Beranda / Romansa / Istri Penebus Dosa / Penjara Seumur Hidup

Share

Penjara Seumur Hidup

Penulis: Young Lady
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-02 15:21:39

“Apa maksudmu, Tuan?!” sahut Syera tajam. Ia terkejut mendengar kata-kata terakhir yang Tama lontarkan, tetapi tetap memasang ekspresi tegasnya. “Jangan bersikap seenaknya! Dan perlu Anda tahu kalau aku tidak bersalah!”

Wanita itu ingin mengurai jarak di antara dirinya dan Tama yang terlalu dekat. Namun, ruang geraknya benar-benar terbatas. Semakin ia berusaha mendorong lelaki itu, Tama malah sengaja mempertipis jarak di antara mereka.

Syera tidak tahu makna kata yang Tama maksud sebenarnya. Namun, apa pun maksud dari kata-kata tersebut, sudah pasti akan merugikannya. Wanita itu sudah sangat frustasi. Segala pembelaan yang dirinya lontarkan sama sekali tidak berarti di mata lelaki itu. Padahal dirinya tidak berbohong.

Setelah Syera tidak memberikan perlawanan lagi, barulah Tama mengurai jarak di antara mereka dengan mundur selangkah. Tentu saja kesempatan itu segera Syera manfaatkan sebaik mungkin dan mencari jarak paling aman.

“Aku ingin kamu mengabdikan seumur hidupmu padaku. Kamu sudah membuat salah satu orang yang paling berharga dalam hidupku pergi untuk selamanya! Hukuman penjara tidak cukup untukmu! Aku yang akan menjadi penjaramu seumur hidupmu!” balas Tama dengan kedua tangan yang mengepal di sisi tubuhnya.

Syera terbelalak tak percaya. Kedua tangannya pun mulai berubah mengepal. Wajahnya yang semula sudah memerah menahan amarah, kini semakin merah padam. Tanpa sadar wanita itu pun merangsek maju. Padahal sedari tadi dirinya yang berusaha menciptakan jarak di antara mereka.

Penjara seumur hidup katanya?! Hukuman macam apa itu!

Sekali pun dirinya benar-benar bersalah, hukuman penjara jauh lebih baik dibanding hukuman tak masuk akal yang ingin Tama berikan. Hukuman penjara masih bisa diukur oleh seberapa fatal kesalahan seseorang. Bukan langsung memberi hukuman seumur hidup.

Sedetik pun Syera tidak akan mau mengabdikan diri untuk manusia tak berperasaan di hadapannya ini. Pekerjaannya menjadi kasir minimarket jauh lebih lebih baik dibanding mempertanggungjawabkan kesalahan orang lain.

“Sudah aku katakan berulang kali kalau bukan aku yang menabrak istrimu! Aku memang miskin dan tidak punya apa-apa, tapi aku bukan pembunuh! Bahkan, aku tidak mengenal kalian!” raung Syera dengan mata berkaca-kaca.

Hari ini sangat melelahkan bagi Syera. Ia baru saja kehilangan ayahnya dan Tama sama sekali tidak memberinya jeda untuk bernapas. Yang wanita itu inginkan saat ini hanya menumpahkan air mata sepuasnya. Namun, Tama yang sebenarnya mengerti arti kehilangan orang paling berharga, sama sekali tidak menaruh iba padanya.

“Siapa tahu orang yang menabrak istrimu itu musuhmu sendiri! Cari tahu dulu yang sebenarnya, jangan asal menuduh orang lain tanpa bukti!” sambung Syera yang tanpa takut menunjuk wajah arogan Aditama Ravindra.

Tama menyingkirkan tangan Syera yang menunjuk wajahnya dengan tepisan kasar. “Apa sekarang kamu sedang mengakui kesalahanmu? Kamu mengakui kalau ada orang yang menggerakkanmu untuk mencelakai istriku?”

Syera sampai kehilangan kata-kata untuk menanggapi tuduhan tersebut. Bukan karena tuduhan Tama tepat sasaran, melainkan karena tidak tahu lagi bagaimana cara membela diri. Lelaki itu malah menganggap usulnya sebagai pengakuan kalau dirinya bersalah.

