Chapter: 10Suasana di ruang makan itu langsung memanas. Suara sendok yang beradu dengan piring pun terdengar begitu nyaring di tengah keheningan yang menekan. Qey menunduk, dadanya bergemuruh. Kata-kata "hanya pengganti" itu seperti belati yang menusuk langsung ke ulu hatinya. Dia sudah tahu keluarga Rafael tidak sepenuhnya menerimanya, tetpi mendengar sindiran seterang itu di hadapan semua orang membuat wajahnya terasa panas, nyaris terbakar malu dan kesal sekaligu. Rafael yang duduk di samping Qey langsung mengangkat kepala, rahangnya mengeras. Tangannya yang tadi menggenggam lembut tangan Qey kini berubah menjadi cengkeraman protektif. Matanya yang tajam menatap lurus pada pamannya, penuh amarah yang ditahan dengan susah payah.“Ucapkan itu sekali lagi,” suara Rafael serak, dalam, namun jelas terdengar ancamannya.Pamannya tertawa kecil, nada meremehkan yang membuat suasana makin menegang. “Aku hanya bicara kenyataan, Rafael. Semua orang di sini tahu siapa yang seharusnya duduk di kursi itu
Terakhir Diperbarui: 2025-09-24
Chapter: 9Udara di dalam mobil terasa pekat, seolah semua oksigen tertarik ke satu titik di antara Qey dan Rafael. Lampu jalan melintas seperti sapuan kuas yang mencoret-coret malam. Qey menghela napas, mencoba merangkai kembali kepingan-kepingan peristiwa yang baru saja memecah hidupnya menjadi serpihan tajam. Bisa dia rasakan tangan Rafael yang besar ada di punggungnya, menekan lembut, seolah ingin menenangkannya. “Aku tidak mau menghancurkan mereka,” Qey berbisik, suaranya parau. Matanya menatap kaca jendela, memantulkan siluet wajahnya sendiri yang kini tidak lagi utuh. "Tidak heran mereka berpikiran seperti itu, orang lain pun pasti akan berpikir kalau aku sengaja bantu Gianna pergi dan menggantikan posisinya." Rafael berdecak lalu bibirnya mengerut. Tangan kirinya meremas setir, jari-jari tersembunyi di balik kulitnya yang tebal. Ada sesuatu di mata pria itu yang membuat Qey menoleh, bukan hanya kemarahan, melainkan sesuatu yang sulit Qey terka. “Nyatanya kamu gak pernah berniat se
Terakhir Diperbarui: 2025-09-24
Chapter: 8. Ancaman RafaelSuara tamparan itu menggema di aula besar rumah keluarga Lissandro. Qey terhuyung ke samping, pipinya memerah seketika. Udara seakan membeku. Semua yang ada di rumah itu membelalak tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan istri dari Tuan Lissandro, ibu Gianna, kepada tamunya sendiri yaitu kepada Nyonya De Luca. Rafael sontak meraih bahu istrinya, menahan tubuh Qey agar tidak jatuh. Mata dinginnya menatap tajam ke arah wanita paruh baya yang berdiri dengan dada berdegup penuh emosi. Aura keangkuhan dan kebencian terpancar jelas. “Berani-beraninya kamu masuk ke rumah ini setelah merebut segalanya dari putriku!” suara ibu Gianna bergetar, antara marah, benci, sekaligus getir. Qey menatapnya dengan mata membelalak, terkejut, juga sakit hati. “Aunty, a-aku tidak merebut apa pun,” suaranya pelan, nyaris tercekat. Tangannya refleks menyentuh pipi yang terasa panas akibat tamparan itu. “Kamu pikir aku buta?” teriak ibu Gianna, menunjuk Qey dengan telunjuk gemetar. “Kamu sengaja m
Terakhir Diperbarui: 2025-09-04
