Share

Bab 9 Surat Perjanjian

Author: Lisandi Noera
last update Last Updated: 2023-06-15 13:59:32

"Di- dia..." Caroline terbata.

"Dia adalah Ariana Bellwood," ucap William.

"Siapa dia Yang Mulia? Dia sangat mirip dengan saya."

"Bukan mirip, tapi sama persis. Dia adalah kekasihku, calon istriku yang seharusnya menjadi puteri kerajaan dua bulan lagi. Tapi seseorang mencoba mencelakainya hingga dia koma seperti sekarang."

Caroline masih terdiam menunggu penjelasan lebih lanjut.

"Keadaannya yang koma telah aku rahasiakan dari semua orang. Mereka semua berpikir Ariana sedang membantuku menjalankan tugas negara ke New York. Siapa pun yang berusaha membunuhnya pasti sedang mengira bahwa usahanya gagal total. Dia mungkin sedang merencanakan cara lain untuk mencelakai Ariana setelah Ariana kembali."

"Berminggu - minggu aku berusaha membuat dia sadar. Aku mendatangkan alat - alat canggih hingga dokter dari luar negeri, tapi semuanya gagal. Lalu, satu bulan yang lalu, aku menerima laporan dari salah satu orangku bahwa ada seorang wanita yang wajahnya sama persis dengan wajah Ariana. Itu adalah kau, Nona Walter."

Caroline menatap Sang Pangeran lalu bertanya, "Lantas, apa yang Anda ingin saya lakukan?"

"Jika kau menerima tawaranku semalam, kau harus menggantikan Ariana sebagai pengantinku dua bulan lagi dan berperanlah menjadi Ariana selama dia belum sadar. Lalu, bantu aku dan timku menyelidiki siapa seseorang yang hendak mencelakainya. Hingga detik ini, timku masih belum menemukan orangnya. Dia pasti sangat cerdik dan juga berasal dari kalangan bangsawan. Jika tidak, akan sulit baginya mengecoh timku selama ini."

"Maksud Yang Mulia, sa- saya harus berpura - pura menjadi Ariana Bellwood?"

"Benar. Segala kebutuhanmu akan aku urus. Uang, keluarga, dan juga yang lainnya. Kau juga harus mengikuti pelajaran tentang kehidupan Ariana, mengenal orang - orang yang dia kenal dan bertingkah laku sebagaimana dia agar orang - orang tidak curiga."

"Tapi Yang Mulia, sekalipun wajah kami sama, namun Nona Ariana memiliki kulit yang indah dan cantik, sementara saya..." Caroline meletakkan tangannya pada bekas luka bakar di pipi kanannya. "Saya memiliki luka bakar jelek ini dan tangan saya kasar karena terbiasa kerja keras."

"Aku sudah memikirkannya. Kau juga akan menjalani perawatan kecantikan selama dua bulan ke depan. Aku telah berkonsultasi dengan dokter kecantikan kepercayaanku, dan dia mengatakan bahwa luka bakarmu bisa dihilangkan tanpa sisa."

"Lalu bagaimana dengan keluarga, teman dan semua orang yang mengenal saya sebagai Caroline Walter? Mereka semua tahu saya bukan Ariana Bellwood."

"Itu juga sudah aku pikirkan. Pokoknya, kau tinggal mengikuti skenario yang kubuat. Dan tentu saja, jika kau setuju, kita bisa sekaligus memberi pelajaran pada Antonie Sebastian, adik, ibu dan paman bibimu," William mengedipkan matanya dengan usil saat dia mengatakan kalimat terakhirnya.

Caroline tertunduk. Dia pikir William Harrington telah membuat penawaran yang sangat menggiurkan. Memangnya siapa yang tidak menginginkan 12 juta dolar pertahun, perawatan kecantikan, hidup mewah sebagai puteri kerajaan, dan balas dendam kepada orang - orang jahat?

Caroline menginginkannya. Dia ingin hidup sebagai Ariana Bellwood dan bukannya Caroline Walter yang menyedihkan.

"Saya akan menerimanya. Saya akan menjalankan misi yang Anda berikan. Apa yang harus saya lakukan pertama kali?"

"Kau yakin? Kau tidak perlu waktu berpikir satu atau dua hari?"

Caroline mengangguk. "Saya yakin Yang Mulia."

"Kau sudah paham resikonya bukan? Kau bisa saja celaka karena ada orang yang ingin mencelakai Ariana."

"Bukankah Yang Mulia akan melindungi saya?"

"Tentu saja."

"Kalau begitu saya siap."

William mengangguk dan tersenyum puas. Hatinya bergelora.

"Baiklah. Ayo kita ke ruanganku untuk membicarakan soal kontrak," William berjalan mendahului Caroline menuju ruangannya.

Caroline mengikuti William dengan jantung berdebar. Setelah ini, dia akan jadi kaya raya, pikirnya.

