Share

Bab 6 : Kesempatan Kedua

Rey langsung menyambar ponselnya yang tergeletak di atas meja nakas.

"Halo!"

"Rey, ada masalah."

"Masalah, masalah apa memangnya?"

"Erlin, dia sekarang ada berada di atas gedung, dia bilang, dia ingin mengakhiri hidupnya bila kamu tidak datang."

"Apa?"

"Iya, dia sekarang sedang berada di atas gedung."

"Bilang kepadanya, jangan terlalu membual. Aku sudah tidak peduli lagi. Mau dia hidup atau mati sekalipun"

"Ya ampun, Rey, yang benar saja. Nanti kalau Erlin benar-benar loncat dari atas gedung bagaimana?"

"Memangnya kamu tidak bisa untuk menghentikannya?"

"Tidak bisa, Rey. Dia tetap ingin kamu yang menghentikannya."

"Dasar tidak becus! Mengurus satu wanita saja tidak bisa. Pantesan selama ini kamu masih sendiri!" Rey mengejek Abbas yang belum memiliki kekasih sampai sekarang.

"Sudahlah, Rey, kamu jangan menghina aku terus. Aku akan tunggu kamu 15 menit, kalau kamu tidak sampai juga, aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."

"Baiklah, aku ke sana sekarang."

Rey memutuskan sambungan teleponnya. Lelaki itu melihat ke arah Delisha yang masih duduk di tepi ranjang.

"Lisa, aku mohon sama kamu, tetaplah di sini, karena aku ada urusan yang harus aku urus saat ini. Aku akan pergi sebentar, nanti aku akan ke sini lagi," kata Rey memandangi wajah gadis yang ada di depan matanya.

"Aku tidak peduli, kamu kembali atau tidak. Dari dulu kamu memang seperti itu bukan? Kamu lebih mementingkan Erlin dari pada aku?"

"Bukan seperti itu Lisa, hanya saja …."

"Sudahlah Rey, kalau kamu mau pergi, pergi saja. Aku sudah tidak peduli."

Rey mengusap kasar wajahnya, sikap Delisha sama sekali tak pernah berubah masih sama ketika 6 tahun yang lalu, saat itu ketika Rey memutuskan bila dirinya lebih memilih Erlin ketimbang Delisha.

Wanita mana yang tak marah, bila sang kekasih sendiri lebih memilih selingkuhannya daripada dirinya sendiri. Hati Delisha pun begitu sakit, seperti teriris pedang yang begitu tajam, ketika Rey lebih memilih Erlin ketimbang dirinya.

Rey berjongkok di depan Lisa, lalu ia menggenggam tangan Delisha begitu erat. "Lisa, baiklah, aku tidak akan pergi. Aku akan di sini bersamamu."

"Tidak perlu, pergilah. Erlin lebih membutuhkanmu daripada aku. Kalau dia berhasil mengakhiri hidupnya kamu pasti akan menyesal."

"Sayang."

"Jangan panggil aku sayang, Rey, aku muak mendengarnya!"

"Baiklah, Lisa."

"Namaku Delisha, bukan Lisa," sela Delisha.

"Nama kamu Lisa, mengapa berubah menjadi Delisha?" tanya Rey dengan rona wajah yang begitu bingung, karena yang Rey tahu selama ini wanita yang ada di hadapannya ini adalah bernama Lisa.

"Semenjak 6 tahun yang lalu, aku tidak suka orang memanggilku Lisa lagi, karena namaku dari dulu memang Delisha."

"Semuanya karena aku?"

"Kamu sendiri sudah tahu."

Rey menghela napas gusar. "Maaf, aku tahu aku salah."

Rey menatap Delisha begitu lekat. "Katakan sama aku, apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa memaafkan aku?" tanya Rey dengan wajah yang begitu menyedihkan.

Delisha menatap ke arah lelaki yang sedang berada di bawahnya, sedari tadi lelaki yang sudah berstatus menjadi suaminya itu sudah memohon kepadanya. Agar ia bisa memaafkan kesalahan pria itu di masa lalu. Namun, sebenarnya Delisha tak tega melihat raut wajah Rey yang begitu tersiksa.

Sedari dulu Delisha begitu sangat membenci Rey, mantannya itu begitu pintar membual, kata-kata manis selalu ia ucapkan. Namun ternyata kenyataannya begitu pahit. Delisha hanya tak ingin kejadian tempo waktu lalu terulang kembali. Apalagi sampai Rey menduakan dan meninggalkannya lagi demi wanita lain.

"Aku sudah membantumu, menjadi istri pengganti untuk calonmu bukan? Dan Papa bilang bila pernikahan sudah terlaksana. Aku boleh untuk pergi. Dan sekarang … tolong Lepaskan aku. Pulangkan aku kepada Papa."

Deg!

Perkataan Delisha membuat pertahanan hati Rey runtuh. "Tidak, itu tidak mungkin. Aku tidak akan pernah melepaskan kamu, Delisha. Apa tidak ada cara lain selain itu?"

