Share

Jangan Dekat

Penulis: Dedew Eirysta
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-02 23:15:52

Setelah pertengkaran antara Lunar dan Mia yang diciduk oleh atasan mereka. Kini keduanya sudah kembali pada pekerjaan masing-masing. Lunar juga bekerja, tetapi di dalam ruangan Bumi sambil duduk bersisian dengan lelaki yang memaksanya untuk di sana.

"Em, Tuan. Bolehkah saya kembali ke tempat kerja saya? Di sini, saya kurang fokus," ujar Lunar dengan suara pelan.

Bagaimana bisa fokus kalau setiap dia mengerjakan pekerjaannya, sang atasan dengan nakal merangkul pinggangnya seraya dielus dengan pelan. Jelas saja Lunar merasa kegelian. Mau protes, dia takut jika lelaki itu marah padanya.

"Tanggung! Sebentar lagi jam pulang. Jadi, kamu di sini saja!" sahut Bumi tanpa menoleh pada lawan bicaranya.

Perempuan itu hanya bisa pasrah, apalagi sebelah tangan lelaki itu masih saja mengelus pinggangnya. Lunar mencoba abai hingga jam pulang kantor. Toh, tidak ada yang bisa dia lakukan selain membiarkannya saja.

"Kenapa tadi kamu tidak mengatakan bahwa karyawan tadi mengatai kamu pelakor?" tanya Bumi yang kini melihat perempuan di sampingnya.

Lunar menghentikan gerak jemarinnya di atas keyboard, lalu melihat ke samping. Tatapannya beradu dengan Bumi yang memiliki tatapan setajam elang.

"Jawab, Lunar? Aku tidak bisa membaca pikiran atau batinmu!" desak Bumi semakin mendekatkan tubuh Lunar padanya, bahkan membuat perempuan itu duduk di pangkuannya.

Sontak saja mata Lunar melotot hendak turun, tetapi Bumi dengan erat memegang pinggangnya. Lelaki itu terlihat begitu senang dengan posisi seperti itu.

"Tu-tuan, nanti ada yang masuk," seru Lunar dengan bulir keringat di dahinya.

Jika Bumi melakukan hal itu di apartemen, mungkin tidak masalah. Jika di kantor, jujur dia suka deg-degan jika nanti ada yang tiba-tiba masuk. Mungkin saja nanti malah istri lelaki itu yang masuk ke sana.

"Tidak akan ada yang masuk ke sini, Lunar. So? Kenapa kamu melakukan hal itu? Dengan kamu mengatakan semuanya, aku bisa membuat wanita bernama Mia pergi dari perusahaan ini!" bisik Bumi pada Lunar yang duduk di pangkuannya dengan menyamping.

Rasa geli membuat Lunar mengernyitkan sebelah bahunya. Hanya sekejap, lalu Bumi memegang dagunya agar mereka saling bertatapan.

"Katakan atau aku akan mencicipi bibirmu yang menggoda ini," kata Bumi yang mengusap bibir Lunar dengan begitu sensual.

"Ka-karena jika dia dipecat, artinya apa yang dia katakan pasti dibenarkan oleh semua karyawan. Saya tidak mau hal itu terjadi, Tuan," sahut Lunar menatap mata tajam di depannya.

"Baiklah! Namun, jika dia sangat keterlaluan, maka jangan salahkan jika nanti dia bukan hanya di pecat dari sini!"

"M-maksudnya?" tanya Lunar dengan dahi mengerut serta jantung yang berdebar, tanda perasaannya tidak nyaman dengan ucapan Bumi.

Senyum miring di tunjukkan oleh lelaki itu seraya melepaskan pegangan pada dagu Lunar. "Kamu tidak perlu tahu. Bukankah sudah aku bilang bahwa apa pun yang terjadi nanti, biar aku yang akan mengurusnya. Kamu cukup diam dengan tenang!"

Tenang? Jika nanti ada hal buruk yang terjadi serta berkaitan dengannya, bagaimana mungkin Lunar bisa tenang seraya diam saja. Sungguh, Bumi adalah lelaki yang cukup mengerikan. Sialnya, Bumi akan menjadi suaminya dalam beberapa minggu ke depan. Semua tidak dapat terelakkan.