“Kalau kamu ingin mendapat hukuman lebih ringan, katakan saja siapa yang memerintahmu sebenarnya. Jika kamu tetap tidak mau bicara, aku menganggap kamu lah dalang dari semuanya. Kamu harus menerima hukuman itu. Mengabdi selamanya untukku, tanpa bayaran sepeser pun!” pungkas Tama yang tidak ingin dibantah lagi.

“Apa Anda sudah gila?! Aku tidak tahu apa-apa! Aku tidak bersalah!” Syera kembali melontarkan pembelaan untuk kesekian kalinya. Meskipun akhirnya tetap sia-sia karena lelaki di hadapannya ini tidak percaya akan pembelaannya.

Tama mencengkeram kedua bahu Syera hingga sang empunya meringis. Namun, tetap saja hal itu tidak dapat mengundang simpatik Tama sama sekali. Sepasang matanya menatap wanita di hadapannya semakin tajam dengan gigi bergemeletuk.

“Kamu benar-benar menguji kesabaranku! Baiklah jika itu yang kamu inginkan! Sekarang kamu harus ikut denganku!” Tama menurunkan tangannya dan menarik paksa Syera mengikuti langkahnya keluar dari rumah itu.

“Aku tidak mau! Lepaskan aku!” Syera berusaha memberontak dan menahan gerak kakinya. Namun, tenaganya tidak sebanding dengan lelaki tak berperasaan itu. Akhirnya tubuhnya pun terseret hingga dipaksa masuk ke salah satu mobil yang akan membawanya entah ke mana.

Di sepanjang perjalanan, Syera tak berhenti berteriak dan memberontak meminta dilepaskan. Namun, ketiga lelaki yang satu mobil dengannya itu seolah menulikan pendengaran dan tetap memasang ekspresi datar.

Jika saja kedua tangannya tidak terikat, Syera pasti lebih mudah mencari cara untuk melepaskan diri. Sayangnya, tali tambang yang mengikat tangannya terlalu kuat. Semakin ia berusaha melepaskan diri, pergelangan tangannya malah terasa perih karena lecet.

Bukan hanya itu, Tama juga menutup matanya dengan kain setelah menyeretnya memasuki mobil. Syera benar-benar mirip tersangka yang akan segera diadili. Dan mungkin lelaki itu memang berniat ingin membunuhnya setelah ini.

Lama-kelamaan suara Syera mulai serak karena terus menerus berteriak. Akhirnya ia pun memilih diam, bukan karena pasrah, tetapi dirinya juga perlu menyimpan banyak tenaga untuk melawan Tama juga antek-antek lelaki itu. Ia tidak mau mati konyol karena kesalahpahaman.

“Jangan banyak memberontak dan menurutlah, Nona! Atau kami akan melakukan kekerasan!” Suara bariton seorang lelaki terdengar di samping telinga Syera sebelum tubuhnya kembali ditarik paksa keluar mobil.

Syera tidak berminat menyahut dan memilih menggerakkan kakinya sesuai dengan instruksi orang yang melangkah di sampingnya. Diam-diam ia berusaha mencari cara untuk melarikan diri.

Kain yang menutup matanya dibuka setelah melangkah cukup jauh. Sebuah pintu besar berwarna hitam menjulang di depan mata wanita itu. Belum semenit menatap sekitarnya, Syera didorong masuk ke ruangan di hadapannya dan pintu langsung ditutup kembali.

“Hei, jangan tinggalkan aku di sini! Buka pintunya!” teriak Syera sembari menggedor pintu yang sudah kembali terkunci.

Syera ditinggalkan seorang diri di dalam ruangan besar itu. Teriakannya menggema di seluruh penjuru ruangan yang mirip sebuah aula tanpa banyak benda di dalamnya. Ia tidak tahu di mana tempat ini berada, namun ruangan yang dipijaknya ini sudah jelas berada di lantai atas.

