Tatapan Rachel tidak bisa terlepas dari buku nikah yang baru saja mereka dapatkan dari KUA. Pikirannya benar-benar kalut. Seumur hidupnya tidak pernah terbayang bahwa dirinya akan menikah dengan cara seperti ini. Membantah rencana ini sudah ia lakukan, tapi ada daya jika dirinya masih terikat kontrak dengan Calvin.Rachel menoleh ke arah Calvin. Pria itu juga memasang wajah datar selama proses pernikahan mereka. Tidak. Bahkan Calvin sudah seperti itu sejak mengatakan bahwa mereka akan menikah atas permintaan sang nenek.Entah apa yang ada di pikiran Calvin, tapi Rachel yakin kalau pria itu juga sama sekali tidak menginginkannya. Sampai saat ini Rachel masih yakin kalau ada sesuatu di antara Calvin dan Diana.Baru saja pemikiran itu melintas di kepala Rachel, tiba-tiba saja ponsel Calvin berdering dan ia dapat melihat dengan jelas bahwa itu merupakan panggilan dari Diana. Tanpa menunggu apapun Calvin langsung mengangkat panggilan tersebut. Rachel mendengus kesal tanpa sadar. Entah apa
"Kau sudah pulang?" Rachel menghentikan langkah kakinya saat suara rendah Calvin tiba-tiba muncul di kamar yang awalnya sunyi. Pria itu menghentikan kegiatan membaca majalahnya lalu berdiri tepat di hadapan Rachel. "Kenapa tidak mengangkat telepon?" Pertanyaan Calvin jelas membuat Rachel mengerutkan dahinya. Ia sama sekali tidak merasa ada yang salah kalau tidak mengangkat panggilan dari pria itu dan masih teringat dengan jelas jika tadi Calvin sendiri yang mengusirnya."Apakah ada masalah?" Malas meladeni Calvin, Rachel berjalan melewati tubuh pria itu. Belum ada satu centi ia melewati Calvin, pria itu sudah mendorong tubuh kecilnya membuat ia terpaksa terhimpit di antara tubuh Calvin dan pintu kamar."Kau belum tahu letak kesalahanmu?" "Apakah aku berbuat salah?" sebisa mungkin Rachel menghindari tatapan Calvin. Gadis itu berusaha untuk memberontak agar jarak dirinya dan Calvin dapat sedikit menjauh."Seorang wanita bersuami pulang pukul 2 subuh itu
"Karena kemarin kau pulang terlambat semua sudah diputuskan. Acara lelang amal minggu depan sekaligus menjadi acara resmi untuk mengumumkan statusmu sebagai nyonya Miguel."Rachel menjambak rambutnya smabil beteriak kesal saat perkataan Calvin pagi tadi terus terngiang-ngiang di kepalanya. Ini bukan mimpi. Sebentar lagi status single dirinya akan segera resmi terhapus oleh pengumuman di acara lelang amal."Kau baik-baik saja?" Suara Vira menyadarkan Rachel kalau sekarang ia masih berada di kantor. Rachel tersenyum canggung saat menyadari semua tatapan anggota tim pemasaran tertuju pada dirinya."Maafkan aku" setelah mengatakan hal tersebut Rachel segera meninggalkan kantor. Ini semua gara-gara Calvin."Ada perlu apa dengan Pak Calvin?" Pertanyaan Aura salah satu sekretaris Calvin mengejutkan Rachel. Kakinya melangkah dengan sendirinya menuju ruangan presdir. Rachel langsung menggaruk kepalanya sambil tersenyum aneh. "Tidak ada, aku hanya... tersesat" jawaban bodoh mengalir begitu saja
Rachel memegang bibirnya saat Calvin melepaskan ciuman mereka. Wajah gadis itu merah semerah tomat. Refleks Rachel segera berdiri."Ah maaf aku tidak bermaksud-""Itu kesalahan, anggap saja tidak pernah terjadi." potong Rachel. Secepat mungkin Rachel berlari keluar dari ruangan Calvin.Calvin mematung melihat kepergian Rachel. Dalam hati pria itu merutuki perbuatannya tadi. Entah apa yang baru saja merasuki dirinya, tapi ia tiba-tiba kehilangan akal sehat saat berada di dekat Rachel.Calvin berdiri menatap keluar jendela. "Apa sekarang aku jatuh cinta dengan Rachel?"*** Rachel merebahkan dirinya di sofa kamar. Pantas saja seharian ia merasa moodnya sangat buruk ternyata tamu bulanannya datang. Wajah gadis itu menjadi pucat seketika. Sakit perut yang ia rasakan memang cukup hebat kali ini."Kau kenapa?" Calvin mendekati Rachel dan mencoba menyentuh dahi Rachel namun gadis itu segera menghindar."Aku tidak apa-apa" jawaban Rachel membuat Cal