"Tetapi ... dia tahu apa yang terjadi dengan saya. Apa mungkin jika dia memata-matai saya?" seru Lunar yang masih bingung dengan perihal Mia yang tahu tentang perceraiannya.

"Mungkin dia adalah teman dari sepupumu? Bisa saja 'kan?" sahut Bumi, hingga membuat Lunar mencoba mengingat apa mungkin jika Mella berteman dengan Mia? Namun, dia tidak pernah melihat mereka bertemu.

"Mungkin saja, tetapi saya tidak pernah melihatnya," ujar Lunar sembari melihat jam di dinding ruangan. "Em, sudah waktunya pulang, Tuan."

Seketika perempuan tersebut berdiri dari pangkuan sang atasan. Perasaan lega hinggap dalam diri Lunar yang bisa bebas dari Bumi.

"S-saya ijin keluar dulu, Tuan," kata Lunar yang membereskan peralatan kerjanya. "S-saya pulang ya, Tuan."

"Hm, pulang dan jangan mampir ke mana pun!" ujar Bumi yang ikut berdiri.

Cup!

Kening Lunar dikecup oleh lelaki itu, membuat si empunya melihat Bumi dengan pandangan yang ... bingung.

"Apakah perlu kecupan di bagian wajah yang lain?" tanpa Bumi yang wajahnya begitu dekat dengan Lunar. Bahkan, seru nafasnya bisa dirasakan oleh perempuan tersebut.

Gelengan dilakukan oleh Lunar. Dia segera melipir pergi dari ruangan itu agar apa yang dikatakan oleh atasannya tidak jadi kenyataan. Bumi bukan orang yang bisa dianggap remeh, setiap ucapannya bisa saja menjadi kenyataan.

*****

Lunar melangkah keluar dari perusahaan tempatnya bekerja. Sedari tadi banyak orang yang melihat padanya, tetapi hal tersebut sudah biasa dia terima sejak menjadi sekretaris dadakan CEO. Ditambah lagi, tadi dia sudah bertengkar dengan Mia di depan banyak orang. Sudah pasti ada yang iseng merekam dan menyebarkannya di grup kantor. Sayangnya, Lunar sudah dikeluarkan dari grup itu sejak naik jabatan.

"Lunar, kamu naik apa? Mau pulang bersama?" tawar seorang pria yang naik sepeda motor.

"Aku sudah pesan taksi online, mungkin lain kali saja. Terima kasih tawarannya, Bima," balas Lunar sambil tersenyum pada pria tersebut.

"Ya sudah, aku temani sampai taksimu datang." Bima turun dari motornya sampai parkir di pinggir jalan.

Lunar melihat pada Bima yang sudah berdiri di sampingnya. "Kamu pulang duluan tidak apa, Bim. Nanti kamu telat sampai di rumah."

Pria itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak apa Lunar, santai saja. Oh ya, soal Mia yang sering membully kamu ... jangan di dengar. Dia iri padamu yang jadi sekretaris Tuan Bumi dan juga ... ."

"Juga apa, Bim?" tanya Lunar dengan penasaran.

"Dia itu di ... ."

Tin ... tin ... tin ...

Sebuah mobil berhenti di depan Lunar dan Bima. Pintu bagian depannya terbuka seraya muncul seorang laki-laki mengenakan seragam khas sopir orang kaya.

"Nona Lunar, Tuan Bumi meminta anda ikut ke tempat meeting," kata sopir itu dengan sopan.

'Meeting? Apa mungkin ... ." Lunar membatin dalam hatinya hingga pintu mobil dibuka.

Perempuan itu melihat ke dalam mobil, di mana ada Bumi yang duduk seraya fokus pada ponselnya. Lunar berpamitan pada Bima seraya masuk ke dalam mobil.

"Tu-tuan Bumi? An-anda ... ."

"Jalan!" Perintah Bumi pada sopirnya, hingga kendaraan roda empat itu melaju dengan cukup pelan.

Tidak ada perbincangan di antara Lunar dan atasannya. Lelaki itu begitu dingin sampai membuatnya memeluk tubuhnya sendiri.

