Bab: 47 Beberapa hari telah berlalu, selama itu Sofiya semakin menunjukkan perkembangan dan kemajuan yang lebih baik, sehingga saat ini Sofiya sudah bisa tersenyum dan bersikap seperti pada umumnya, hanya saja ia akan histeris jika mengingat masa lalu yang begitu kelam baginya, ia akan histeris saat bayangan itu mulai menghampirinya, dan Laura akan menenangkannya kembali. "Ma," panggil Laura yang menghampiri ibunya. "Iya nak," jawab Sofiya dengan lembutnya. "Laura izin pergi sebentar ya, mama baik-baik disini ya, aku hanya ingin ke kantor mas Al sebentar, mau anterin makanan." "Iya sayang, pergilah temui suami kamu, mama tidak apa-apa disini." "Iya ma, aku sudah meminta Kiki untuk menemani mama," ucap Laura yang kemudian langsung mencium wajah cantik sang ibu. "Kiki, kalau ada apa-apa tolong kabari aku ya," kata Laura. "Siap Bu bos, Kiki akan menjaga ibu Sofiya dengan segenap jiwa dan raga Kiki untuk Bu bos," kata Kiki yang langsung cengengesan. "Baik Ki, aku pe
Bab: 48 Deg! "Sayang, jangan pergi.. mas nggak tau, kalau kamu kesini, maaf ya," ucap Alvaro dengan penuh rasa bersalah karena telah membuat istrinya bersedih. Laura langsung berbalik dan menatap wajah suaminya itu, "Biarkan aku pergi mas, katanya kamu lagi sibuk." "Tidak ada istilah sibuk untuk kamu, karena kamu adalah prioritasku. Jangan ngambek ya sayang, mas cinta banget sama kamu." "Ta-tapi aku mau pergi saja mas," kata Laura yang merasa tidak lagi mood untuk mengantarkan makanan siang untuk suaminya. "Sayang, aku minta maaf ya. Aku pikir orang lain yang datang, dan aku tidak punya schedule pertemuan hari ini, eh tau-taunya istri mas yang cantik ini datang." "Sekarang, ikut mas ya," ucap Alvaro yang kemudian melihat rantang yang dibawa istrinya itu. Alvaro mengambilnya, "Pasti istri mas, sudah bersusah payah memasaknya, ayo kita makan sayang," bujuk Alvaro. "Pasti masakannya enak banget, karna yang bikinnya penuh cinta dan kasih sayang untuk suaminya." Laura m
Bab: 49 Waktu terus berputar tanpa henti, Namun di negara yang berbeda masih ada seseorang yang sedang terlarut dalam rindu yang begitu dalam tanpa tahu harus mengungkapkannya kepada siapa, sekuat tenaga ia melupakannya, semakin kuat sosok wanita cantik itu muncul di bayangan kepalanya seolah menari-nari di pelupuk matanya. Ia semakin menggulirkan butiran tasbih dan berusaha untuk menenangkan dirinya dengan berzikir dan mengingat kepada Allah. Semakin kuat ia menepisnya semakin terlihat sosok yang begitu ia cintai meskipun berada di negara yang berbeda. Air matanya mulai menetes, sekuat tenaga ia mulai menepis ingatan dan kenangan indah tentang seseorang yang dicintainya, yang kini telah dimiliki oleh orang lain. "Ilahi, hamba tidak kuasa untuk menahan rindu yang begitu sulit untuk terobati, ilahi tolong engkau ambil rasa rindu ini di hatiku, hamba tidak ingin mencintai milik orang lain, meskipun ia pernah menjadi bagian terpenting dalam hidup hamba," pinta Raka dalam do'an