"Duduklah Nona Walter," William menunjuk sebuah sofa empuk lalu dia sendiri duduk di hadapan Caroline. "Ingatlah Nona Walter, setelah kau menandatangani kontrak, kau tidak akan bisa mundur. Jangan mengeluh dan jangan berkhiatan. Aku paling benci orang yang suka mengeluh dan pengkhianat."

Caroline mengangguk. "Akan saya ingat baik - baik Yang Mulia."

"Bagus. Kalau begitu, bacalah kontrak ini dulu. Sebagian besar pasalnya adalah aturan standart seperti menjaga nama baik kerajaan, menjaga rahasia, tidak melakukan tindakan kriminal dan lain - lain. Tapi, ada hal - hal khusus yang harus kau beri perhatian lebih," tambah Sang Pangeran.

"Apa itu Yang Mulia?"

"Pertama, kau tidak bisa berhenti berpura - pura menjadi Ariana sebelum Ariana sadar. Kedua, selama berpura - pura menjadi Ariana, kau harus selalu siap menerima tugas penyelidikan dariku. Ketiga, jika Ariana sadar, entah misimu telah selesai atau belum, kau harus pergi dari negara ini dan jangan pernah kembali. Dan yang keempat adalah yang terpenting," William mencondongkan tubuhnya ke Caroline dan menatap gadis itu dengan serius.

"Yang keempat, jangan pernah jatuh cinta padaku."

Caroline tersenyum. Sebenarnya dia ingin tertawa karena William terlalu percaya diri, tapi dia tahan mati - matian agar tidak menyinggung William. Bagaimanapun tidak baik menertawakan seorang pangeran, pikirnya.

Caroline hanya mengangguk lalu melanjutkan membaca kontraknya.

"Saya sudah membaca semuanya dan saya setuju untuk menjalankan kontrak ini Yang Mulia. Saya akan menandatanganinya," Caroline meraih bolpoin yang sudah tersedia di meja dan menandatangani kontrak perjanjiannya.

William tersenyum puas.

"Bagus. Satu juta dolar pertamamu akan segera aku transfer. Sekarang, mari, raihlah tanganku," William berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Caroline.

Caroline sedikit bingung dan canggung. Tapi karena William memintanya untuk meraih tangannya, maka dia menyambut uluran tangan William.

Namun, saat tangan mereka tertaut, William menarik Caroline lalu mencium bibir wanita itu secara tiba - tiba.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pura-pura sang Putra Mahkota   Bab 34 Malam Pertama

    Caroline terus mendesah. Mengeluarkan suara seksi yang membuat gairah William semakin memuncak. Dia memiliki keinginan yang besar untuk menghentikan aktifitas ini secepatnya agar mereka tidak semakin jauh. Namun sentuhan William seolah menjadi candu yang baru bagi Caroline. "Aku... tidak bisa..." ucap Caroline yang tentu saja berkebalikan dengan isi hatinya. Kini, William telah melepaskan celana dalam Victoria Secret yang dia kenakan dan mulai memainkan jari - jarinya di antara kedua paha Caroline. "Ini sangat basah, ternyata kau juga menginginkannya Caroline," ucap William lirih. Kalimat - kalimat erotis yang keluar dari bisikan William membuat Caroline semakin sulit untuk menguasai dirinya. "Hentikan William, kita tidak boleh begini... kita tidak bisa aakh..." ucapan Caroline terputus dengan lenguhan nikmatnya karena William tiba - tiba melesakkan miliknya di bawah sana. "Akh... William, apa yang kau lakukan? Itu... sakit..." Caroline merintih. William sedikit terkejut karena

  • Istri Pura-pura sang Putra Mahkota   Bab 33 Hilangnya Barang Bukti

    "Eeengh...," Caroline merintih saat dirinya berusaha keras untuk tersadar dari koma. "Kau sudah bangun?" William segera menekan tombol perawat saat melihat tanda - tanda kesadaran pada Caroline. Segera, dokter kerajaan masuk bersama beberapa orang perawat. Mereka melakukan beberapa pemeriksaan pada Caroline. Suara para tenaga kesehatan dan juga gumaman William terdengar samar - samar di telinga Caroline. Pergerakan mereka juga tidak lebih dari sekedar bayangan yang saling bekelebat. Caroline masih belum punya tenaga untuk tersadar sepenuhnya. Matanya masih berat dan badannya masih sulit digerakkan. Dalam waktu singkat, dia kembali pingsan. *****Caroline terbangun lagi di ruangan yang berbeda dari sebelumnya. Tidak seperti percobaan pertama, tubuhnya kali ini terasa lebih ringan walaupun masih susah digerakkan. "Caroline, kau sudah sadar? Apa kau bisa mendengarku?" tanya William. "Ya, aku bisa mendengarmu," jawab C

