Share

Desahan di Kamar Adik

Author: Black Eagle
last update Last Updated: 2024-09-02 17:36:34

Pertengkaran antara Nasya dan juga Anjas tentu saja berakhir, dengan Nasya yang kembali masuk ke dalam kamar, kali ini dia tidak lagi mengunci kamar dan memilih untuk beristirahat.

Pikirannya seolah kosong dan dia kesulitan mengingat sesuatu, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, dan Nasya sadar bahwa akhir-akhir ini sulit baginya mengingat sesuatu.

Walaupun seperti itu dia tidak ingin ambil pusing dan berusaha untuk tetap tenang dengan kondisinya yang tidak stabil, bahkan pikiran akan keinginannya untuk hamil kini tidak terbersit lagi di kepalanya.

Nasya saat ini, yang masih berada di dalam sekolah mendengar beberapa gunjingan dari guru lainnya bahwa dia sering kali keluar dan pulang sebelum jam pulang.

Nasya yang mendengar semua itu berusaha untuk tetap tenang dan berpikir untuk kembali masuk ke dalam kelas, karena sudah waktunya jam mengajar, tapi bukannya masuk ke dalam kelas, Nasya malah berjalan keluar.

Langkah kaki Nasya sekarang berada di jalan raya dan beberapa saat setelahnya seseorang dengan mobil hitam mewah berjalan pelan di sampingnya dan kaca mobil itu diturunkan.

“Nasya, udah pulang?” tanya seorang pria dengan rambut hitam pekat dan kulit putih pucat. Nasya menoleh dan melihat Jaka.

“Mas Jaka?” Nasya masih berjalan dan tidak ingin diganggu oleh Jaka, tetapi dia tetap berkata, “Iya Mas, sekarang lagi nyari angkutan umum.”

Perkataan Nasya membuat Jaka langsung menghentikan mobilnya tepat di hadapan Nasya yang membuat Nasya berhenti dari jalannya, Jaka keluar dari mobil dan menawarkan tumpangan kepada mantan kekasihnya itu.

“Aku antar kamu pulang aja ya, lagian nggak baik kalau aku biarin kamu jalan kaki sampai ke jalan raya buat nyari angkutan umum,” jelas Jaka yang mencoba membujuk Nasya tapi Nasya menggeleng.

“Nggak Mas, aku nelpon suami aku aja deh,” kata Nasya yang sekarang mengeluarkan ponselnya berusaha menghubungi Anjas tapi sayangnya Anjas tidak mengangkat panggilannya.

“Anjas lagi di kantor, jangan ganggu pekerjaan dia, biar aku antar aja, Nas.” Senyum di bibir Jaka terlihat dan Nasya yang tidak punya pilihan lain lalu menerima tawaran Jaka.

Jaka lalu menawarkan Nasya untuk makan siang, tapi Nasya menolak, walaupun seperti itu, Jaka tetap memaksa dan Nasya tidak lagi menolak. Dia dan Jaka pun singgah makan siang tanpa mengingat bahwa Nasya seharusnya masih berada di sekolah.

Sepanjang hari mereka bersama, Nasya bahkan tidak bisa mengingat waktu dan terlihat tidak sedang baik-baik saja.

Tampak Jaka yang sekarang berada di samping Nasya, mereka sudah makan siang dan sore akan segera berakhir, Nasya pun akan segera diantar pulang oleh Jaka.

Tak ada perbincangan setelah beberapa menit perjalanan, karena saat ini Nasya hanya menatap kosong ke depan, dia bahkan tidak tahu apa yang dia pikirkan sekarang dan Jaka terlihat sesekali melirik ke arah Nasya.

Sesekali mata Jaka yang dibalut dengan kacamata itu menatap ke arah leher Nasya yang terlihat jelas, putih bersih tetapi ada yang salah dengan Nasya, dia tidak seperti gadis yang dikenali Jaka dulu.

Nasya tampak sangat lelah, kedua kelopak matanya terlihat penat dan di bawah kelopak mata indah itu gelap seolah Nasya sedang banyak pikiran saat ini.

Ketika kedua kelopak mata Anjas yang dilapisi kacamata yang membantu penglihatannya itu terfokus pada diamnya Nasya, maka pada saat itu fokus Jaka ke jalan raya hilang dan dia hampir saja menabrak pemotor yang hendak menyebrang.

Cepat Jaka langsung meminggirkan mobilnya dan membuat Nasya yang saat itu sedang melamun tentu bangun dari lamunannya.

“Mas Jaka!”

Tentu saja Jaka juga terkejut, “Astaga.” Jaka mengarahkan pandangannya pada pemotor yang sekarang sudah tidak terlihat lagi.

“Mas Jaka mikirin apa, kok bisa sampai nggak lihat orang mau nyebrang si Mas!” Tatapan Nasya mengarah ke arah kedua kelopak mata Jaka dan mereka saling menatap, tentu pria berkacamata ini, dengan tatapan yang cukup tajam tetapi teduh itu merasa gugup dan tidak tahu bagaimana menjawab Nasya.