Chapter: 07. Orang Tua GiannaAncaman berikutnya datang dalam bentuk yang jauh lebih jelas, beberapa menit setelah Qey dan Rafael keluar dari ruangan sebuah peluru tajam menembus jendela ruang kerja itu. Para pengawal panic dan alarm dibunyikan. Seluruh rumah dikunci secara otomatis. Qey yang syok refleks menjerit, lalu langsung dibawa ke ruangan bawah tanah oleh Rafael. “Ini bukan sekadar ancaman. Ini adalah deklarasi perang,” ucap Rafael kepada salah satu pengawalnya. Dia memanggil Kenji lewat sambungan terenkripsi. Elara juga ikut dalam pembicaraan, menyarankan Rafael untuk memindahkan Qey sementara ke tempat lebih aman. Atau mungkin ke rumah mereka di Jepang, namun Rafael menolak. “Jika mereka ingin menyerangnya, mereka harus melewati aku terlebih dahulu.” Dilihatnya Qey yang masih syok, tetapi tidak menangis. Hanya diam sambil menghembuskan napas dengan pelan. “Semua akan baik-baik saja,” ucap Rafael menenangkan Qey. Perempuan itu menoleh dengan wajah datar. “Bohong! Tidak ada yang baik-baik saja
Terakhir Diperbarui: 2025-08-12
Chapter: 06. Tidak Akan Pernah NormalRafael menatap kosong ke cangkirnya. "Awalnya dendam, tapi sekarang aku ingin menjaganya. Dia satu-satunya yang membuat hidupku lebih berwarna."Bukan hanya setelah menikah, Qey memang membuat hidup Rafael lebih berwarna sejak menengenal Qey kecil yang menggemaskan. Dia yang merupakan anak tunggal selalu dituntut untuk melakukan yang keluarganya inginkan. Hingga akhirnya pindah sekolah dan berteman dengan Dean. Keluarga Dean tidak sekaya keluarganya, namun mereka begitu harmonis dan tidak menuntut banyak hal pada anak-anaknya. Lalu Rafael mengenal Qey yang terus melihat ke arahnya sampai memberikannya sebuah permen sambil tersenyum. Sejak saat itu Rafael selalu datang ke rumah Dean membawa cemilan untuk Qey dan selalu membela anak itu jika bertengkar dengan Dean. Dan seketika semuanya berubah saat Rafael harus pergi.Kenji menyipitkan mata. "Jangan sampai kamu jadikan dia kelemahan. Dunia kita tidak punya tempat untuk kelembutan, De Luca.”"Aku mengerti.”Kenji tertawa singkat. "Kamu
Terakhir Diperbarui: 2025-08-12
Chapter: 05. Dia Belum MenyerahTokyo menyambut Qey dan Rafael dengan kemegahan yang berbeda dari Kyoto. Di sini, gedung pencakar langit berdiri angkuh, lampu-lampu kota menyala bahkan di siang hari, dan keheningan pegunungan berganti dengan hiruk-pikuk metropolitan. Rafael menggandeng tangan Qey erat ketika mereka keluar dari bandara Haneda.Limusin hitam sudah menanti. Sopir membukakan pintu dan Rafael mengajak Qey masuk tanpa sepatah kata pun. Di dalam mobil, Qey memperhatikan wajah Rafael yang kembali tegang. Dia tahu, pertemuan hari ini bukanlah sekadar silaturahmi biasa."Kenji Hayama dia benar-benar membantu mencariku waktu itu?" tanya Qey pelan.Rafael menoleh. "Tanpa dia, kamu mungkin masih tersembunyi di sudut kota dengan identitas palsu. Dia menemukanmu lebih cepat daripada timku. Dia juga memjagamu dari hal-hal yang mungkin terjadi, dan … .” Tatapannya begitu intens. “Aku membayar mahal untuk semua itu!”“Cih, bukan aku yang menyuruhmu untuk mencariku!” balas Qey dengan nada mencibir. “Memangnya apa yang
Terakhir Diperbarui: 2025-08-12