Pantas saja tadi dirinya harus melewati banyak undakan tangga yang tak terhitung jumlahnya. Syera menatap jendela-jendela besar di ujung ruangan. Jika ia nekat melewati jendela, itu sama saja dengan bunuh diri.

Syera tersentak ketika mendengar derit pintu terbuka di belakangnya. Wanita itu langsung berlari ke arah pintu. Tetapi, langkahnya terhenti saat mengetahui siapa yang datang dan apa yang sedang mereka bicarakan.

“Apa pernikahannya akan dilangsungkan di sini, Tuan?” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Penebus Dosa   Titipan yang Luar Biasa

    “Huek! Huek!” Syera memejamkan mata seraya memijat pelipisnya setelah mual yang dialaminya sedikit membaik. Selama beberapa saat, wanita itu masih berpegangan pada pinggiran wastafel sembari mengumpulkan sisa-sisa tenaganya. Setelah dirasa mualnya tak akan datang lagi, barulah wanita itu membersihkan mulut dan wajahnya. Kemudian, beranjak dari toilet dengan langkah pelan karena kepalanya masih berdenyut-denyut. Padahal ia sudah meminum obat masuk angin, namun tetap saja tak ada hasil yang signifikan. Semenjak hari ulang tahun Aidan yang ke-1 seminggu lalu, Syera selalu seperti ini. Tubuhnya lemas dengan pening dan mual yang melengkapinya. Untung saja Bianca dan Rebecca sering berkunjung belakangan ini. Jadi, dirinya tidak keteteran mengurus kedua anaknya dalam keadaan seperti ini. “Kamu masih mual-mual? Yakin tidak perlu ke dokter? Suamimu akan marah besar kalau tahu kamu sakit tapi tidak mau ke dokter,” tutur Bianca yang baru saja masuk ke kamar putrinya bersama Aidan yang sedang

  • Istri Penebus Dosa   Aku Mencintaimu, Mas

    “Maaf membuatmu kesal seharian ini. Aku sengaja melakukan itu agar kamu tidak sadar kalau orang-orang rumah sedang mempersiapkan pesta ini,” ucap Tama membongkar rencana terselubungnya memuat Syera kesal seharian ini. Syera spontan menoleh. Tak menyangka jika sikap menyebalkan suaminya adalah unsur kesengajaan. Ia menyadari hari ini para pelayan yang biasanya jarang berkeliaran tampak lebih sibuk. Tetapi, mengabaikannya karena dibuat kesal dengan sikap sang suami. Hal yang lebih mengejutkan adalah mereka mengingat hari ulang tahunnya. Entah siapa yang memiliki ide untuk merayakan ulang tahunnya. Tetapi, jujur saja ini sangat membahagiakan baginya. Sebelumnya tak pernah ada yang membuat kejutan di hari ulang tahunnya. Dulu, sang ayah hanya mengucapkan selamat ulang tahun jika ingat saja dan tidak ada perayaan spesial setelahnya. Syera mengira hal itu karena ayahnya masih mengingat ibu kandungnya. Tetapi, ternyata itu terjadi karena Kuncoro memang bukan ayah kandungnya. Wajar jika

  • Istri Penebus Dosa   Kejutan

    “Kenapa mataku harus ditutup, Mas? Memangnya kita akan ke mana? Bagaimana kalau aku tersandung?” protes Syera setengah menggerutu karena Tama memaksa menutup matanya dengan kain begitu mereka turun dari mobil. Ketika pulang dari kantor, tiba-tiba Tama memaksa Syera yang saat itu sedang memasak di dapur untuk bersiap-siap pergi. Ternyata lelaki itu mengajaknya mengunjungi salah satu salon di dekat tempat tinggal mereka dan langsung meminta para stylish mendandaninya. Syera tak sempat bertanya karena para stylish itu langsung membawanya memasuki ruangan lain. Setelah dirinya selesai didandani oleh mereka dengan riasan yang cukup mewah, barulah ia bertanya pada sang suami ke mana mereka akan pergi karena riasan juga gaun yang dirinya pakai rasanya terlalu merah jika untuk menghadiri undangan dari rekan bisnis lelaki itu. Namun, seperti biasa, Tama lebih senang membuat Syera penasaran dan bertanya-tanya sendiri. Lelaki itu hanya mengatakan jika mereka akan mendatangi acara penting. Enta