Bab: 50 Siang harinya, Eliza akan berkunjung ketempat sang kakak Sintiya, ia akan mengajak sang putri untuk menemaninya. "Bella, temani mama ya sayang," ajak Eliza. "Mau kemana, Ma?" tanya Bella dengan tatapan penuh selidik terhadap sang mama. "Tentu saja ingin mengunjungi Sintiya," jawab Eliza enteng. Bella tampak berpikir, dan menimbang-nimbang ajakan sang mama, ia tersenyum smirk, "Baiklah, Ma. Sepertinya ajakan mama juga tidak terlalu buruk," ucap Bella yang mempunyai maksud tertentu. "Terimakasih putri cantiknya mama, kamu memang dapat diandalkan," kata Eliza tampak bangga, sedangkan Bella hanya berekspresi biasa saja. Setelah menyiapkan masakannya untuk dibawa ke lapas, Eliza langsung bersiap-siap untuk berangkat mengunjungi sang kakak disana. "Mbak Sintiya pasti akan senang jika aku mengunjunginya dan membawa makanan kesukaannya, hitung-hitung lumayanlah untuk makanannya disana," batinnya tersenyum. "Ma, ayo," ajak Bella sedikit buru-buru. "Iya saba
Bab: 51 "Mah.." panggil Jordan sambil memeluk sang ibu, ia begitu rindu dengan sang ibu setelah sekian lama mereka tidak pernah bertemu dengan ibunya. Sofiya menoleh ke arah sang putra, ia menyentuh wajah putra kecilnya yang sekarang sudah tumbuh menjadi sosok dewasa dan juga berperan sebagai seorang ayah sekaligus seorang suami. Jordan menikmati sentuhan lembut dari tangan sang ibu yang mulai muncul keriput halus ditangannya. "Putra mama susah sangat dewasa," ujar Sofiya. "Maafkan aku yang selama ini belum bisa menjadi seorang anak yang baik, Ma. Maafkan aku yang selama ini tidak pernah mengetahui keberadaan mama di hidup kami, selama ini kami berada dalam pengaruh orang jahat itu," ucap Jordan pelan dan sengaja tidak menyebut nama Sintiya di depan sang mama, agar mamanya itu tidak kambuh lagi. "Mama selalu merindukan kalian anak-anak ku, maafkan mama yang tidak ikut mengambil peran dalam membesarkan kalian," ujarnya dengan suara tercekat. "Mama tidak perlu meminta m
Bab: 52 "Bagaimana kabarmu? Apakah kamu dapat hidup dengan baik ditempat tinggal barumu Sintiya Maurine?" Deg! Hati Sintiya tersentak kaget melihat Sofiya dihadapannya tampak baik-baik saja, tidak sesuai dengan ekspektasinya, bahkan keadaan Sofiya jauh lebih baik sekarang. "Tidak, ini tidak mungkin! bagaimana mungkin Sofiya bisa sembuh dalam waktu secepat ini? kenapa dia sembuh? dia masih gila! ya, pasti dia masih gila," batin Sintiya tidak percaya melihat kenyataan ini. Bahkan penampilan Sofiya juga jauh lebih menarik dari pada masa lalu, benar-benar tidak masuk akal bagi Sintiya. "Ka-kamu," ucap Sintiya dengan terbata-bata sambil menunjuk Sofiya dengan jari telunjuknya. "Kenapa? kamu kaget melihat aku yang bisa berdiri tegar di hadapan mu? tanpa merasa ketakutan lagi disaat melihat kamu kembali?" ucap Sofiya dengan lantang dan tidak ketakutan lagi melihat Sintiya. Sintiya terdiam dengan wajah yang tiba-tiba saja berubah menjadi pucat pasi, berkali-kali ia menelan
Bab: 53 "Urus mereka, selidiki apa motif mereka mengganggu istri saya!" titah Alvaro tegas di seberang telfon. "Baik pak," ucap seseorang dibalik telfon. Suasana di mobil tampak tegang, Alvaro dengan raut wajah datarnya membuat Laura seakan Dejavu berada di posisi ini. Laura memilin ujung hijabnya dengan tangan yang gemetar, sedangkan Alvaro mencengkeram erat setir mobilnya dan semakin menambah laju kecepatan. Tidak tahan berada disituasi ini, Laura menatap suaminya itu dengan tatapan sedih karena merasa diabaikan. "M-mas," panggil Laura. Namun Alvaro tidak melirik istrinya sama sekali, Alvaro pun tidak menjawab panggilan sang istri. "Ka-kamu marah dengan ku?" tanya Laura dengan bibir gemetar menahan isak tangis. Rasanya ingin sekali Laura memeluk suaminya dan menangis di pelukannya, karena ia masih begitu syok dengan kejadian tadi yang hampir di lecehkan oleh preman sialan itu. Bukannya menenangkan Laura yang sedang hamil, Alvaro justru bersikap dingin kepadanya s