"Siapa tadi?!" tanya Bumi yang membuka suaranya lebih dulu, tetapi pandangannya masih pada ponsel yang dipegang.

Lunar menoleh pada lelaki itu sambil mengerutkan dahi. "Tadi? Yang berdiri bersamaku?"

Seketika Bumi memandang perempuan di sampingnya sambil berkata, "Memangnya yang mana lagi?!"

Lunar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tadi itu Bima, Tuan. Dia dulu teman satu staff dengan saya."

"Begitukah?"

Perempuan itu mengangguk dengan sangat kuat. "Iya, kami hanya sebatas teman kerja saja!"

"Jangan lagi dekat dengannya! Termasuk pria lainnya!"

Mata Lunar melotot sambil berkedip. "Maksudnya?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Sudah Membaik

    Gundukan tanah basah masih ramai pelayat yang datang untuk melihat pemakaman Satria. Begitupun dengan Lunar yang datang bersama keluarga suaminya. Mereka datang sebagai bentuk rasa terima kasih karena Satria sudah memberikan mereka informasi serta secara tidak langsung merenggang nyawa demi menyelamatkan Lunar. "Semua ini pasti rencanamu 'kan Lunar?! Kamu sengaja menyuruh Satria naik mobilmu agar bisa kamu celakai! Kamu licik, Lunar!" sentak Mella yang hendak melayangkan tangannya pada Lunar, akan tetapi dia orang pengawal langsung mencegah bahkan mendorongnya dengan kasar. "Sialan kamu Lunar! Tidak cukup mengambil harta kami, kamu juga mengambil nyawa menantuku! Kamu sengaja melakukannya, iya 'kan?!" ucap Tuan Andre seraya membantu anaknya untuk berdiri tegak. Lunar yang mendengarkannya merasa jegah, bahkan sang suami sudah tampak kesal dengan wajah mengeratnya. Dia tahu, pasti keluarga benalu itu sengaja mengatakan hal tersebut karena banyak orang di sana dengan harapan dapat men

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Meninggal Di Tempat

    Seminggu berlalu setelah konferensi pers yang Bumi lakukan. Hal itu membuat sedikit perubahan, di antaranya adalah pandangan orang tentang Lunar yang tidak lagi negatif, meskipun masih ada yang membela Clara dan menyalahkan perempuan tersebut. Saat ini Lunar sudah berada di pabrik bersama mertuanya. Nyonya Mahendra tidak mau terjadi apa pun pada menantunya, sehingga dia memilih untuk ikut menantunya bekerja sekaligus untuk mengawasi perempuan itu agar tidak lelah bekerja. "Jangan capek-capek, Lunar. Kamu harus istirahat," ujar Mama Bumi pada menantunya yang mengecek berkas dari Anya yang selama ini meng-handle pabrik. "Baru beberapa menit, Ma. Kalau capek aku akan istirahat," sahut Lunar sambil tersenyum. Nyonya Mahendra tidak lagi berkata apa pun dan membiarkan menantunya untuk kembali bekerja dan membahas masalah pabrik.Tok ... Tok ... Tok ... Suara ketukan di depan pintu membuat ketiga wanita yang ada di sana menoleh dan melihat seorang pria paruh baya dengan seragam khas pab

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Merayu Lunar

    Beberapa jam setelah ucapan yang dikatakan oleh Bumi, konferensi pers segera diadakan. Seluruh keluarga Mahendra, termasuk Lunar ada di sana seraya menatap pada wartawan yang berada di pihak mereka. "Tujuanku mengadakan konferensi pers ini adalah untuk memberitahu semua orang bahwa aku sudah menikah dengan perempuan di sampingku dan kami akan segera memiliki anak!" ujar Bumi sebagai pembuka. "Berita yang mengatakan bahwa istriku adalah pelakor, sangat salah besar. Akulah yang memintanya menikah denganku karena memang dialah yang layak untuk menjadi istriku!"Semua yang ada di sana memotret serta merekam perkataan pewaris Mahendra Corp itu. "Maksud anda apa dengan mengatakan bahwa perempuan di samping anda yang layak berada di posisi Nyonya Clara?" tanya seorang wartawan wanita dengan kacamata tebal. Lunar yang bersebelahan dengan suaminya menatap lelaki itu dengan perasaan yang tidak menentu. Namun, Bumi tersenyum seolah semua akan baik-baik saja. "Aku mengatakan hal itu karena ak

