Share

Terpaksa Menjadi Madu

Penulis: Agung Ahmad S
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-20 19:05:15

Akhirnya aku hanya bisa pasrah, kala ayah tiba-tiba pingsan tepat di depanku. Rasa tak tega menjadi alasan utama untuk menerima permintaan menjadi pengganti malam pertama sekaligus madu dalam pernikahan kakak tiriku.

"Baik kalau begitu, saya akan menikahkan Salma menjadi madu dari Sinta," ucap ayah setelah sadar.

Acara akad dilakukan secara virtual, tak dihadiri oleh sang pengantin pria. Mungkin dia kelelahan setelah acara resepsi tadi. Aku pun memaklumi. 

Kini, aku telah sah menjadi madu dari kakak tiriku sendiri. Seketika itu juga, datang pria utusan dari juragan Amran. Yang tak lain adalah teman SMA aku dulu. Dia bekerja di rumah juragan Amran.

"Cie pengantin baru," goda Aldo padaku.

Ingin rasanya aku menyumpal mulutnya dengan kaos kaki yang saat ini aku lepas. Biar dia pingsan sekalian di dalam mobil Alphard ini. 

"Bisa diem nggak!" ketusku.

"Ehem, malam pertama nih ye. Enak tuh," godanya lagi dan aku pun meradang. Akhirnya aku layangkan pukulan tepat mengenai belakang kepalanya. Terlihat ia meringis kesakitan.

"Sakit, Sal." Aldo melotot.

"Bodo," balasku ketus.

"Loh, bukankah malam pertama itu malam yang diidamkan oleh para pengantin ya?"

"Iya kalau saling cinta atau setidaknya bukan madu," sahutku kesal.

"Madu? Maksudnya?" tanya Aldo seperti kebingungan.

"Iya, aku hanya dijadikan istri pengganti di malam pertama pernikahan kakakku. Aku dijadikan madunya," jawabku apa adanya dan Aldo pun semakin terkejut.

"Kok bisa?" tanya lagi, bertingkah seperti orang tak tahu apa-apa.

"Ya bisalah, Mbak Sinta kabur setelah acara resepsi," jelasku dan Aldo pun mengerutkan dahi, menandakan jika dia bingung dengan penuturanku.

"Kabur? Acara resepsi? Bukankah mereka menikah juga secata virtual ya."

Kini aku yang bingung, menikah secara virtual? Itu artinya sama denganku dong. Lalu apa alasan sang Argantara tak datang di acara akad? Lalu Mbak Sinta di panggung resepsi dengan siapa? 

Apa itu alasan Mbak Sinta kabur? 

Pikiranku semakin tidak karuan. Apa jangan-jangan pria yang menjadi suamiku itu sangat jelek sehingga Mbak Sinta memilih kabur? Ya Allah, tolong lindungi aku di malam pertama nanti. Jika dia jelek, tolong biarkan aku terbebas darinya, tetapi jika tampan biarlah aku menjadi madunya.

Astaghfirullah, aku berpikir apa. Kenapa jika tampan aku mau menjadi madunya. Segera aku menghapus doa yang terakhir. Semoga Allah mendengar dan tidak jadi mengabulkan doaku menjadi madu terus. Aku ingin menjadi istri utama dan bukan madu. Titik. Walaupun pada kenyataannya aku sudah menjadi madu.

"Malah bengong, ayo cepat turun," ajaknya padaku yang kini malah melamun.

Memang jarak antara rumahku dan juragan Amran hanya sekitar 5 kilometer saja. Jadi hanya menempuh beberapa menit saja sudah sampai.

Aldo turun terlebih dahulu. Ia membantu membawa barangku masuk. Ada rasa ragu saat kaki melangkah memasuki halaman rumah yang luas ini. Apalagi rumahnya megah dan berlantai 2, bak istana.

Datang seorang wanita berpakaian elegan. Wajahnya terlihat masih muda tak sesuai dengan umurnya yang sudah seusia dengan ibu tiriku. Ia menyambutku dengan penuh kehangatan, bahkan ia juga menuntunku memasuki rumahnya. Ya, dia adalah ibu Sofia, istri dari juragan Amran.

"Ayo, tidak usah sungkan-sungkan. Anggap saja rumah sendiri," ujarnya mengulas senyum.