Bab: 54 "Lapor pak, saya sudah menyelidiki motif dari kedua preman pasar itu terhadap Bu Laura," ucap asisten pribadi Alvaro. "Katakan!" tegas Alvaro di seberang telepon. "Mereka preman pasar yang dibayar oleh seseorang untuk m3l3c3hk4n Bu Laura." "Shit!" umpat kasar Alvaro, seketika mata Alvaro mulai memerah, rahangnya mulai mengeras, tangannya mengepal erat setelah mendengar laporan tersebut. "Katakan siapa orang yang telah menyuruhnya!" ucap Alvaro dengan nada yang sedikit meninggi. "Maaf pak, mereka tidak mengakuinya!" kata asisten pribadi Alvaro. "Saya, tidak ingin tahu, cari tahu siapa dalang dibalik semua ini! saya tidak akan mengampuni mereka semua yang berada dibalik semua." "Ba-baik pak, saya akan mencoba memaksa mereka untuk mengakuinya." "Cari cara agar mereka mengakui siapa yang menyuruh mereka untuk berbuat kurang ajar kepada istri saya! bila perlu kasi bayaran yang mahal, dan suruh mereka pergi ke luar kota!" titah Alvaro. "Ba-baik pak, saya aka
Bab: 76 "Daddy, umma. Bagaimana jika kita liburan bersama?" Celetuk Nayra. "Ide yang bagus kak," sahut Zacky dengan antusias. "Gimana ya? mau nggak ya?" kata Laura seolah-olah sedang memikirkan ajarkan Nayra. "Umma, plis mau ya. Nayra ingin refreshing sejenak bareng keluarga setelah banyak menangani pasien," rengek Nayra. "Kali ini Zacky setuju dengan kakak umma, Zacky juga ingin refreshing dari lelahnya bekerja," ucapnya dengan semangat empat lima. Alvaro langsung merangkul pinggang Laura, meskipun usia mereka tidak lagi muda, namun cukup membuat kedua anaknya baperan melihat pasutri setia dan saling mencintai itu. "Daddy dan umma sudah tentu mau honeymoon dan menghabiskan waktu berdua, kalian sendiri gimana? cari pasangan dong, biar bisa seperti Daddy dan umma," ucap Alvaro. "Dad, ingat umur ya," ucap Zacky sambil melihat ke lain arah. "Tau ni Daddy, udah berumur masih aja ingat bulan madu," Seketika tawa Alvaro meledak. "Nayra, Zacky, ingat ya. Cinta Daddy
Bab: 75 "Ajarkan aku Islam." Deg! Nayra tersentak kaget ketika mendengar ucapan Arsen. Segera Nayra membalikkan badannya dan menghadap ke arah pria tampan dengan ekspresi yang cukup serius. "Apa aku tidak salah dengar?" tanya Nayra dengan raut wajah serius sekaligus merasa tak percaya dengan kalimat yang baru saja ia dengarkan. Nayra menatap tegas Pria di hadapannya ini, pertanda hal ini bukanlah perkara main-main. "Apakah kamu yakin?" tanyanya serius. "Aku yakin, dan aku sudah memikirkannya matang-matang." "Atas dasar apa kamu ingin melakukannya? Apakah kamu mencintai seseorang yang berbeda keyakinan denganmu? sehingga kamu melakukan ini agar kalian dapat bersama?" Arsen terdiam, "Tidak, tapi aku sudah yakin dengan pilihanku, dan aku sudah mempelajari tentang Islam sejak satu bulan yang lalu," ujarnya dengan serius. Seketika Nayra menghela nafas lega, kemudian dia tersenyum kepada Arsen, sangat cantik membuat Arsen seolah terhipnotis oleh kecantikan Nayra.
