasya, aku harap aku paham." Jaka yang saat ini masih memandang ke arah Nasya yang duduk di hadapannya. sebenarnya pikran Nasya masih ingin percaya dengan apa yang dikatakan oleh Jaka tetapi sepertinya berbeda dengan hati Nasya yang tentu saja masih berpikir bahwa Anjas atau mantan suaminya itu adalah pribadi yang setia dan tidak mungkin menghianati Nasya. jadi Nasya masih memilih untuk tidak mempercayai apa yang Jaka katakan. "Aku hanya ingin sekali saja bertemu dengan Anjas dan mendengar apa yang dia katakan, jika kau mengurungku seperti ini bagaimana aku bisa percaya kepadamu, aku sama sekali tidak ...." dia menundukkan kepala dan merasa bimbang dengan apa yang harus dia katakan. Sesekali dia menelan saliva dan mencoba berpikir kata apa yang harus dia keluarkan dari mulutnya. "tentu saja ... astaga apa yang harus aku katakan lagi agar bisa membuat kau percaya. sepertinya tidak

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Masih Berusaha

    "Aku sudah katakan semuanya, berkali-kali, Nasya, tapi kenapa kau sama sekali tidak percaya?" Jaka mencondongkan tubuhnya ke arah Nasya yang menghindar dan mengernyitkan kening. "Tolong jangan terlalu dekat dengan ku," ucap Nasya, dia memalingkan pandangan dan Jaka merasa bahwa ya sebaiknya Nasya diberikan sedikit ruang. Lalu tidak lama setelah itu, Boca berusia tiga tahun yang sudah bisa dikatakan aktif dalam berbicara dan memahami pembicaraan ringan seseorang itu berjalan ke arah Jaka. "Aysan." Jaka berdiri dari duduknya dan menghampiri Aysan, "Apa kau butuh sesuatu?" "Apa Mama masih marah sama Aysan?" dia menundukkan kepala cara dia bicara masih sangat sulit untuk dipahami tapi Jaka bisa cukup memahami ucapan Aysan, Nasya juga bisa memahami ucapan itu tapi dia memalingkan pandangannya sekarang, dia tidak ingin memikirkan banyak hal selain pikirannya sendiri yang lupa semuanya. Sementara Jaka dia berlutut setengah di hadapan Aysan dan berusaha meyakinkan bocah itu. "Aysan, Nak.

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Membujuk Untuk Makan

    "Aku tidak bisa terus seperti ini," ucap Nasya yang sekarang berada dalam kondisi yang berantakan, wajahnya dan rambut gelombang yang bahkan belum disisir, matanya menandakan bahwa dia lelah dan tidak bisa berpikir jernih. Semua seolah menghilang dari memorinya. Dan hidup seolah tetap sama, dia merasa bahwa hidupnya sama seperti sebelumnya, tidak seperti apa yang dilihatnya sekarang, yaitu Jaka yang berada di hadapannya mungkin hanyalah omong kosong yang dibuat-buat oleh Jaka untuk mendekati Nasya, itulah Jaka di pikiran Nasya. "Seperti apa?" Jaka yang menyuguhkan makanan di atas meja, sekarang mereka berada di taman halaman depan rumah, Nasya tidak mau makan jika masih berada di dalam rumah karena dia menganggap bahwa jika dia terus berada di dalam rumah maka dia seolah dikurung di dalam sana. Dan dia tidak ingin seperti itu, Jaka pun tidak mau Nasya berpikir demikian. Sehingga yang dia lakukan adalah menuruti saja apa yang diinginkan oleh Nasya untuk saat ini. "Kau seperti menguru

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Belum Makan

    Tok ... tok ... tok .... Suara ketukan yang datang dari luar kamar Nasya, saatnya adalah sarapan pagi, Nasya tidak membuka pintu semalam sehingga tidak ada makan malam yang membuat Jaka merasa cemas. Bagaimana tidak, Nasya menolak bertemu sementara Jaka terus membujuk dan menjelaskan apa yang terjadi. Walau berusaha, Jaka masih belum bisa membujuk. Pagi harinya, Jaka masih berusaha keras, tapi sepertinya Nasya masih menolak, karena itulah Jaka pun mencoba untuk membujuk satu kali, berharap kali ini Nasya mengurungkan niat untuk bersifat keras. Ketukan demi ketukan, bujukan demi bujukan, tak ada satu pun yang berhasil. Aysan juga sudah sangat ingin bertemu dengan ibunya, yang semakin membuat Jaka merasa tidak nyaman. Makan malam gagal, sarapan pagi pun tidak digubris, hingga akhirnya makan siang tiba, Jaka bahkan tidak masuk kerja, dan dia pun bersama dengan Aysan mencoba membujuk Nasya. "Mama tidak mau makan." Aysan dengan ucapan yang masih belum fasih, "Aku tidak mau kalau Mama

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status