"I-iya, Bu," jawabku terbata. Tak kusangka, ternyata keluarga Amran sangat baik. Tetapi kenapa mereka meminta hutang ibu dibayar dengan pernikahan? Sebenarnya apa yang mereka sembunyikan?

Kemudian wanita itu mengajakku ke sebuah ruangan. Aku yakin jika ruangan yang saat ini ada di hadapanku adalah kamar dari suamiku, Argantara Kusuma. 

"Masuklah terlebih dahulu, nanti barangmu akan dibawakan oleh pelayan di rumah ini," ujarnya setelah membukakan pintu.

Aku mengangguk dan tak bisa berkata-kata lagi. Antara takut dengan malam pertama yang akan dilalui dan juga alasan apa yang mendasari juragan Amran meminta hutangnya dibayar dengan pernikahan.

Dengan sedikit gemetar, aku mulai mengayunkan kaki memasuki kamar. Seketika aku terkejut melihat isinya. Benar-benar seperti hotel. Ada bunga di tengah-tengah ranjang berbentuk love dan ada sepasang angsa di tengah-tengahnya. Sungguh indah, aku sangat mengaguminya.

Akan tetapi, rasa kekaguman itu segera aku tepis. Ini adalah malam sial bagiku. Aku harus menjadi istri pengganti malam pertama. Ah, malang sekali nasibku.

Derap langkah kaki di luar ruangan menuju pintu membuat hatiku berdetak lebih cepat. Jangan-jangan dia adalah suamiku, Argantara. Dengan cepat aku duduk di tepi ranjang untuk mengatur napasku yang tak beraturan.

"Maaf, Mbak, ini tasnya," ucap seorang wanita yang usianya hampir seumuran denganku.

Aku bisa bernapas lega, ternyata dia bukan Argantara. Namun, aku malah menjadi curiga. Ada gadis seusia denganku. Apa mungkin dia juga salah satu dari istri Argantara?

Aku langsung berdiri dan mendekatinya. Tanpa basa basi aku langsung bertanya.

"Maaf, apakah kamu juga salah satu dari istrinya Argantara?"

Gadis itu malah tertawa mendengar pertanyaanku. Apakah pertanyaanku aneh? Ini semakin membuatku penasaran saja.

"Kenapa malah tertawa?" tanyaku kesal.

"Mbak, mas Argantara itu baru nikah sekali saja," jawabnya masih tertawa.

"Nikah sekali dengan 2 wanita maksudnya?" tanyaku menggaruk kepala yang tidak gatal, tetapi menandakan bingung.

"2 wanita?" Gadis itu terkejut.

"Iya, 2 wanita dan akulah madunya," jawabku dengan suara penuh penekanan.

"Masak sih?" Dia juga bingung, "lalu jika Mbak adalah madunya, terus istri pertamanya siapa?" Dia malah balik bertanya.

"Kakak tiriku istri pertamanya dan aku madunya," jelasku lagi.

Kini dia yang giliran garuk-garuk kepala. Sepertinya dia juga ikutan bingung. Buktinya tidak berucap lagi dan malah pergi begitu saja dari kamar ini dengan menggaruk kepalanya tiada henti.

"Ih aneh, kenapa dia malah jadi bingung begitu sih?" Aku berbicara sendiri seperti orang gila.

Sepertinya aku bakalan benar-benar gila karena banyak pikiran. Apalagi saat suara deru mobil memasuki halam rumah dan terdengar suara Aldo menyebut nama Tuan. Jantungku yang tadi berdetak normal, kini menjadi tidak beraturan. Berkali-kali aku menarik napas agar bisa sedikit tenang.

Di luar ruangan, terdengar bisik-bisik tentang acara resepsi tadi siang. Aku pun penasaran, rasa takut mulai terkikis dengan rasa kepo.

Aku mendekatkan kuping ke daun pintu. Supaya aku bisa mendengar lebih jelas apa yang mereka bicarakan. Bisa dipastikan jika yang berbicara adalah gadis yang barusan keluar.

"Tadi aku dengar mas Argantara menikah 2 kali."

"Masak sih?"

"Iya, wanita yang di dalam yang mengatakan. Katanya dia adalah madunya, bahkan dia mengira jika aku ini salah satu istri mas Argantara."

Mereka malah tertawa bersama. Aku menggerutu karena ditertawakan. Mereka pikir pertanyaanku adalah hal lucu.