Chapter: Bab 32Kiara menatap kedua laki-laki berbeda usia di depannya. Saat ini dia berada di kedai bubur dekat taman bersama kedua laki-laki yang asik menikmati sarapan. "Kenapa Mas Arya bisa jogging di sini? Bukannya taman ini jauh dari rumah, Mas?" tanya Kiara yang tadinya mau bicara berdua dengan Arya, namun keberadaan adik pria itu -Kenny- membuat dia mengurungkannya. "Aku hanya menemani Kenny yang katanya mau jogging di sini!" sahut Arya yang sudah menghabiskan makanannya. Dengusan dikeluarkan oleh pemuda di samping Arya. "Ish, Kakak yang ajak aku ke sini! Dan namaku Kenan, bukan Kenny!"Kiara menatap curiga pada Arya. Bukannya merasa ge-er, melihat dan tahu sikap Arya yang seperti ingin mendekatinya, membuat Kiara curiga kalau pria itu memang sengaja ingin bertemu dengannya."Jangan dengarkan dia!" kata Arya meraup muka Kenan sampai terlihat kesal. "Aku mau cari sensasi baru, makanya jogging di sini."Tetap saja Kiara tidak mudah percaya pada pria tersebut. Pandangannya kembali pada Kenan
Terakhir Diperbarui: 2024-06-13
Chapter: Bab 31Kiara merasa asing dengan sikap suaminya, di lain sisi dia merasa hangat dengan sikap Andra. Mereka saling menatap begitu dalam, hingga Andra memajukan wajahnya untuk menyatukan bibir mereka. Lumayan dilakukan oleh Andra seraya memegang tengkuk istrinya untuk memperdalam penyatuan bibir mereka. Perlahan, dia membawa sang istri ke ranjang lalu merebahkannya dengan pelan tanpa melepas penyatuan bibir mereka. Detik demi detik berlalu, Andra mulai melepaskan tautan bibir mereka. Namun, dia masih berada di atas tubuh Kiara sambil melihat bibir bengkak karena ulahnya. "Kamu menyukainya, Ara?" tanya Andra mendapat anggukan pelan dan istrinya. "Bagus, kalau begitu ... bisa kita ke tahap selanjutnya?"Melihat respon istrinya yang pasrah, Andra kembali menyatukan bibir mereka dengan tangan yang mulai bergerilya membuka satu per satu pakaian Kiara. Kini perempuan di bawahnya sudah tidak mengenakan sehelai benang pun. Lalu Andra berdiri dan sedikit menjauh. Kiara merasa sedikit malu dengan pen
Terakhir Diperbarui: 2024-05-29
Chapter: Bab 30Kiara pikir Tere akan meminta sesuatu yang normal untuk orang sakit, seperti makanan tertentu atau lainnya. Namun sang teman malah menginginkan hal yang tidak pernah dia duga. "Ayolah, Ra. Aku mau kamu menemani Bang Andra di rumah. Nanti biar Niken yang menemaniku di sini," bujuk Tere dengan wajah memohon. Kiara mendesah panjang. "Kalau aku menginap di rumahmu, Kak Fira bisa curiga, Re. Aku tidak mau membohonginya terus menerus," balas Kiara dengan jujur. "Kamu 'kan bisa pergi diam-diam seperti biasanya," sahut Tere terus membujuk Kiaranya dengan memegang tangannya. "Aku hanya ingin menebus waktu berdua kalian yang habis karenaku."Sudah berulang kali Kiara bilang kalau Tere tidak perlu merasa bersalah. Dia tidak masalah kalau waktunya dan Andra berkurang. Tetapi wanita di depannya kekeuh ingin Kiara berduaan dengan Andra. Padahal, belum tentu lelaki itu setuju dengan keputusannya. Dan meski Kiara biasa pergi ke rumah Tere sembunyi-sembunyi untuk menjalankan tugasnya sebagai istri
Terakhir Diperbarui: 2024-05-25