Bab: 74 "Mereka tinggal di tempatnya masing-masing, karena burung milik langit, ikan milik lautan. Mereka bisa saling menatap, tapi tidak bisa bersama. Cinta bukanlah keajaiban ia tunduk pada hukum alam, jika burung memaksa menyelam, ia akan tenggelam. Jika ikan mencoba terbang, ia akan jatuh dan mati. Cinta harus punya tempat, burung butuh udara, ikan butuh air. Dan tidak semua yang jatuh cinta di takdirkan untuk bersatu," Gumam Arsen sambil memikirkan kata-kata Nayra dan juga pertanyaan dari Zacky tadi. "Maknanya begitu dalam," lirihnya. Arsen tampak berpikir keras, ia mondar mandir dan meraih ponselnya sambil membaca beberapa artikel yang telah ia pelajari dalam satu bulan belakangan ini. "Tidak mungkin untuk bersatu bukan berarti mustahil untuk tidak bisa bersama," gumamnya lagi. "Arsen," panggil seseorang yang suaranya begitu familiar di pendengaran Arsen. "Papa," lirihnya. Papa kim langsung duduk di sofa yang tersedia di ruangan sang putra. "Tumben papa ke
Bab: 73 "Wah, wah, gak bisa dibiarin nih," ujarnya tampak tak percaya. "Terus kamu terima gitu aja kak?" tanyanya merasa tak percaya. "Tentu saja aku menerimanya adikku yang manis, lagian kakak ini punya adik tapi gak pernah di beri bunga, cokelat atau hal manis yang lainnya," katanya berpura-pura kesal. "Wait, baiklah. Mulai sekarang adik kesayangan mu ini akan memberikan apapun yang kakak ku tercinta inginkan, asalkan tidak menerima pemberian dari pria cerewet itu." Nayra memutar mata malasnya. "Mulai kambuh lagi nih posesifnya, syukurnya Daddy gak ada disini, bisa-bisa aku akan menghadapi dua pria posesif tingkat akut ini," batinnya. "Baiklah, kakak mu yang cantik ini ingin beristirahat sejenak, bye adik manjaku." Zacky tercengang melihat sang kakak yang meninggalkannya gitu aja. "Kak, kok main ninggalin gitu aja sih," kesalnya. Wajah zacky kelihatan asam dan bibirnya sedikit berkerucut, lalu ia langsung berlalu pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya terle
Bab: 72 "Shit! siapa yang memberi bunga cantik ini untuk kakak ku, tidak mungkinkan jika pria itu yang memberikannya," gumam Zacky sembari menatap ponselnya. [Tunggu adik tampan mu ini pulang, aku akan bertemu dengan seseorang itu, jangan katakan jika dia seorang pria. Jika dia pria yang mencintai mu, tentu saja dia harus melewati seleksi dari ku] Ting! Nayra langsung membaca pesan dari Zacky. Nayra cekikikan membaca pesan tersebut. "Bagaimana jika dia tau kalau bunga ini dari Arsen," gumam Nayra. "Benar-benar adik posesif," batinnya. Sementara itu di luar kota, Zacky akan pulang besok hari, namun tetap saja dia terus memikirkan siapa yang memberi bunga terhadap sang kakak. Zacky tampak mengetuk-ngetuk meja sembari berpikir, apakah sang kakak telah memiliki kekasih diam-diam? atau hanya penggemar rahasianya? "Nggak mungkin kalau kakak pacaran, karna umma dan Abi sudah sedari dulu mewanti-wanti untuk tidak berpacaran," gumamnya. "Ah, bodoh amat, pokoknya aku harus i