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Kerja Sama Dengan Clara

    Lunar tidak menyangka bahwa apa yang dikatakan oleh kepala pelayan ada benarnya bahwa jika tidak ada yang mengaku siapa yang sudah melukainya, maka semua pelayan serta penjaga yang bersamanya akan kena hukuman. "Jadi ... belum ada yang mau mengaku? Ah, kalian lebih suka dipotong gaji rupanya!" ucap Nyonya Mahendra seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Yang melakukannya Suci, Nyonya," jawab kepala pelayan yang tidak mau semua temannya kena imbas hanya karena seorang pelayan yang tidak kompeten. "Benarkah?" seru Langit yang sedari tadi menyaksikan apa yang ibunya lakukan. "Ah, bukannya di dapur ada CCTV, kalau begitu kita lihat saja di sana. Dia sengaja atau tidak mencelakai Kakak Ipar."Sebenarnya Lunar kurang setuju dengan ide Langit karena dia yakin kalau pelayan itu tidak sengaja. Namun, dia tidak bisa melakukan apa pun selain menuruti apa yang hendak keluarga Mahendra lakukan. "Aku punya salinan CCTV di sini!" seru Bumi yang duduk di samping perempuan itu sambil memega

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Terluka

    Tidak terasa sudah seminggu Lunar tinggal di rumah utama bersama suaminya. Tak ada hal cukup mengkhawatirkan, tetapi tetap saja semua yang ada di sana sangat protektif dan posesif padanya. Sama seperti saat ini, di mana Lunar tidak diperbolehkan untuk masak atau membuat kue. Akan tetapi, sang ibu mertua melarangnya seperti biasa. "Ayolah, Ma. Aku mau buat kue brownies keju buat Mas Bumi. Sekali ini saja, oke?" kekeuh Lunar dengan wajah memelasnya. Tidak tega melihat menantunya seperti itu, Nyonya Mahendra terpaksa mengijinkan perempuan itu untuk melakukan apa yang diinginkan. "Terima kasih, Mama," seru Lunar dengan girang seraya memeluk ibu mertuanya. "Asal Mama ada di sana! Kamu tidak boleh di sana sendiri dan cukup mengadonnya saja! Kalau butuh apa-apa, biar pelayan yang ambilkan. Oke nggak oke, harus oke!"Pasrah, itulah yang Lunar lakukan. Yang penting dia sudah diijinkan untuk membuat kue. Dari pada nanti anaknya ileran dan dia yang sebenarnya merasa bosan. Hingga kedua per

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Tahu Kebohongannya

    Setelah pembicaraan dengan papa mertuanya sudah selesai, Bumi, Langit, dan Nyonya Mahendra diperbolehkan masuk kembali ke ruangan itu. Langsung saja Bumi duduk di samping Lunar dan memeriksa keadaan istrinya yang memang tidak kenapa-napa. "Aku tidak apa-apa, Mas. Tadi hanya bicara biasa tentang apa yang harus aku lakukan selama menjadi menantu di sini," sahut Lunar sambil tersenyum pada sang suami. "Ck, kamu akan selamanya menjadi istriku!" balas Bumi dengan penuh keyakinan. "Baguslah kalau begitu! Tapi Mas harus selesaikan masalah dengan Mbak Clara dulu! Aku yakin bahwa dia tidak akan baik- baik saja setelah tahu apa yang terjadi dengan kita! Bisa saja dia akan ... ."Lunar menghentikan kalimatnya karena tidak sanggup membayangkan jika apa yang ada dalam benaknya sungguh-sungguh terjadi. "Kamu takut kalau Clara mencelakai kamu dan anak kita?" seru Bumi seraya memegang sebelah wajah istrinya. Anggukan dilakukan oleh Lunar karena dia sudah tahu betapa terobsesinya wanita itu ingi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status