Chapter: Bab 29Keadaan Tere masih belum membaik, Kiara menggantikan Andra untuk menjaga Tere. Meski dia masih penasaran dengan ucapan Andra sebelum dia datang bersama Niken ke ruang perawatan. Ya, Kiara mendengar semua percakapan Tere dan Andra, namun Niken segera masuk tanpa memberitahunya, sehingga ucapan Andra menggantung begitu saja. Sekarang di ruang rawat itu, hanya ada Kiara dan Tere yang duduk di atas ranjangnya. Sedangkan Niken ikut dengan Andra pulang ke rumah untuk istirahat. "Ra, maaf ya, karena aku sakit jadinya Bang Andra meninggalkan kamu," ucap Tere dengan raut merasa bersalah. "Aku harap kamu tidak marah."Kiara tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Aku tidak marah kok, Re. Siapa lagi kalau bukan Mas Andra yang jaga kamu di sini?! Lagian, acaranya sudah selesai, jadi tidak masalah kalau Mas Andra mau pulang.""Padahal aku sangat ingin kalian menikmati waktu berdua," ucap Tere dengan sedikit nada kecewa. Kekehan dikeluarkan oleh Kiara. Kalaupun Andra tidak pulang, tentu saja mer
Terakhir Diperbarui: 2024-05-21
Chapter: Bab 28Setelah mendapat telepon dari Andra, Niken membawa Kiara pulang lalu bergegas ke Jakarta bersama sopir yang sudah Andra sediakan. Selama perjalanan Kiara terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi, apalagi Niken belum memberitahu dirinya. "Nin, apa yang terjadi? Mas Andra tidak apa 'kan?" tanya Kiara untuk kedua kalinya setelah sebelumnya tidak mendapat jawaban ataupun menjelasan. Niken yang duduk bersihkan dengan Kiara menoleh sambil menghembuskan napasnya. "Kak Andra tidak apa-apa.""Terus apa yang terjadi? Kenapa kamu terlihat khawatir dan segera mengajak balik ke Jakarta?" cecar Kiara masih membutuhkan penjelasan yang lebih lengkap. "Sebenarnya Kak Andra pulang duluan karena Kak Tere masuk ke rumah sakit!"Mata Kiara melotot sekaligus menunjukkan raut khawatir. "Tere ... masuk ke rumah sakit?"Anggukan diberikan oleh Niken. Tadinya Kiara pikir kalau Andra pulang lebih dulu karena sengaja ingin meninggalkannya. Mendengar alasan yang sebenarnya, Kiara justru sangat khawatir denga
Terakhir Diperbarui: 2024-05-20
Chapter: Bab 27Niat hati ingin menikmati suasana Bandung walaupun cuma beberapa jam, Kiara malah terjebak dengan Niken yang mengajaknya keluar. Apalagi suaminya pergi sejak pagi tanpa memberitahunya. Bahkan tidak ada panggilan ataupun pesan, sehingga Kiara merasa kalau Andra memang belum menganggapnya. Sehingga hanya ada Niken di apartemen yang kemudian mengajak Kiara untuk pergi.Sebenarnya Kiara sedikit merasa was-was untuk pergi dengan Niken. Namun, dia akan bosan kalau hanya berasa di apartemen sambil menunggu Andra yang entah pergi ke mana, atau mungkin sudah meninggalkannya. "Kak Kiara tenang saja, Kak Andra tidak mungkin meninggalkan Kakak di sini," ucap Niken yang sedang menyetir mobil. "Kalaupun ditinggal, Kakak bisa pulang sendiri atau nanti aku antarkan. Kebetulan aku mau ketemu sama Kak Tere."Kiara menoleh pada Niken yang ada di sebelahnya. "Hm, mungkin setelah ini aku akan pulang sendiri saja.""Ya sudah, kalau begitu kita belanja, jalan, makan, lalu pulang ke Jakarta. Oh ya, boleh ak
Terakhir Diperbarui: 2024-05-19