Bab: 71 Dua bulan telah berlalu.. "Apakah kamu dapat merasakannya?" tanya Nayra yang sedang melakukan terapi khusus pada Arsen. Arsen menatapnya dalam, air mata mulai mengenang di pelupuk matanya. "Ya, aku bisa merasakannya," lirihnya dengan gemetar. "Alhamdulillah," gumam Nayra. "Bersabarlah, insya Allah tidak lama lagi kamu sudah bisa berjalan," kata Nayra penuh haru, akhirnya ia telah berhasil mengobati pasien lain selain dari sang ibu. Arsen mengangguk. "Terimakasih,"ujarnya. "Tidak perlu berterimakasih, sudah tugasku untuk mengobati pasien yang membutuhkan bantuan ku." "Lagian, kita akan melihat hasil akhirnya, aku berharap kamu dapat berjalan kembali," lanjut Nayra. Arsen terdiam, dia tidak berkata lagi, pikirannya berkecamuk, tapi dia menatap Nayra dengan tatapan yang sulit di artikan. Malam ini Nayra sendirian tanpa di temani oleh sang adik, karena Zacky sudah berangkat ke luar kota mengenai urusan pekerjaan, terpaksa Nayra harus sendiri mendatangi
Bab: 70 Tepat rapat sudah selesai, Nayra juga ikut keluar dari kafe dan ikut tertawa cekikikan atas apa yang terjadi di dalam, rasanya dia puas sekali menjahili pasien julidnya itu. Prilly yang sudah mengetahui apa yang terjadi, dia ikut tertawa terpingkal-pingkal akibat kejahilan kakak beradik itu. Zacky menghampiri sang kakak lalu saling bertos ria dan tertawa, Namun ekor mata Zacky yang begitu teliti tidak sengaja melihat kehadiran Arsen yang keluar dari kafe sembari kursi rodanya di dorong oleh Kelvin, sang asisten pribadi. Nayra yang tidak sengaja melirik sekretaris sang adik yang menatap kearahnya sedari tadi, sontak saja terlintas ide kejahilannya. "Aku kerjain balik nih si Zacky, keliatannya Zacky punya hati nih untuk sekretarisnya, dan mungkin juga sebaliknya," gumam Nayra tersenyum manis. Benar saja, Nayra pura-pura menjatuhkan dirinya kepada Zacky, dan reflek Zacky pun menangkap sang kakak seperti adegan romantis. "Kamu gapapa kan sayang?" ucap Zacky meneka
Bab: 69 Sesampainya di rumah, Zacky tertawa terbahak-bahak karena telah berhasil menjahili pasien sang kakak. Ctakk Nayra menyentil jidat sang adik membuat Zacky meringis kesakitan. "Puas banget sih kamu ngejahilin orang mulu," kata Nayra yang geleng-geleng kepala melihat kejahilan Zacky. "Seharusnya kamu bangga dong kak, punya adik seperti ku yang pinter drama, contohnya menjadi kekasih dadakan kakak sendiri," ucapnya sambil tertawa memegangi perut. "Sumpah, aku ngakak banget, dianya kayak kepanasan, apa jangan-jangan dia udah naruh rasa sama kamu kak," Goda Zacky. "Heh, anak kecil jangan ngomong sembarangan! mana mungkin dia suka sama aku, palingan dia ngerasa nggak nyaman karena kemesraan kita di depannya, apalagi di kamarnya, kurang sopan sih sebenarnya." "Ya apa boleh buat kak, soalnya dia julid tingkat dewa, jadinya aku juga mau balas dengan kejahilan ku yang spek dewa." "Aku jadi penasaran deh kak, apa dia nanti bakal ngelanjutin berobat sama kamu atau just
Bab: 68 Pagi hari, matahari mulai menampilkan sinarnya yang masih tidak terlalu terang, alarm berbunyi begitu nyaring, sehingga mampu mengusik tidur Zacky yang begitu nyenyak. "Oh tidak! aku harus bekerja lagi, rasanya begitu mengantuk," batinnya yang enggan untuk bangun. Namun, azan subuh berkumandang dari mesjid sebelah, mau tidak mau Zacky segera beranjak bangun dari tidurnya dan berhenti untuk bermalas-malasan. Setelah membersihkan tubuhnya, ia melaksanakan kewajibannya, setelah itu mereka sarapan bersama di meja makan. Alvaro menatap Zacky sang putra yang sedang sarapan pagi. "Zack, kamu sudah siap untuk menggantikan Daddy sepenuhnya di perusahaan kan?" tanya Alvaro memastikan. "Insya Allah, Dad." jawabnya mantap. Alvaro akan mengambil pensiun dini dari perusahaan, dan menggantikan sang putra sebagai ahli warisnya untuk memimpin perusahaan, Alvaro ingin menghabiskan sisa umur dan waktunya bersama sang istri, kapan lagi jika bukan sekarang? Alvaro sudah mela