Share

Neraka dalam Pernikahan

"Apa pernikahannya akan dilangsungkan di sini, Tuan?"

Entah dari mana, tiba-tiba seorang pria paruh baya dengan seragam khas pegawai kantor urusan agama muncul di ruangan.

Sementara Tama menyapa pria tak dikenal itu dengan senyuman, setelah berseringai kepada Syera yang masih kebingungan. "Iya, lakukan sekarang karena pengantin wanitanya sudah siap."

Saat itu, rasa takut langsung memenuhi sekujur tubuh Syera ketika tersadar Tama akan menikahinya. Wanita itu baru menyadari, bahwa pria yang saat ini sedang mencengkeram tangannya dengan kuat memang seorang pria gila! 

Merasa panik, sehingga hanya satu hal yang ada di pikiran Syera, yaitu kabur! 

Memanfaatkan Tama yang saat itu sedang terfokus ke arah petugas yang akan menikahkan mereka, Syera pun langsung mengeluarkan seluruh tenaganya untuk menghempaskan cengkeraman di tangannya untuk lari. Netra wanita itu terarah ke sebuah jendela besar yang terbuka, sehingga dia hanya bisa lari dengan kencang demi mencapai jendela itu.

"Lebih baik aku mati daripada menikah dengan pria gila sepertimu!" teriak Syera dengan lantang, jari-jarinya mencengkeram daun jendela.

Wanita itu tak peduli dengan kemungkinan tubuhnya yang akan rusak atau hancur lebur, namun yang jelas, pilihan itu lebih baik dibanding harus berhadapan dengan pria gila yang terus menuduhnya itu.

Syera kemudian mengangkat satu kakinya, bersiap untuk melompat sebelum sebuah tangan menangkap pergelangan kakinya dengan kuat.

"Mau ke mana, hm?" tanya Tama dengan wajah penuh peluh dan tatapan yang menatap Syera bagaikan seorang predator yang berhasil menangkap mangsanya.

Syera semakin panik, tak peduli seberapa kuat dia memberontak, pria itu tak berkutik.

“Mati sekarang terlalu mudah untukmu dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Kamu harus merasakan penderitaan setelah berani merenggut kebahagiaanku!” bisik Tama penuh penekanan sembari menarik tubuh Syera menjauh dari jendela.

Syera berusaha memberontak dengan deru napas terengah-engah. Tama memang langsung melepasnya, namun dua anak buah lelaki itu berganti mencekal kedua tangannya sangat kuat.

Nyaris saja Syera benar-benar melompat dari jendela jika Tama tidak tiba-tiba menarik tubuhnya dari belakang. Entah dirinya harus berterima kasih atau memaki lelaki yang secara tidak langsung menyelamatkannya itu. Tetapi, dibanding harus menderita seumur hidup, lebih baik ia mati sekarang juga.

“Kalau begitu masukan saja aku ke penjara!” balas Syera setengah membentak.

Mungkin jika dirinya dilaporkan ke pihak berwajib, mereka akan mencari tahu lebih lanjut tentang kejadian sebenarnya. Siapa tahu dengan begitu semua orang yang kini menyalahkannya dapat membuka mata.

Tawa sinis langsung berurai dari bibir Tama. “Sudah aku katakan jika aku tidak akan melakukan itu! Karena aku sendiri yang akan memastikan hidupmu sengsara setelah ini! Aku akan mengikatmu agar kamu tidak bisa pergi ke mana pun lagi selamanya!”

“Brengsek! Aku tidak sudi menikah dengan manusia tak punya hati sepertimu!” Syera kembali membentak dengan intonasi lebih tinggi.

Tama maju selangkah seraya berkata, “Kamu lihat pria itu.” Ia menunjuk pria paruh baya yang tadi datang bersamanya dengan dagunya. “Jika kamu berani menolak atau melakukan sesuatu yang konyol lagi, aku tidak akan segan-segan menembak kepalanya di depan matamu.”

Syera terbelalak mendengar ancaman Tama. Tatapannya sontak beralih pada sosok pria paruh baya yang juga tampak ketakutan. Kemudian, kembali menatap lelaki gila yang berdiri tepat di depannya.

Setelah ayahnya menjadi korban, Syera tidak bisa membiarkan orang lain yang tidak tahu apa-apa menjadi korban lagi. Tetapi, tidak mungkin ia menyerahkan diri untuk kesalahan yang tak pernah dirinya lakukan.

