Share

Bab 9 Surat Perjanjian

"Di- dia..." Caroline terbata.

"Dia adalah Ariana Bellwood," ucap William.

"Siapa dia Yang Mulia? Dia sangat mirip dengan saya."

"Bukan mirip, tapi sama persis. Dia adalah kekasihku, calon istriku yang seharusnya menjadi puteri kerajaan dua bulan lagi. Tapi seseorang mencoba mencelakainya hingga dia koma seperti sekarang."

Caroline masih terdiam menunggu penjelasan lebih lanjut.

"Keadaannya yang koma telah aku rahasiakan dari semua orang. Mereka semua berpikir Ariana sedang membantuku menjalankan tugas negara ke New York. Siapa pun yang berusaha membunuhnya pasti sedang mengira bahwa usahanya gagal total. Dia mungkin sedang merencanakan cara lain untuk mencelakai Ariana setelah Ariana kembali."

"Berminggu - minggu aku berusaha membuat dia sadar. Aku mendatangkan alat - alat canggih hingga dokter dari luar negeri, tapi semuanya gagal. Lalu, satu bulan yang lalu, aku menerima laporan dari salah satu orangku bahwa ada seorang wanita yang wajahnya sama persis dengan wajah Ariana. Itu adalah kau, Nona Walter."

Caroline menatap Sang Pangeran lalu bertanya, "Lantas, apa yang Anda ingin saya lakukan?"

"Jika kau menerima tawaranku semalam, kau harus menggantikan Ariana sebagai pengantinku dua bulan lagi dan berperanlah menjadi Ariana selama dia belum sadar. Lalu, bantu aku dan timku menyelidiki siapa seseorang yang hendak mencelakainya. Hingga detik ini, timku masih belum menemukan orangnya. Dia pasti sangat cerdik dan juga berasal dari kalangan bangsawan. Jika tidak, akan sulit baginya mengecoh timku selama ini."

"Maksud Yang Mulia, sa- saya harus berpura - pura menjadi Ariana Bellwood?"

"Benar. Segala kebutuhanmu akan aku urus. Uang, keluarga, dan juga yang lainnya. Kau juga harus mengikuti pelajaran tentang kehidupan Ariana, mengenal orang - orang yang dia kenal dan bertingkah laku sebagaimana dia agar orang - orang tidak curiga."

"Tapi Yang Mulia, sekalipun wajah kami sama, namun Nona Ariana memiliki kulit yang indah dan cantik, sementara saya..." Caroline meletakkan tangannya pada bekas luka bakar di pipi kanannya. "Saya memiliki luka bakar jelek ini dan tangan saya kasar karena terbiasa kerja keras."

"Aku sudah memikirkannya. Kau juga akan menjalani perawatan kecantikan selama dua bulan ke depan. Aku telah berkonsultasi dengan dokter kecantikan kepercayaanku, dan dia mengatakan bahwa luka bakarmu bisa dihilangkan tanpa sisa."

"Lalu bagaimana dengan keluarga, teman dan semua orang yang mengenal saya sebagai Caroline Walter? Mereka semua tahu saya bukan Ariana Bellwood."

"Itu juga sudah aku pikirkan. Pokoknya, kau tinggal mengikuti skenario yang kubuat. Dan tentu saja, jika kau setuju, kita bisa sekaligus memberi pelajaran pada Antonie Sebastian, adik, ibu dan paman bibimu," William mengedipkan matanya dengan usil saat dia mengatakan kalimat terakhirnya.

Caroline tertunduk. Dia pikir William Harrington telah membuat penawaran yang sangat menggiurkan. Memangnya siapa yang tidak menginginkan 12 juta dolar pertahun, perawatan kecantikan, hidup mewah sebagai puteri kerajaan, dan balas dendam kepada orang - orang jahat?

Caroline menginginkannya. Dia ingin hidup sebagai Ariana Bellwood dan bukannya Caroline Walter yang menyedihkan.

"Saya akan menerimanya. Saya akan menjalankan misi yang Anda berikan. Apa yang harus saya lakukan pertama kali?"

"Kau yakin? Kau tidak perlu waktu berpikir satu atau dua hari?"

Caroline mengangguk. "Saya yakin Yang Mulia."

"Kau sudah paham resikonya bukan? Kau bisa saja celaka karena ada orang yang ingin mencelakai Ariana."

"Bukankah Yang Mulia akan melindungi saya?"

"Tentu saja."

"Kalau begitu saya siap."

William mengangguk dan tersenyum puas. Hatinya bergelora.

"Baiklah. Ayo kita ke ruanganku untuk membicarakan soal kontrak," William berjalan mendahului Caroline menuju ruangannya.

Caroline mengikuti William dengan jantung berdebar. Setelah ini, dia akan jadi kaya raya, pikirnya.

"Duduklah Nona Walter," William menunjuk sebuah sofa empuk lalu dia sendiri duduk di hadapan Caroline. "Ingatlah Nona Walter, setelah kau menandatangani kontrak, kau tidak akan bisa mundur. Jangan mengeluh dan jangan berkhiatan. Aku paling benci orang yang suka mengeluh dan pengkhianat."

Caroline mengangguk. "Akan saya ingat baik - baik Yang Mulia."

"Bagus. Kalau begitu, bacalah kontrak ini dulu. Sebagian besar pasalnya adalah aturan standart seperti menjaga nama baik kerajaan, menjaga rahasia, tidak melakukan tindakan kriminal dan lain - lain. Tapi, ada hal - hal khusus yang harus kau beri perhatian lebih," tambah Sang Pangeran.

"Apa itu Yang Mulia?"

"Pertama, kau tidak bisa berhenti berpura - pura menjadi Ariana sebelum Ariana sadar. Kedua, selama berpura - pura menjadi Ariana, kau harus selalu siap menerima tugas penyelidikan dariku. Ketiga, jika Ariana sadar, entah misimu telah selesai atau belum, kau harus pergi dari negara ini dan jangan pernah kembali. Dan yang keempat adalah yang terpenting," William mencondongkan tubuhnya ke Caroline dan menatap gadis itu dengan serius.

"Yang keempat, jangan pernah jatuh cinta padaku."

Caroline tersenyum. Sebenarnya dia ingin tertawa karena William terlalu percaya diri, tapi dia tahan mati - matian agar tidak menyinggung William. Bagaimanapun tidak baik menertawakan seorang pangeran, pikirnya.

Caroline hanya mengangguk lalu melanjutkan membaca kontraknya.

"Saya sudah membaca semuanya dan saya setuju untuk menjalankan kontrak ini Yang Mulia. Saya akan menandatanganinya," Caroline meraih bolpoin yang sudah tersedia di meja dan menandatangani kontrak perjanjiannya.

William tersenyum puas.

"Bagus. Satu juta dolar pertamamu akan segera aku transfer. Sekarang, mari, raihlah tanganku," William berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Caroline.

Caroline sedikit bingung dan canggung. Tapi karena William memintanya untuk meraih tangannya, maka dia menyambut uluran tangan William.

Namun, saat tangan mereka tertaut, William menarik Caroline lalu mencium bibir wanita itu secara tiba - tiba.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status