“Tuh suamimu datang! Tanya saja sendiri,” seru Fabian saat melihat Alif masuk ke ruang rawat inapnya.
Alif hanya diam dengan wajah bingung menatap Dira. Dira menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.
“Gak ada apa-apa. Biasa Papa lagi suka bercanda.”
Alif hanya tersenyum sambil melirik Fabian. Ia yakin banyak hal yang dibicarakan oleh mertuanya dengan Dira. Apalagi kalau kenangan masa kecil mereka.
“Gimana, Mas progresnya?” Dira mengalihkan topik pembicaraan.
“Kan masih beberapa hari, jadi belum kelihatan. Aku cuman memastikan mereka melakukan semuanya dengan benar.”
Dira manggut-manggut mendengar jawaban Alif. Selanjutnya mereka tampak asyik berbincang random hingga makan siang. Alif sengaja memesan makanan by delivery order sehingga mereka tidak perlu keluar lagi.
Usai makan, Fabian tampak terlelap di brankarnya. Dira senang melihat kesehatan papanya sudah mulai membaik. Ia be
“Ka—kamu … dari mana mendapatkannya?” tanya Vania gagap.Alif tersenyum lebar, duduk bersandar di kursi sambil bersedekap menatap Vania.“Gak perlu aku jelaskan dapat dari mana data tersebut. Sekarang jawab saja pertanyaanku tadi?”Alif mendapatkan data itu dari Firman. Sepertinya Firman bisa mengancam sang Anonim hingga mau memberikan bukti transaksinya dengan Vania beserta percakapan mereka.“Kamu yang meminta penyebaran berita gosip tentang aku. Kamu bekerja sama dengan Maura untuk melakukannya. Iya, kan?”Tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Vania. Ia hanya diam sambil menatap kertas yang ada di tangannya.“Aku juga tahu jika perusahaan keluargamu di luar mengalami pailit. Itu sebabnya kamu menggunakan dana donatur untuk subisid silang. Sayangnya, masalahmu terlalu pelik, hingga tidak dapat menyelesaikan semuanya.”Vania masih terdiam. Alif melirik Kevin yang duduk d
“Kamu tidak berkata bohong kan, Vin?” tanya Alif kemudian.Kevin mendengkus keras sambil menggelengkan kepala. Alif hanya diam memperhatikannya.“Untuk apa juga aku bohong. Aku punya berita yang pasti membuatmu terkejut lagi.”Alis Alif terangkat dengan mata yang menatap tajam. “Apa?”“Bisnis keluarga Vania di luar negeri sedang bermasalah dan sepertinya akan gulung tikar. Itu sebabnya, ia menggunakan dana donatur yang terkumpul untuk subsidi silang perusahaannya.”“Namun, sepertinya tidak berhasil. Itu juga sebabnya dia membuka perusahaan baru di kota ini. Dia berniat bekerja sama dengan perusahaan lain yang bisa ia kadali kemudian mengeruk keuntungan untuk diri sendiri.”“Aku dengar juga status lahan yang hendak ia jadikan proyek masih sengketa. Ia belum membayar lunas semuanya.”Alif tercengang kaget mendengar semua penjelasan Kevin. Pantas saja Vania bersikera
Pukul sembilan malam saat Dira dan Alif tiba di rumah. Mereka pulang sedikit terlambat karena harus mengurusi beberapa hal di rumah sakit.Malam ini, Bi Rahmi diminta Dira untuk menjaga Fabian di rumah sakit. Semoga saja besok keadaan Fabian sudah lebih baik sehingga bisa pulang cepat.“Hufft … .”Dira mendesah sambil membaringkan tubuhnya di kasur. Seharian ini, dia hampir tidak beristirahat dan merasa lelah. Usai membersihkan diri, Dira langsung naik ke atas kasur.Sementara Alif tampak sibuk menelepon sedari tadi. Dari yang didengar Dira, Alif sibuk berbincang dengan Firman, Rendy dan juga kedua orang tuanya. Sepertinya ia menceritakan apa yang baru saja mereka alami hari ini.Tak berapa lama, Alif meletakkan ponselnya di nakas kemudian naik ke kasur dan berbaring di sebelah Dira.“Capek?” tanya Alif.Dira tidak menjawab hanya tersenyum meringis sambil mengangguk. Tanpa diperintah tangan Alif langsung
“Kamu punya, Sayang?” tanya Alif dengan kedua alis terangkat.Dira mengangguk, kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku jasnya.“Iya, tadi saat melihat surat yang kita temukan. Aku mau mengambil fotonya, tapi keburu Tante Mery datang.”“Selain itu, kamu menyuruhku berdiri, kan?” Alif mengangguk, “untung aku sudah membuka kamera dan langsung menekan tombol rekam lalu menyimpan di saku jas. Jadi secara tak sengaja, aku merekam semua ucapan Tante Mery di kamar tadi.”Sontak Alif tersenyum lebar. Hal yang sama juga terlihat oleh Rendy. Selanjutnya Dira sudah menyerahkan ponselnya ke Rendy.Rendy langsung memutar rekaman yang dimaksud Dira. Tak ayal semua percakapan di kamar tadi terdengar dengan jelas di rekaman tersebut.“Anak pintar!!” puji Alif sambil mengelus kepala Dira.Dira hanya meringis mendengar ucapan Alif.“Oh ya, apa menurutmu Maura tahu tentang hal ini
PRANG!!Suara kaca pecah disertai serpihannya yang berhamburan ke lantai. Dira sudah merunduk bersimpuh di lantai sambil memegangi kepalanya. Sedangkan Alif meringsek menyergap Mery hingga tak bergerak.Usai menendang tangan Mery, pistolnya meletus dan mengenai cermin rias di kamar. Saat lengah, Alif langsung menangkap tangan Mery dan melintir ke belakang tubuhnya.Mery mendengkus kesal sambil melihat Alif dengan penuh amarah.“Ini belum berakhir. Ini belum berakhir. Maura akan melanjutkan rencanaku,” geram Mery.“Iya, sampaikan saja semua rencana Tante ke polisi,” ucap Alif.BRAK!!!Di saat bersamaan pintu terbuka dan tampak Rendy dengan beberapa orang anggota polisi menerobos masuk ke dalam kamar.“Lif, apa semua baik-baik saja?” tanya Rendy.Alif hanya mengangguk sambil menatap bingung. Kemudian Alif menjelaskan apa yang terjadi ke Rendy. Rendy mengerti dan segera meminta petugas po
“TANTE MERY!!!”Alif langsung menarik Dira untuk bangkit dari lantai. Mery tersenyum sambil mengangguk, berjalan perlahan mendekat ke arah mereka berdua. Entah mengapa salah satu tangannya bersembunyi di belakang seolah sedang menyimpan sesuatu.“Tante yang memalsukan semua surat itu?” tanya Dira.Tidak ada jawaban dari Mery, hanya sebuah senyum aneh.“Iya. Aku yang melakukannya. Asal kamu tahu, aku punya keahlian ini sejak kecil.”“Aku bisa meniru semua tulisan dengan cepat. Itu juga sebabnya aku bisa memalsukan surat wasiat dari mamamu.”Dira mengernyitkan alis dan terlihat bingung. Ia tidak ingat jika Luna meninggalkan surat wasiat.“Aku sengaja menulis agar Fabian menikah denganku atas nama Luna.”Dira sontak tercengang kaget. Pantas saja neneknya sangat bersikeras membujuk ayahnya untuk menikahi Mery saat itu. Bahkan Fabian tidak bisa menolak sedikit pun. Ternyata