Najwa berdebar-debar hari ini, akhirnya hari yang akan mencetak sejarah kehidupan barunya dimulai beberapa menit lagi. Gaun pernikahan indah yang tersemat anggun di tubuhnya membuat semua mata takjub saat memandangnya. Apalagi Najwa sangat cantik dengan riasan make up yang benar-benar membuat wajahnya terlihat berbeda dari sebelumnya. Orang jawa menyebutnya "manglingi"."Apa paman sudah siap?" tanya Najwa pada sepupunya yang menemaninya di kamar hotel yang disulap untuk dijadikan kamar rias. Beberapa kerabat Najwa dan juga Jacob serta staff dari wedding organizer menemaninya. "Ayah sudah dibawah," jawab sepupu Najwa yang terlihat sangat gagah dan tampan dalam balutan jas mewah yang sudah diseragamkan dengan keluarga Jacob. "Ternyata suami mbak ini pemilik perusahaan textile terbesar, ya? Pantes saja sekretarisnya kayak Angeline, super banget," puji sepupu Najwa. "Kamu naksir Angel?" tanya Najwa. "Gak berani, terlalu tinggi," jawab sepupu Najwa yang mencuri-curi pandang ke arah A
Hamish merasa dadanya seketika remuk kala pernikahan Najwa dan Jacob masuk berita televisi secara tak sengaja karena kemewahannya. Banyak selebritas yang ternyata juga hadir dalam acara pernikahan Najwa dan Jacob. Selebritas itu ternyata adalah teman-teman Jacob semasa sekolah dan kuliah di luar negeri. Beberapa juga adalah konten kreator yang menggemari roti Najwa dan tak pernah absen makan roti Najwa hampir tiap Minggu."Itu mbak Najwa?" tanya Mutia tak percaya kala melihat bagaimana cantik dan anggunnya Najwa dalam busana pengantin yang luar biasa cantik dan elegan saat kamera konten creator itu menyorot ke arahnya dan Jacob lalu mereka berfoto-foto bersama."Besok sudah acara empat puluh harinya ibu kamu, Hamish, tapi dia kok bisa menikah lagi?" kata Murni dengan sirik. Hati Aisyah kembang kempis melihat bagaimana kehidupan yang Najwa miliki adalah impiannya selama ini. Kenapa Najwa yang memiliki kehidupan enak dan luar biasa seperti itu?Kenapa Najwa dan bukannya aku?Kenapa aku
Aisyah bingung, kediaman Hamish itu membuatnya makin was-was saja. Aisyah benar-benar takut kalau Hamish akan menemui Hans dan membuat onar pada kekasih gelapnya itu. Aisyah ingin menghubungi Hans, tapi terkahir kali ia menghubungi Hans dengan nomer baru, yang mengangkat teleponnya adalah istrinya dan setelahnya Aisyah sudah tak bisa menghubungi Hans kembali. Sepertinya istri Hans juga sudah mulai mencium gelagat perselingkuhan Hans dengannya. Aisyah masih bersyukur karena Hans tetap mengiriminya uang di rekening yang ia miliki tanpa sepengetahuan Hamish. Jika Hamish tahu ia masih mendapatkan uang dari Hans, maka tak menutup kemungkinan Hamish akan semakin murka padanya. Sekarang saja Hamish sudah enggan menggendong Mufti lagi.Bagaimana caraku memberitahu Hans kalau mas Hamish sudah tahu akan hubungan kami?Bagaimana jika mas Hamish nekat menemuinya hari ini?"Kenapa gelisah sih, mbak?" tanya Mutia heran melihat sikap gelisah Aisyah yang menunggu kepulangan Hamish di teras."Mas kamu
Hati Aisyah terluka saat Hamish mengatakan satu kata yang mampu membuat semua hal di kehidupannya terasa tak berarti sama sekali.Menyesal.Hamish menyesal telah lebih memilih dirinya dari pada Najwa. Padahal sebelumnya, Aisyah sangat jumawa bisa memiliki Hamish dan membuat lelaki itu tergila-gila padanya bahkan setelah mereka berpisah bertahun-tahun lamanya."Kamu menyesal telah memilihku jadi istrimu, mas?" tanya Aisyah dengan nanar."Apa kau tuli?" timpal Hamish dengan kasar, mendengar itu hati Aisyah makin tercabik-cabik."Bagaimana bisa kau setega itu kepadaku, mas? Aku hanya ...""Hanya kau bilang? Hanya?" tanya Hamish memotong kalimat Aisyah, "tidur dengan pria lain, kau bilang hanya?""Lalu bagaimana denganmu, mas? Kamu juga membuatku jadi wanita kedua, kan? Jangan lupa, mas! Bukan aku yang mengemis kembali padamu, tapi kamu yang mengemis kembali padaku! Aku sudah bilang tidak saat kita melewati malam panas, kan? Tapi kamu menjanjikanku banyak hal yang sekarang tidak pernah ka