"Tadi tuh ya, aku sempat dengar cerita Raka, katanya tadi dia ...."

Ucapannya menggantung, membuatku harus semakin mendekatkan kuping agar mendengar apa yang mereka bicarakan. Sayang, meski sudah kutempelkan ke pintu, tetap saja tak terdengar.

Hingga aku merasakan ada yang menyentuh pucuk kepalaku. Aku baru tersadar ternyata saat aku menguping, pintu telah bergeser.

"Dasar bodoh," gumamku.

"Kau mengatakan aku bodoh?"

Seketika aku mendongak. Suara berat itu membuatku menelan ludah dengan kasar. Mati sudah riwayatku malam ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Pengganti Malam Pertama    Akhir Bahagia

    "Sayang, aku pergi sebentar ya," pamitnya tergesa-gesa."Temui pacar?""Ha?" Arga melongo."Temui wanita lain?" Aku menegaskan."Maksudnya apa sih?" Entah dia berpura-pura polos atau memang bingung dengan arah bicaraku."Menemui wanita lain," jawabku tegas."Wanita lain? Wanita siapa?""Pacar kamu lah," sahutku kian jengkel. Diajak bicara malah tidak jelas. Menyebalkan bukan."Ya Allah, jadi kamu curiga sama aku? Kamu pikir aku selingkuh gitu? Hm." Arga yang tadinya sudah bersiap pergi jadi balik lagi."Iya," ketusku."Ya ampun, Sayang. Aku tidak mungkin selingkuh. Ya Allah. Ini tadi itu ibu Hesti nyuri. Terus dia digrebek warga. Eh ada yang nelpon aku, katanya dia minta ganti rugi walaupun ibu Hesti sudah masuk penjara, dia tetap minta ganti rugi atas uang yang hilang sebelum Bu Hesti tertangkap," jawab Arga panjang lebar.Aku hanya diam. Antara yakin dan tidak dengan apa yang Arga sampaikan."Ya udah, nanti kalau aku sudah sampai sana aku video call biar kamu percaya," ujarnya lal

  • Istri Pengganti Malam Pertama    Sebuah Bingkisan

    "Rashad dan Rashid juga bagus, aku suka," balas Arga mengulas senyum."Aku tidak akan memaksa kok, Mas," ujarku."Aku suka dengan nama itu, semoga menjadi pemimpin yang tegas dan selalu menegakkan kebenaran," ucap Arga yang ternyata ikut setuju dengan usulanku."Alhamdulillah," balasku.Kesepakatan diambil jika anak kami adalah Rashad dan Rashid. ***Dua hari sudah aku beristirahat dan dokter sudah memperbolehkan aku menemui kedua buah hati. Ini adalah kali pertama aku bertemu mereka. Hati ini begitu bahagia hingga aku tak bisa berucap apa-apa. Melihat mereka menggeliat membuat air mata jatuh begitu saja tanpa pamit. Ada rasa bahagia yang luar biasa.Perjuangan yang tak sia-sia hingga aku mengalami koma. Terbayar sudah semua rasa sakit yang aku rasakan waktu itu, di mana hanya wanita yang tahu nikmatnya melahirkan. Menahan rasa sakit berjam-jam. Mengorbankan nyawanya sendiri untuk berjihad di jalan Allah.Hari ini adalah kali pertama aku memberikan asi kepada mereka. Rasanya sungguh

  • Istri Pengganti Malam Pertama    Terima Kasih Tuhan

    Sayup-sayup aku mendengar suara Arga menyebut nama anak kita. Perlahan aku mengerjapkan mata. Meski terasa begitu sulit, aku terus berusaha hingga tampak seseorang sedang menangis berada di hadapanku.Wanita yang baru beberapa bulan bersamaku itu berdiri mengarah padaku. Dengan wajah yang terlihat begitu sembab.Suara yang tak asing bagi telingaku juga terdengar. Pelukan dilayangkan begitu saja padaku. Ia menangis sesenggukan dengan wajah menempel di dadaku, dialah suamiku.Argantara Pramudya, orang yang menemaniku berjuang melahirkan buah hati kami. Pria itu menangis seraya mengucap syukur yang tiada henti."Terima kasih Ya Allah, Engkau telah kembalikan Salma pada kami."Entah sudah berapa kali ia berucap. Aku yang masih dalam keadaan setengah sadar pun hanya mengaminkan doa itu dalam hati saja.Kemudian Arga mengangkat kepalanya, lalu mencium lembut keningku. Air matanya pun terus menetes.Apa yang baru saja terjadi denganku? Yang aku ingat adalah aku diminta dokter untuk melahirka