  • Istri Pura-pura sang Putra Mahkota   Bab 32 Perpisahan

    Jantung Caroline berdetak kencang menunggu bukti apa gerangan yang akan Daniel berikan. "Aku punya banyak foto dan video kebersamaan kita. Kau bisa menilai sedekat apa kita. Kau juga bisa melihat tanggal foto dan video ini diambil. Kau akan tahu bahwa kita masih bersama saat kau sudah menjadi tunangan William," Daniel menyerahkan ponselnya yang telah membuka sebuah folder kepada Caroline. Caroline dibuat terperangah oleh foto - foto dan video itu. Siapapun yang melihat gambar - gambar ini tidak akan percaya bahwa Daniel dan Ariana hanya teman biasa. "Ki- kita terlihat sangat akrab," komentar Caroline."Akrab? Menurutmu hanya akrab?" Daniel mengulas senyum miringnya. "Bagaimana dengan video yang ini?" Daniel menunjukkan satu video lagi. Hanya saja, video kali ini tidak dia simpan di folder yang sama dengan video sebelumnya, melainkan tersimpan di folder privat yang memerlukan kata sandi saat membukanya. Caroline memutar video itu dan jantungnya serasa nyaris melompat dari dadanya.

  • Istri Pura-pura sang Putra Mahkota   Bab 31 Pertemuan Rahasia

    "Ya. Aku memang menemui mereka beberapa hari yang lalu," Caroline menunduk. Tidak ada gunanya mengelak, semua bukti sudah sangat jelas. "Lantas, kenapa kau tidak melapor padaku? Sebenarnya apa yang kalian bicarakan?" William tidak akan berhenti mencerca Caroline sampai dia mendapatkan jawaban sejelas yang dia mau. "Banyak hal. Kau ingin tahu?" "Ya! Semuanya, ceritakan padaku!" "Baiklah," Caroline mendudukkan dirinya di sofa sebelum dia mulai bicara. William juga duduk di sofa lain yang berada di hadapan Caroline. Jika perbincangan ini akan panjang, dia sudah siap. "Katakanlah!" "Pertama kami membicarakan mengenai hubungan Ariana dan Daniel," Caroline mulai bercerita. Belum apa - apa, William sudah mendengus. "Memangnya apa hubungan mereka? Mereka hanya teman saat kuliah. Kurasa Daniel terobsesi pada Ana." "Jadi, kau mau mendengarku atau tidak? Jika kau hanya ingin mengoceh sendiri maka lupakan saja! Aku tidak akan memberitahumu apapun.""Oke oke baiklah. Teruskan! Aku akan di

  • Istri Pura-pura sang Putra Mahkota   Bab 30 Persidangan

    "Caroline! Ada apa!?" William segera berlari dan mengetuk pintu kamar mandi. "Aw! Sakit!" rintih Caroline dari dalam kamar mandi. "Caroline, apa yang terjadi?" Tidak ada jawaban dari Caroline selain suara rintih kesakitannya yang terdengar. William mulai panik. Dia tidak ingin mengambil resiko. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Caroline, maka semua rencananya akan gagal. Maka, dengan sigap, William mendobrak pintu kamar mandi hingga terbuka dengan paksa. "Ah! Apa yang kau lakukan?" Caroline yang terduduk di lantai dalam keadaan tanpa busana dengan panik meraih handuk untuk menutupi tubuhnya. William segera membalikkan badannya secara otomatis. Sejujurnya, ruang kamar mandi pun masih gelap karena lampu belum menyala. William pun tidak melihat apa pun. "Dasar cabul! Kenapa kau menerobos ke kamar mandi saat seorang perempuan sedang mandi?" rutuk Caroline. "Diamlah! Segera pakai handukmu!" "Sudah. Aw!" Caroline berteriak kesakitan lagi saat dia mencoba untuk berdiri. William

  • Istri Pura-pura sang Putra Mahkota   Bab 29 Malam Pertama

    'Apa yang kau rasakan?' Caroline ingat saat ciuman pertamanya dengan William dulu, itulah kalimat yang lelaki itu tanyakan. Dulu, tujuannya adalah untuk menguji Caroline. Namun kalimat itu tanpa sengaja terngiang kembali di dalam kepala Caroline, seolah William benar - benar sedang menanyakannya. "Aku tidak merasa biasa saja," gumam Caroline dengan sangat lirih begitu dirinya dan William berhenti berciuman. William tentu saja tidak mendengar gumaman Caroline. Terlebih, tepuk tangan para tamu terdengar amat riuh. Mata Caroline tertunduk. Dia merasa sangat sial, bisa - bisanya jantungnya berdebar kencang saat William mendaratkan bibirnya. Berlainan dengan ekspresi Caroline, semua orang terlihat senang. Bahkan William pun terlihat senang. Lelaki itu benar - benar pandai berakting. Setelah upacara pemberkatan, Caroline menjalani pengukuhan sebagai putri kerajaan. Upacara pengukuhan itu lebih lama, kaku dan melelahkan daripada upacara pemberkatan pernikahannya. Bahkan setelah sele

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status