  • Istri Penebus Dosa   Berterimakasih pada Penjahat

    “Tadi kamu mengunjungi makam Kirana, ‘kan? Kenapa tidak terus terang padaku?” Tama yang baru saja berbaring di ranjang langsung bertanya tanpa basa-basi. “Supirku tidak mungkin bisa kamu ajak bekerja sama.” Tama yang tahu kalau Syera belum tidur langsung membalikkan tubuh wanita itu. “Aku tidak akan marah atau melarangmu kalau kamu jujur. Jadi, kenapa kamu memilih berbohong? Bagaimana kalau terjadi sesuatu di luar sana dan aku tidak tahu?” Syera merutuk dalam hati. Ia memang tak ingin Tama mengetahui dirinya mengunjungi makam sang kakak karena tidak mau ditanya macam-macam. Sebenarnya wanita itu berencana berangkat menggunakan taksi. Namun, hal itu pasti semakin memicu kecurigaan Tama. Syera sudah berpesan pada supir yang mengantarnya agar tidak perlu memberitahu ke mana dirinya pergi setelah mengunjungi makam Kuncoro. Namun, ia lupa jika semua orang yang bekerja di rumah ini pasti memberitahu aktivitasnya pada lelaki itu. “Emm … aku tidak bermaksud menyembunyikannya. Lagipula aku

  • Istri Penebus Dosa   Maafkan Aku Mencintainya

    Selama ini Syera tak pernah mendengar informasi apa pun mengenai ayah mertuanya. Ia sempat mengira jika mungkin saja kedua orang tua Tama sudah berpisah dan hidup masing-masing hingga tak pernah berkumpul lagi. Namun, setelah Tama mengajaknya ke suatu tempat yang mengejutkan, Syera tahu dugaannya salah. Setelah mereka makan siang bersama, Tama benar-benar mengajak istri dan anaknya mendatangi tempat papanya berada. Syera mengikuti langkah Tama yang lebih dulu berjalan memasuki area pemakaman umum yang ternyata berlokasi cukup dekat dengan kantor lelaki itu. Tak berselang lama, mereka sampai di sebuah pusara bertuliskan nama Bagas Ravindra. “Selamat siang, Pa. Maaf baru mengunjungi Papa lagi. Aku ingin mengenalkan orang-orang yang sangat ku sayangi. Istri dan anak-anakku,” ucap Tama sembari berjongkok di samping pusara sang papa dan mengusap batu nisannya. Syera ikut berjongkok di samping suaminya sembari membetulkan gendongan Aidan yang sedikit melorot. “Halo, Pa. Maaf baru d

  • Istri Penebus Dosa   Membongkar Kebusukan Sendiri

    “Apa?! Lalu, bagaimana, Mas?” sahut Syera khawatir. Syera sudah menduga jika cepat atau lambat Elena pasti melakukan sesuatu yang akan merugikan pihak mereka. Walaupun jelas wanita itu yang salah, Elena tak mungkin tinggal diam setelah diperlakukan seperti itu oleh Tama. Perusahaan yang Tama pimpin baru mulai stabil beberapa bulan lalu, itupun karena bantuan dari Elena juga. Jika wanita itu tiba-tiba menarik seluruh investasi, pasti dampaknya cukup besar bagi perusahaan sang suami. Tama menarik pelan sang istri yang hendak bangkit kembali ke pelukannya. “Jangan khawatir, Sayang. Sejak kejadian malam itu aku sudah menebak kalau dia akan melakukan ini. Aku juga sudah mempersiapkan semuanya. Tadi aku hanya memperbaiki sedikit masalah. Perusahaanku tidak akan kolaps seperti waktu itu lagi.” Syera yakin Tama pasti dapat menyelesaikan masalah di perusahaan yang lelaki itu pimpij secepatnya. Akan tetapi, bukan tidak mungkin Elena kembali berulah setelah ini. Sebelumnya wanita itu selalu m