“Aku tadi ....”

“Yaudah deh Mas, makasih tumpangan dan makan siangnya, aku mau naik angkutan umum aja.” Nasya hendak keluar tapi tangan Jaka menahan Nasya dan sekian lama, kali ini Jaka akhirnya bisa menyentuh tangan mantan kekasihnya. Bahkan Anjas tahu alasan Jaka sampai saat ini belum menikah.

“Aku mikirin kamu, Nas.” Ucapan yang langsung membuat Jaka dan Nasya diam. Nasya yang saat itu tidak tahu dengan apa yang harus dia katakan kini mengentakkan saja tangannya.

Tanpa mengatakan apa-apa, Nasya keluar dari sana dan menggunakan angkutan umum untuk segera pulang. Detak jantung Nasya begitu cepat dan dia bahkan tidak tahu harus melakukan apa.

Kini langkah kakinya sudah mengarah ke arah rumahnya, angkutan umum tidak masuk sampai di hadapan rumah Nasya sehingga dia harus berjalan beberapa meter untuk sampai di rumah.

Nasya memilih berjalan ke arah teras dan tentu dia melupakan momen yang terjadi dengan Jaka, dia bahkan hanya mengingat bahwa dirinya menggunakan angkutan umum.

Nasya menoleh ke arah tempat parkir di halaman rumah dan melihat mobil Anjas, berarti suaminya sudah pulang sementara dia tidak ingin ambil pusing, dan memilih saja untuk masuk ke dalam rumah.

Masalahnya dia tidak menemukan siapa pun di rumah, di kamar dia tidak menemukan Anjas, di dapur dan ruang tamu.

“Mas?” Nasya bertanya tapi terlihat tidak ada sesuatu dan tidak ada yang menjawab, “Anara.” Sekali lagi dia tidak mendapatkan jawaban.

Sayangnya bukan balasan dari panggilannya yang dia dapatkan, tetapi telinganya malah mendengar Sebuah desahan yang berada di kamar adiknya. Lalu dengan langkah pelan, Nasya yang merasa ragu dan takut menatap masuk ke dalam kamar itu melalui celah pintu yang terbuka setengah.

Nasya merasa gugup tapi telinganya jelas mendengar apa yang terjadi di dalam sana, Nasya berusaha untuk tenang.

Kedua kelopak mata Nasya membelalak sempurna ketika dia dengan jelas mendengar suara Anara berkata, “Mas ... Ah ... Bentar lagi Mbak ... Nasya bakal pulang ....”

Tanpa pikir panjang, Nasya lalu membuka pintu kamar adiknya dan melihat suaminya sedang menindih tubuh telanjang Anara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Ending

    Keputusan yang sangat berat, membuat Nasya melupakan semuanya lalu menulis kenangan baru? Itulah yang disampaikan oleh Anjas kepada Aina yang saat ini masih mengejar Jaka, ya berkat dukungan ibu Jaka. "Itu bisa menjadi peluang mu, Anjas, kau bisa kembali menarik perhatian Nasya jika itu terjadi, sementara Jaka, dia sulit merayu seorang wanita, Nasya akan sulit jatuh cinta padanya." "Nasya membenciku." Anjas yang sekarang memainkan secangkir kopi yang berada di hadapannya, dia menoleh ke samping dan berkata lagi, "Jaka bahkan berhasil membuatku ragu tentang anakku sendiri, dia berkata seharusnya aku mengecek kondisi fisik ku, secara tidak langsung dia mendidih aku mandul." Anjas mengepalkan tangan. "Jadi, Jaka berpikir bahwa Aysan adalah anaknya?" "Entahlah. Aku tidak tahu, hanya saja dengan hal itu, aku meragukan diriku sendiri." Dia lalu meraih gelas berisikan kopi hangat lalu meneguknya dalam sekali tegukan. "Tapi." Iya menekan gelas itu ke meja dan hampir meremukkan dengan tang

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Perkelahian dan Solusi

    "Kau, astaga kau pikir kau siapa!" Jaka menghentakkan tubuh Anjas ke lantai dan kepalanya terbentur tepat ke dinding. "Kau sudah menghancurkannya, sejak awal, kau merebutnya dariku dan berharap agar bisa merebut Nasya lagi? Kau membuatnya menderita dan kau pikir kau akan mendapatkan kesempatan lagi hanya karena dia melupakan banyak hal tentang ku, he?" Jaka memberikan pelajaran pada Anjas walaupun dokter berusaha menenangkan Jaka tapi tetap saja kemarahan Jaka luar biasa, walau demikian Anjas juga Tidka ingin tinggal diam, dia lalu berdiri dan melawan Jaka dengan perkataan. "Walau pun kau berusaha keras untuk mengambil Nasya dariku, aku pastikan bahwa dia tidak akan mau dengan mu! Sia mencintai ku selamanya, dan aku adalah ayah dari putranya, aku adalah ayah Aysan."Jaka alu tertawa terbahak-bahak, dia maju selangkah, matanya seolah akan segera keluar dari kelopak matanya dengan urat wajah yang begitu terlihat jelas. "Aku pikir kau tahu soal ini, Anjas." Jaka tertawa, dia menggelen