"A-apa?" tanya Aisyah tak percaya. "Ini rumah suami saya, mbak! Enak aja ngaku-ngaku ini rumah Najwa itu!" ketus Aisyah tak terima."Iya, benar itu!" ucap Murni yang juga yakin kalau rumah yang ditinggali oleh Hamish dan ibunya adalah hasil pembelian bersama dengan Najwa, dan ketika mereka berpisah, rumah ini sudah dibicarakan akan ditinggali oleh siapa."Mbak, sepertinya memang ini rumah mbak Najwa," kata Mutia."Diam kamu! Tahu apa kamu soal rumah ini? Kalau ini rumah Najwa, kenapa saat mereka berpisah ibu dan Hamish masih tinggal di sini?" tanya Murni ketus."Tapi masak mbak gak ingat, bukankah mas Hamish menikah dengan mbak Najwa ketika mbak Najwa sudah ada tempat tinggal? ya mungkin ini yang dimaksud mbak, rumah ini milik mbak Najwa," kata Mutia."Mbak bilang diam ya diam!" kata Murni murka dan Mutia kesal bukan main, ia masuk ke dalam rumah dan tak mau tahu apa yang akan mereka semua katakan. "Pasti ada yang salah! Ini rumah suami saya, Hamish, gak mungkin rumah milik Najwa!" k
Aisyah menangis, kenyataan pahit bahwa ia mengira kalau rumah itu adalah milik Hamish sungguh tak bisa ia terima. Padahal, di media sosial miliknya yang telah memiliki banyak pengikut, ia dengan bangga membagikan potret rumahnya dan telah banjir komentar pujian. Ada satu komentar yang mengatakan kalau itu bukan rumahnya dan milik orang lain yang ia kenal, tapi Aisyah membalas komentar itu dengan mengatakan kalau itu mutlak miliknya, setelahnya ia rutin membagikan aktivitasnya di rumah di media sosialnya yang makin ramai pengikutnya.Kini, semua hanya kepalsuan saja."Kamu benar-benar penipu, mas!" seru Aisyah kesal sekali lalu pergi dari sana dengan tangisan kekecewaan yang besar kepada Hamish yang diam saja menerima hinaan dari Aisyah."Kenapa kamu gak bilang dari awal ke Aisyah atau ke aku kalau ini rumah bukan milik kamu, Mish?! Mbak malu banget tahu kalau gini jadinya!" kata Murni yang tak kalah kecewa."Dulu saat pekerjaanku lancar aku pikir aku bisa membeli rumah dan mencukupi k
"Astaghfirulloh, ""Astaghfirulloh,""Astaghfirulloh,""Kring ... Kring ..." Najwa terus berdoa, menuntaskan dzikir sepertiga malamnya ketika suara telepon berbunyi. Kurang satu putaran lagi jarinya menapaki tasbih di tangannya, tapi telepon itu tidak mau berhenti berdering, membuat konsentrasi Najwa terus terganggu.Alhamdulillah.Tepat setelah dzikirnya selesai, telepon yang terus berdering itu sudah tak berbunyi kembali. Hanya ada dua hal yang menyebabkan telepon itu telah berhenti berdering, asisten rumah tangganya terpaksa bangun dan mengangkat telepon berdering itu atau si penelepon sudah menyerah.Perasaan Najwa jauh lebih baik saat ini setelah salat malam dan berdzikir, ia melepas mukenahnya dan melipat sajadahnya lalu tak berselang lama pintu kamarnya diketuk."Masuk," kata Najwa cukup keras. Pintu kamarnya terbuka sejenak dan ada sosok perempuan paruh baya yang ada di balik pintu berdiri setengah bungkuk dan tersenyum kecil ke Najwa."Maaf mengganggu, bu, ada telepon dari po
“Siapa dia, mas?” tanya Najwa saat ia baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Rambut basah Najwa masih terbalut oleh handuk. Ia mendekati Hamish yang buru-buru meletakkan foto seorang wanita pada dalam kardus yang berisi barang-barang bekas di rumahnya.“Bukan siapa-siapa,” jawab Hamish datar.“Pasti dia Aisyah Rahmah yang selalu kamu ceritakan padaku itu, kan?” tebak Najwa. Hamish memandang wajah istrinya yang bersih tanpa make up, mata lentik Najwa selalu bisa membuat Hamish bertekuk lutut. Hamish menarik pinggang Najwa dan memandangnya dengan seksama.“Tidak penting Aisyah sekarang, yang terpenting adalah kamu di hidupku,” kata Hamish padanya. Hamish langsung mencumbu bibir istrinya.“Aku baru selesai mandi, mas,” kata Najwa melepaskan ciuman suaminya. Semalam mereka telah melakukan hubungan istri yang panas dan itu berkali-kali hingga membuat Najwa merasa sedikit lelah.“Aku selalu bergairah saat bersamamu, sayang,” kata Hamish pada istrinya. Najwa tertawa.“Lalu kapan kita bersi