Chapter: Sudah MembaikGundukan tanah basah masih ramai pelayat yang datang untuk melihat pemakaman Satria. Begitupun dengan Lunar yang datang bersama keluarga suaminya. Mereka datang sebagai bentuk rasa terima kasih karena Satria sudah memberikan mereka informasi serta secara tidak langsung merenggang nyawa demi menyelamatkan Lunar. "Semua ini pasti rencanamu 'kan Lunar?! Kamu sengaja menyuruh Satria naik mobilmu agar bisa kamu celakai! Kamu licik, Lunar!" sentak Mella yang hendak melayangkan tangannya pada Lunar, akan tetapi dia orang pengawal langsung mencegah bahkan mendorongnya dengan kasar. "Sialan kamu Lunar! Tidak cukup mengambil harta kami, kamu juga mengambil nyawa menantuku! Kamu sengaja melakukannya, iya 'kan?!" ucap Tuan Andre seraya membantu anaknya untuk berdiri tegak. Lunar yang mendengarkannya merasa jegah, bahkan sang suami sudah tampak kesal dengan wajah mengeratnya. Dia tahu, pasti keluarga benalu itu sengaja mengatakan hal tersebut karena banyak orang di sana dengan harapan dapat men
Terakhir Diperbarui: 2023-02-13
Chapter: Meninggal Di TempatSeminggu berlalu setelah konferensi pers yang Bumi lakukan. Hal itu membuat sedikit perubahan, di antaranya adalah pandangan orang tentang Lunar yang tidak lagi negatif, meskipun masih ada yang membela Clara dan menyalahkan perempuan tersebut. Saat ini Lunar sudah berada di pabrik bersama mertuanya. Nyonya Mahendra tidak mau terjadi apa pun pada menantunya, sehingga dia memilih untuk ikut menantunya bekerja sekaligus untuk mengawasi perempuan itu agar tidak lelah bekerja. "Jangan capek-capek, Lunar. Kamu harus istirahat," ujar Mama Bumi pada menantunya yang mengecek berkas dari Anya yang selama ini meng-handle pabrik. "Baru beberapa menit, Ma. Kalau capek aku akan istirahat," sahut Lunar sambil tersenyum. Nyonya Mahendra tidak lagi berkata apa pun dan membiarkan menantunya untuk kembali bekerja dan membahas masalah pabrik.Tok ... Tok ... Tok ... Suara ketukan di depan pintu membuat ketiga wanita yang ada di sana menoleh dan melihat seorang pria paruh baya dengan seragam khas pab
Terakhir Diperbarui: 2023-02-12
Chapter: Merayu LunarBeberapa jam setelah ucapan yang dikatakan oleh Bumi, konferensi pers segera diadakan. Seluruh keluarga Mahendra, termasuk Lunar ada di sana seraya menatap pada wartawan yang berada di pihak mereka. "Tujuanku mengadakan konferensi pers ini adalah untuk memberitahu semua orang bahwa aku sudah menikah dengan perempuan di sampingku dan kami akan segera memiliki anak!" ujar Bumi sebagai pembuka. "Berita yang mengatakan bahwa istriku adalah pelakor, sangat salah besar. Akulah yang memintanya menikah denganku karena memang dialah yang layak untuk menjadi istriku!"Semua yang ada di sana memotret serta merekam perkataan pewaris Mahendra Corp itu. "Maksud anda apa dengan mengatakan bahwa perempuan di samping anda yang layak berada di posisi Nyonya Clara?" tanya seorang wartawan wanita dengan kacamata tebal. Lunar yang bersebelahan dengan suaminya menatap lelaki itu dengan perasaan yang tidak menentu. Namun, Bumi tersenyum seolah semua akan baik-baik saja. "Aku mengatakan hal itu karena ak
Terakhir Diperbarui: 2023-02-11