"Singkirkan tanganmu atau aku akan menciummu sekarang juga"Mendengar ucapan Calvin, refleks Rachel langsung menutup mulutnya. Calvin yang sudah menduga hal tersebut langsung memanfaatkan situasi dan meletakan kompresan di dalan baju Rachel.Gadis itu mendelik kaget saat merasakan sentuhan tangan Calvin di kulit perutnya. Tiba-tiba saja ia merasa suhu kamar menjadi sangat panas."Tidak perlu gugup, aku suamimu sekarang" ujar Calvin saat merasa tubuh Rachel menegang."Kita suami istri kontrak" ujar Rachel sambil memalingkan wajahnya. Ia enggan melihat adegan Calvin mengompres perutnya."Tapi kita sah di mata hukum dan agama" Rachel mendengus kesal saat Calvin mengucapkan hal tersebut. Pria itu memang tidak salah hanya saja Rachel masih belum bisa menerima bahwa sekarang dirinya berstatus istri orang."Tidur saja, panggil aku jika ada yang kau butuhkan. Besok kau tidak perlu masuk kerja aku akan mengajukan cutimu ke tim pemasaran." Calvin berdiri lalu meninggalkan Rachel sendirian di kam
"Siapa Mr. Joe?" Rachel menjerit kaget saat tiba-tiba Calvin muncul di belakangnya. Gadis itu melirik jam dinding dan sedikit heran pria itu sudah pulang sebelum tengah malam."Bukan siapa-siapa dia hanya mantan atasanku waktu magang" jawab Rachel. Calvin hanya mengangguk-anggukan kepala dan lalu membuka jasnya."Kau sudah makan malam?" pertanyaan basa basi dilontarkan Rachel agar suasana tidak terlalu canggung. Ia mencoba untuk bersikap lebih baik pada Calvin karena pria itu kemarin sempat merawatnya."Belum, kau sendiri bagaimana?" Rachel menjawabnya dengan gelengan kepala. "Aku akan minta chef untuk masak kalau begitu" Rachel menahan lengan Calvin. Gadis itu menggelengkan kepalanya lalu tersenyum."Sebagai ucapan terima kasih kemarin kau sudah merawatku, bagaimana kalau aku traktir makan malam di luar?" Calvin mengerutkan dahinya bingung."Boleh saja, kebetulan ini belum terlalu malam." segera saja Rachel berdiri lalu pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap."Tunggu 5 menit ya!" s
Mobil sedan mewah Calvin terparkir di pinggir jalan. Pria itu masih kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Ia masih menyangkal bahwa dirinya muntah dan Rachel sedang membersihkan apa yang baru saja ia muntahkan.Rachel mencoba membersihkan sebisanya, setidaknya sampai kursi pengemudi cukup bersih untuk digunakan kembali sementara waktu. Alat yang tersedia hanya sebotol air mineral dan sekotak tisu."Masih sedikit bau tapi sudah bisa kau gunakan kembali" Rachel memanggil Calvin yang hanya menatap jalan raya tanla melakukan apapun."Sudahlah ini juga salahku, aku yang membawamu ke tempat makan tadi. Maaf ya, aku benar-benar tidak tahu kalau perutmu lemah dengan makanan yang kurang higenis." Rachel mencoba membujuk Calvin. Ia sudah seperti itu sejak tadi turun dari mobil."Pulang naik taksi saja" ketus Calvin membuat Rachel kebingungan. "Sudah terlalu larut untuk cari taksi, di sini juga cukup sepi. Ayo masuk ke mobil jangan malu soal ini aku tidak akan membocorkannya ke siapapun." C
Rachel meregangkan tubuhnya saat sudah selesai mengerjakan seluruh pekerjaan yang ada. Ia menatikan laptopnya lalu membereskan semua barangnya setelah itu ia segera meninggalkan kantor.Sambil berjalan, ia melihat ke layar ponselnya. Dahinya mengerut saat melihat status pesanan gaunnya sudah sampai sejak kemarin tapi ia tidak melihat gaun tersebut. Ia mulai panik pasalnya acara akan diadakan dua hari lagi.Beberapa hari lalu ia menghubungi Mr. Joe untuk meminjam salah satu gaun koleksi milik pria blasteran itu, tapi sayang sekali Mr. Joe sedang berada di luar negeri dan butiknya tutup sementara. Hal itu berhasil membuat Rachel panik dan akhirnya ia memutuskan untuk membeli gaun melalui aplikasi online. Ia tidak punya banyak uang dan ia sudah memilih sebaik mungkin. Rachel memasuki kamarnya terburu-buru. Gadis itu mencoba menemukan paketnya namun nihil. "Kau cari apa?" Calvin memasuki kamar dan menatap Rachel heran. Rachel tidak menjawab. Gadis itu masih sibuk mencari ke segala penju