  • Istri Penebus Dosa   Permintaan Maaf Tak Terduga

    Syera yang merasa tidak pernah dekat dengan ibu mertuanya terus tak berhenti menerka apa yang akan wanita paruh baya itu bicarakan dengannya. Selama ini Rebecca hanya mengancam, menghina atau mengintimidasinya ketika mereka sedang berbicara. Wanita paruh baya itu berubah lebih baik setelah mengetahui siapa dirinya. Akan tetapi, mereka belum pernah berbicara empat mata setelah itu. Terlebih, saat ini tak ada Tama di rumah. Bukannya ia tak suka dengan keberadaan Rebecca, hanya saja menurutnya sangat aneh ketika wanita itu tiba-tiba mengajaknya mengobrol. Syera masih dipusingkan dengan sikap aneh suaminya. Ia tak mau menambah beban pikirannya hanya karena pembicaraannya dengan Rebecca. Walaupun belum tentu juga wanita paruh bata itu akan membicarakan sesuatu yang melukai hatinya. “Atau jangan-jangan ini juga ada hubungannya dengan sikap aneh Mas Tama?” gumam Syera menebak-nebak. Ia sedang membuat teh chamomile untuk teman mengobrolnya dengan sang ibu mertua nanti. Selain sedang malas

  • Istri Penebus Dosa   Sesuatu yang Disembunyikan

    “Sayang, kamu yakin tidak mau bergabung bersamaku?” tutur Tama sembari menyugar rambutnya yang basah menggunakan tangan. Ia sengaja berenang mendekati Syera dan mencipratkan air kolam ke arah wanita itu. “Mas, basah!” gerutu Syera kesal. Pakaian yang baru dipakainya beberapa menit sebelum datang ke privat pool ini basah karena kelakuan suaminya. Sejak awal ia memang tidak akan ikut berenang karena cukup sadar jika dirinya tak mahir berenang. Kalau bukan karena Tama yang tadi memaksanya ikut kemari ia akan memilih bermain bersama anak-anaknya di kamar. Syera tahu pasti suaminya akan terus mengusiknya jika berada di sini. Apalagi hanya ada mereka berdua di sini. Villa yang Tama sewa untuk bulan madu mereka memang dilengkapi dengan fasilitas privat pool di bagian belakangnya. Namun, sejak pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini. Syera sama sekali tak tertarik untuk mencoba berenang di sini. Apalagi setelah melihat jika air kolam itu mencapai dada suaminya yang berarti mencapai dag

  • Istri Penebus Dosa   Tak Sesuai Ekspektasi

    Walaupun kesalahpahaman di antara Syera dan Tama telah terungkap, nyatanya pesta pernikahan mereka tetap tidak jadi dilaksanakan karena Elvina jatuh sakit. Mereka sepakat menunda pesta tersebut dan fokus merawat Elvina dulu. Dua hari kemudian pesta tersebut baru bisa dilaksanakan. Pesta sangat mewah yang bahkan jauh lebih indah dari yang Syera bayangkan. Syera sempat mendengar dari beberapa pelayan yang berbincang jika pesta ini lebih mewah dari pesta pernikahan Tama dengan Kirana. Syera tak tahu hal itu benar atau tidak karena dirinya tidak berani menanyakan secara langsung pada Tama. Lagipula ia tidak ingin bersaing dengan kakaknya sendiri. Diberi pesta seperti ini saja sudah sangat membahagiakan baginya. 6 “Mas, kenapa saat di restoran waktu itu Mas malah mencekik Elena? Memangnya apa yang dia katakan?” tanya Syera sembari menyelipkan tangannya di lengan Tama. Syera tahu pembahasan ini kurang cocok dibahas sekarang, namun ia sudah terlanjur penasaran. Setiap hendak bertanya, pas

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status