Chapter: Kerja Sama Dengan ClaraLunar tidak menyangka bahwa apa yang dikatakan oleh kepala pelayan ada benarnya bahwa jika tidak ada yang mengaku siapa yang sudah melukainya, maka semua pelayan serta penjaga yang bersamanya akan kena hukuman. "Jadi ... belum ada yang mau mengaku? Ah, kalian lebih suka dipotong gaji rupanya!" ucap Nyonya Mahendra seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Yang melakukannya Suci, Nyonya," jawab kepala pelayan yang tidak mau semua temannya kena imbas hanya karena seorang pelayan yang tidak kompeten. "Benarkah?" seru Langit yang sedari tadi menyaksikan apa yang ibunya lakukan. "Ah, bukannya di dapur ada CCTV, kalau begitu kita lihat saja di sana. Dia sengaja atau tidak mencelakai Kakak Ipar."Sebenarnya Lunar kurang setuju dengan ide Langit karena dia yakin kalau pelayan itu tidak sengaja. Namun, dia tidak bisa melakukan apa pun selain menuruti apa yang hendak keluarga Mahendra lakukan. "Aku punya salinan CCTV di sini!" seru Bumi yang duduk di samping perempuan itu sambil memega
Terakhir Diperbarui: 2023-02-10
Chapter: TerlukaTidak terasa sudah seminggu Lunar tinggal di rumah utama bersama suaminya. Tak ada hal cukup mengkhawatirkan, tetapi tetap saja semua yang ada di sana sangat protektif dan posesif padanya. Sama seperti saat ini, di mana Lunar tidak diperbolehkan untuk masak atau membuat kue. Akan tetapi, sang ibu mertua melarangnya seperti biasa. "Ayolah, Ma. Aku mau buat kue brownies keju buat Mas Bumi. Sekali ini saja, oke?" kekeuh Lunar dengan wajah memelasnya. Tidak tega melihat menantunya seperti itu, Nyonya Mahendra terpaksa mengijinkan perempuan itu untuk melakukan apa yang diinginkan. "Terima kasih, Mama," seru Lunar dengan girang seraya memeluk ibu mertuanya. "Asal Mama ada di sana! Kamu tidak boleh di sana sendiri dan cukup mengadonnya saja! Kalau butuh apa-apa, biar pelayan yang ambilkan. Oke nggak oke, harus oke!"Pasrah, itulah yang Lunar lakukan. Yang penting dia sudah diijinkan untuk membuat kue. Dari pada nanti anaknya ileran dan dia yang sebenarnya merasa bosan. Hingga kedua per
Terakhir Diperbarui: 2023-02-09
Chapter: Tahu KebohongannyaSetelah pembicaraan dengan papa mertuanya sudah selesai, Bumi, Langit, dan Nyonya Mahendra diperbolehkan masuk kembali ke ruangan itu. Langsung saja Bumi duduk di samping Lunar dan memeriksa keadaan istrinya yang memang tidak kenapa-napa. "Aku tidak apa-apa, Mas. Tadi hanya bicara biasa tentang apa yang harus aku lakukan selama menjadi menantu di sini," sahut Lunar sambil tersenyum pada sang suami. "Ck, kamu akan selamanya menjadi istriku!" balas Bumi dengan penuh keyakinan. "Baguslah kalau begitu! Tapi Mas harus selesaikan masalah dengan Mbak Clara dulu! Aku yakin bahwa dia tidak akan baik- baik saja setelah tahu apa yang terjadi dengan kita! Bisa saja dia akan ... ."Lunar menghentikan kalimatnya karena tidak sanggup membayangkan jika apa yang ada dalam benaknya sungguh-sungguh terjadi. "Kamu takut kalau Clara mencelakai kamu dan anak kita?" seru Bumi seraya memegang sebelah wajah istrinya. Anggukan dilakukan oleh Lunar karena dia sudah tahu betapa terobsesinya wanita itu ingi
Terakhir Diperbarui: 2023-02-08