Di saat Syera masih bergelut dengan pikirannya, Tama yang tampaknya tak sabar menunggu berdeham keras. “Aku anggap diammu sebagai persetujuan.” Lelaki itu menatap dua bodyguardnya. “Bawa dia!”

Syera yang semakin kehabisan tenaga untuk melawan hanya bisa pasrah ketika diseret lagi anak buah Tama. Ia dipaksa menempati salah satu kursi yang tersedia dan proses pernikahan itu pun dimulai.

“Tulus nama lengkapmu dan ayahmu di sana! Jangan membantah lagi!” perintah Tama yang baru saja melempar selembar kertas di harapan Syera.

Syera yang sudah tidak diikat lagi terpaksa meraih kertas itu dan mengikuti keinginan Tama. Setelahnya, wanita itu hanya bisa menunduk sembari menggigit bibir bawahnya untuk menahan isak tangis yang keluar tanpa bisa dicegah.

Dalam sekejap, statusnya berubah dan tidak ada setitik pun kebahagiaan yang terasa di hatinya. Jangankan pesta meriah, penampilannya saja sudah sangat menyedihkan. Pernikahan konyol ini benar-benar menghancurkan impiannya yang ingin menikah dengan lelaki yang dicintai dan mencintainya.

Setelah semuanya selesai, Syera dipaksa berdiri dan melangkah keluar dari ruangan itu. Matanya kembali ditutup oleh kain, namun kedua tangannya tidak lagi diikat. Meskipun begitu, tetap tidak ada celah untuk melarikan diri karena anak buah Tama dengan sigap mencekal tangannya.

Syera kembali memasuki mobil yang sepertinya sama dengan mobil yang membawanya ke tempat ini. Perjalanan yang kali ini ditempuh tidak terlalu lama menurut perkiraan Syera yang bahkan tidak tahu ke mana lagi mereka membawanya.

“Indah sekali,” gumam Syera dalam hati sesaat setelah lain penutup matanya terbuka.

Sebuah bangunan megah yang berdiri kokoh di hadapannya membuat Syera tak bisa menahan decak kagum. Namun, di detik berikutnya kekaguman itu hancur tepat ketika Tama menariknya memasuki rumah merah tersebut. Tempat ini memang indah, namun ditempati oleh iblis tak berperasaan.

Ada banyak wanita berpakaian seragam hitam putih yang berlalu lalang di dalam rumah itu. Pergerakan mereka terhenti ketika melihat kedatangan Syera yang diseret oleh sang tuan. Namun, setelahnya mereka kembali melanjutkan aktivitas masing-masing karena tak ingin terkena masalah.

Dengan langkah terseok-seok, Syera berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan langkah lebar Tama. Ia tidak sempat mengagumi setiap sudut rumah itu lagi karena memikirkan apa yang akan Tama lakukan setelah ini.

Syera terbatuk ketika didorong ke sebuah ruangan penuh debu yang sepertinya merupakan gudang rumah ini. Ruangan tersebut cukup luas dan penuh dengan barang bertumpuk di sekelilingnya.

“Bersihkan tempat ini sekarang juga!” perintah Tama tanpa memedulikan Syera yang masih terduduk di lantai.

“Apa?! Kamu pikir aku pelayanmu?!” sembur Syera murka. Wanita itu berusaha bangkit dari posisinya, namun tidak berhasil karena kakinya sangat lemas.

Tama membungkuk di hadapan Syera dan mencengkram dagu wanita itu, memaksanya mendongak. “Kamu pikir akan menjadi nyonya di rumah ini? Jangan bermimpi! Aku akan membuat hidupmu seperti di dalam neraka setelah ini. Jangan pernah berharap aku akan memberi belas kasihan untukmu!”

“Ini baru permulaan, Syera. Setelah ini aku tidak akan membiarkan kamu hidup tenang. Kamu pasti bermimpi ingin menikah dengan lelaki yang kamu cintai dan mencintaimu? Kubur impian itu dalam-dalam karena sampai kapan pun aku tidak akan pernah melepasmu!” imbuh lelaki itu seraya kembali menegakkan tubuhnya.

Tama langsung melangkah pergi setelah itu dan mengunci pintu gudang dari luar. Dengan sisa-sisa tenaganya, Syera berhasil berdiri dan bergegas menggedor pintu. Berharap ada orang yang bersedia membukakan pintu. Lama-kelamaan pandangannya mulai berkunang-kunang dan tubuhnya pun meluruh ke lantai.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eko Feriyantono
keren banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status