  • Istri Pengganti Malam Pertama    Ijinkan Dia Bertahan Untukku Tuhan

    POV ArgaEntah sudah seperti apa wajahku saat ini. Entah pucat atau mungkin tak beraura sama sekali. Hati gelisah dan tak tahu harus melakukan apa kecuali berdoa. Meminta yang terbaik untuk Salma.Terdengar suara pintu terbuka dan aku segera berdiri. Berjalan cepat menemui dokter yang saat ini sedang menatap ke arahku."Bagaimana istri saya, Dok?""Maaf, Pak. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi ....""Tapi apa, Dok?""Ibu Salma belum sadarkan diri, Pak. Ibu Salma mengalami koma," ujarnya dan seketika aku lemas tak berdaya."Koma,"lirihku menjerit dalam hati.Ibu mendekat dan memelukku dari samping. "Mungkin Salma butuh beristirahat sejenak, Nak," ujarnya memberiku semangat."Bu." Aku berbalik dan memeluknya erat."Doakan saja istrimu. Semoga dia akan segera sadar. Ingat, Nak, kamu masih ada dua jagoan kecil yang kini menunggu dikunjungi. Sekarang, temui mereka dan setelahnya kamu temui Salma. Ibu akan temani," ucap ibu melepaskan pelukan lalu mengusap wajahku lembut.Senyum

  • Istri Pengganti Malam Pertama    Jangan Ambil Dia Dariku Tuhan

    POV ArgaDua bulan kemudian ...."Dokter tolong!"Teriakku kala Salma merasakan sakit perut yang luar biasa. Kata Salma, dia merasakan seperti ingin buang air besar. Pagi tadi saat aku baru saja selesai dari kamar mandi. Aku merasakan ada yang aneh pada istriku. Dia seperti menahan sakit, tetapi saat ditanya, tidak apa-apa. Hanya sakit pinggang saja.Tentu aku sebagai suami merasa khawatir dengan keadaannya. Apalagi dia saat ini hamil besar dan sudah masuk masa-masa persalinan meski masih kurang sekitar 6 minggu. Namun, kata dokter, aku harus lebih mawas terhadap istriku. Sebab, sewaktu-waktu bisa saja melahirkan tanpa menunggu HPL."Kamu tidak apa-apa?" tanyaku setelah kami selesai makan. Wajahnya terlihat lebih pucat dari tadi pagi.Salma menjawab dengan menggelengkan kepala. Apa dia tidak ingin aku khawatir, sehingga memilih diam dan menggeleng serta menyembunyikan rasa sakitnya?Sesekali Salma mengusap perutnya. Mengambil napas perlahan lalu mengeluarkan perlahan."Wajahmu pucat

  • Istri Pengganti Malam Pertama    Pergi Jauh

    Namun, ketika aku membuka gerbang, bukan Arga yang ada di dalam mobil itu, tetapi Najas.Sejak kapan dia tahu alamat rumah ini? Dan mau apa dia ke sini?Lelaki itu turun dari mobil lalu mendekat padaku. Dengan cepat aku kembali menutup gerbang, tetapi Najas lebih cekatan."Tunggu, Sal!""Lepasin!" Aku berusaha berontak ketika tangan Najas kembali menyentuh tanganku."Aku hanya ingin ngobrol sama kamu sebentar saja.""Maaf, seorang istri akan berdosa jika menerima tamu seorang laki-laki. Jadi tolong, pergi!"Namun, ucapanku tidak digubris sama sekali oleh Najas. "Aku mencintaimu, Sal. Bercerai lah dengan Arga dan menikahlah denganku.'Aku menggeleng. "Jangan berbuat gil4, Najas. Aku dan Arga tidak akan bercerai. Tidak akan pernah bercerai kecuali maut yang memisahkan!" tandasku.Najas memang keras kepala, bahkan dia juga menutup pintu gerbang. Aku mulai khawatir. Bagaimana jika Najas berbuat nekad."Pulanglah, Najas, aku mohon," ibaku padanya.Tubuhku mulai gemetar saat Najas kian men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status