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Kedatangan Anjas

    "Apa yang harus aku lakukan Dok? Dia bahkan tidak bisa mengingat anaknya sendiri." Jaka tampak frustasi, luar biasa, dia meremas rambut tebalnya dan mengepalkan tangan satunya. Dokter yang duduk di belakang meja hanya bisa menghela nafas melihat betapa frustasinya Jaka. "Satu-satunya jalan adalah melakukan operasi, beda, ini bukan hanya mengenai psikologis Bu Nasya, tapi juga terjadi benturan di kepalanya, bukan hanya trauma tetapi juga masalah di dalam otaknya, kami sudah menemukan titik masalahnya, apa yang terjadi pada Bu Nasya sepenuhnya adalah trauma dan luka dalam." "Jadi ... Apa hal itu bisa membantunya, dokter?" Sang dokter tampak ragu tapi pada akhirnya dia menganggukkan kepala, dan berkata kepada Jaka, "Ya, kami akan melakukan yang terbaik untuk Bu Nasya dan Anda, Anda tak perlu cemas, serahkan semuanya kepada medis, Pak Jaka." Jaka merasa bahwa dia diberikan sebuah pencerahan yang dapat membuatnya merasa lega sempurna. Dia lu berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangan

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Belum Sadarkan Diri

    Jaka panik luar biasa stelah dia melihat Nasya saat ini berada di dalam mobil yang berbeda dengannya, sebuah mobil taksi ke sebuah tempat yang dia kenali, yaitu rumah Anjas. Rupanya Nasya masih mengingat mengenai rumah mantan suaminya, tapi memorinya selama tiga tahun berlalu tidaklah dia ingat. Sementara di sisi yang lainnya Aysan sekarang berada di dalam rumah sakit dan berada dalam perawatan yang serius, yang membuat Jak betul-betul tidak bisa memahami situasi dan bagaimana dia akan mengontrol semua ini, semua yang terjadi sekarang. Walau pun seperti itu, dia tidak bisa melakukan apa pun selain ikut di belakang mobil taksi yang Nasya tumpangi, dan kini mobil itu berhenti tepat di hadapan rumah Anjas, sore sudah tiba, dan mungkin Anjas sudah berada di rumah saat ini, karena sudah jam pulang kantor. Nasya yang keluar dari taksi langsung menggedor-gedor pintu sambil berteriak di depan pintu, "Anjas, Mas, tolong cepat buka pintunya." "Nasya." Tangan Jaka langsung mencengkeram lenga

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Kepanikan Jaka

    "Astaga." Kepanikan tentu saja sekarang dirasakan oleh Nasya, melihat bocah yang terus-menerus memanggilnya Mama sekarang terjatuh dari tangga menuju lantai paling bawah dan sekarang tubuhnya membeku tidak tahu bagaimana dan apa yang harus dilakukan olehnya. Tetapi beberapa saat kemudian dia tersadar bahwa kekacauan itu terjadi karenanya, Lalu Nasya kemudian berlari menuruni tangga. "Aku mohon jangan terjadi sesuatu, kamu harus baik-baik saja, apa yang aku telah lakukan padanya." air mata kemudian mengalir dari pipinya. dia langsung membungkuk dan meraih tubuhnya yang kepalanya sekarang terbentur dan mengalir darah dari sana. bocah ini tidak sadarkan diri Nasya sama sekali tidak tahu bagaimana harus apa. Jadi yang dia lakukan adalah mungkin membaca itu dan keluar dari rumah, ke arah pos satpam. Nasya sekarang panik lalu berteriak, "Tolong, terjadi sesuatu, Tolong! Bantu aku, Pak." satpam yang sedang meminum kopi dan membaca koran di pos satpam yaitu mendengar suara Nasya langsung

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Mama Marah

    "Akan ada operasi yang mungkin kau akan lakukan, jadi aku mohon janga membangkang untuk kesembuhan kau, Nasya, aku harap aku paham." Jaka yang saat ini masih memandang ke arah Nasya yang duduk di hadapannya. sebenarnya pikran Nasya masih ingin percaya dengan apa yang dikatakan oleh Jaka tetapi sepertinya berbeda dengan hati Nasya yang tentu saja masih berpikir bahwa Anjas atau mantan suaminya itu adalah pribadi yang setia dan tidak mungkin menghianati Nasya. jadi Nasya masih memilih untuk tidak mempercayai apa yang Jaka katakan. "Aku hanya ingin sekali saja bertemu dengan Anjas dan mendengar apa yang dia katakan, jika kau mengurungku seperti ini bagaimana aku bisa percaya kepadamu, aku sama sekali tidak ...." dia menundukkan kepala dan merasa bimbang dengan apa yang harus dia katakan. Sesekali dia menelan saliva dan mencoba berpikir kata apa yang harus dia keluarkan dari mulutnya. "tentu saja ... astaga apa yang harus aku katakan lagi agar bisa membuat kau percaya. sepertinya tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status