Rey menangkup wajah Delisha yang masih dipenuhi semburat amarah. Semuanya memang kesalahannya sendiri. Dulu, ia begitu keras kepala. Rey sudah menyakiti perasaan Delisha begitu dalam, pantas saja bila Delisha begitu marah kepadanya.

"Delisha, tolong lihat aku. Katakan sama aku. Apa aku tidak pantas menerima maaf darimu? Kamu tidak tahu bukan, bukan cuma kamu saja yang merasakan sakitnya dikhianati, tapi aku juga. Hati aku juga sakit ketika melihat calon istri aku berselingkuh dengan lelaki lain. Apalagi mereka berdua berada di atas ranjang yang sama. Kehidupan aku hancur Delisha, kamu tahu, siapa yang pertama kali aku ingat ketika aku sudah melihat semua kejadian itu? Orang itu kamu. Aku tersadar, mungkin semua itu adalah balasan untuk aku, karena aku sudah menyakiti perasaan kamu dulu. Bisakah kamu melihat penyesalan aku? Bisakah kamu mengobati semua luka ini?"

Delisha meluruh kan bulir hangat yang sudah berhasil tumpah dari kedua pelupuk matanya.

Rey mengusap halus air mata yang sudah tumpah di pipi Delisha menggunakan ibu jarinya.

Rey meraih tangan Delisha, lalu meletakkan di dada bidangnya. "Kamu bisa merasakan detak jantungku. Namamu yang sudah kukubur di lubuk hati aku yang paling dalam. Kini sudah bersemayam lagi. Sekarang aku tidak akan berjanji kepadamu lagi, tapi aku akan membuktikannya. Kamu butuh bukti bukan? Bukan janji manis yang selalu aku ucapkan kepada kamu?"

Delisha hanya bisa menganggukkan kepalanya saja.

"Kalau begitu … aku akan membuktikannya kepada kamu. Jangan berkata tentang perpisahan, sampai kapan pun aku tidak akan pernah bisa melepaskan kamu."

"Tapi …."

Sttt!

Rey membungkam bibir Delisha menggunakan jari telunjuknya. "Tidak ada kata tapi."

"Baiklah, aku akan memaafkanmu, asalkan kamu mau memberi aku waktu."

"Waktu?"

Delisha mengangguk. "Beri aku waktu untuk bisa menerima kamu lagi."

"Berapa lama?"

"Aku tidak tahu."

"Baiklah, aku akan menunggu kamu." Rey menghela napas lega. "Aku akan menunggu kamu sampai di hati kamu sudah terukir nama aku kembali."

"Terima kasih."

Rey memeluk Delisha begitu erat, Delisha hanya bisa menangis kembali, sebenarnya ia sudah memaafkan Rey dari dulu, hanya saja, Delisha begitu takut. Ia takut bila Rey akan mematahkan hatinya kembali, karena dia begitu trauma, pengkhianatan dan penghinaan dari orang tua Rey dulu kepadanya, membuatnya tak ingin terulang kembali.

'Mengapa aku tidak tahu, kalau Rey adalah keturunan Maduswara? Kalau saja aku tahu, aku pasti akan menolaknya,' gumam Delisha di dalam hatinya.

Dulu, Delisha hanya sempat mendengar tentang Maduswara. Akan tetapi, ia tidak tahu, bila sebenarnya keluarga Rey adalah keluarga Maduswara.

'Aku tidak akan pernah melepaskan kamu lagi Lisa. Sampai kapan pun, kamu hanya milikku,' batin Rey.

Rey hanya tidak tahu, dari dulu Delisha selalu dihina oleh orangtuanya karena wanita yang miskin dan hina, mereka bilang bila Delisha tak pantas bersanding dengan Rey, bahkan mereka pun sempat memberikan uang kepada Delisha, agar ia mau melepaskan Rey. Namun, saat itu Delisha menolaknya. Ia lebih memilih mempertahankan hubungannya dengan Rey.

Namun sebaliknya, Delisha malah mendapatkan pengkhianatan dari Rey. Kekasihnya ternyata sudah berselingkuh dengan wanita lain. Hati Delisha begitu sangat sakit. Dan mulai saat itu juga, ia tak ingin mengenal Rey kembali.

Drrtt! Drrttt! Drrttt!

Rey mendengar ponselnya berbunyi kembali, ternyata Abbas lagi yang menghubunginya. Pria itu mengangkat panggilan dari Abbas.

"Halo, ada apa lagi?" tanya Rey yang sudah kesal karena Abbas selalu saja mengganggunya.

"Erlin, dia loncat dari atas gedung."

"Apa?"

Rey begitu kaget tatkala mendengar pernyataan dari Abbas. Dia pikir Erlin hanya sedang menggertaknya saja.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Titin 123
sudah mulai seru nih
goodnovel comment avatar
Ana Di
padahal ceritanya bagus tapi ngebukanya haru make koin 🥲
goodnovel comment avatar
Metha Ria
suka dengan ceritanya tapi sayang part selanjutnya harus di buka dengan koin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status