Bab2 Aku Istri Kedua
"Itu Papa Bu Guru, ganteng kan Papa Tasya," ujar bocah itu dengan mata berbinar bahagia.
Papa, Tasya memanggil Mas Farel dengan sebutan Papa, apa itu artinya Tasya?Ya Tuhan ..., Kenyataan apa ini? Aku merasakan dunia seperti berhenti seketika, rasanya tubuhku lemas mendengar jawaban polos bocah ini. Kucoba mengatur perasaan dan gejolak dihati ini, aku harus tenang, bisa saja ini hanya kebetulan dan lelaki yang disebut Papa oleh Tasya itu bukan Mas Farel suamiku."Ganteng, nama Papa Tasya siapa?" "Papa Farel." Rasanya seperti dadaku dihantam dengan ribuan ton batu hingga aku tak bisa bernapas. Ya Tuhan kalau Tasya anak Mas Farel lalu artinya Mbak Riana adalah istrinya Mas Farel, kenyataan apa ini Ya Allah? Kukuatkan diri ini dan berusaha mengulum senyum."Mbak Riana, sudah lama menikah?" "Sudah tujuh tahun tapi sudah tiga tahun ini kita LDR, suami kerja diluar kota dan dengan keadaan saya yang seperti ini saya tak mungkin ikut suami saya." Kalau Mbak Riana sudah menikah selama tujuh tahun, itu artinya aku adalah istri kedua aku selingkuhan Mas Farel. Ya Tuhan, lalu apa alasan Mas Farel menikah lagi? Apa karena Mbak Riana sakit jadi Mas Farel memutuskan menikah lagi agar kebutuhan batinya terpenuhi. Kalau itu benar artinya Mas Farel adalah manusia kejam, Dia hanya memikirkan selakangannya saja.Dan aku, kejamnya aku, di saat istri pertama suamiku sedang berjuang untuk hidup, aku justru berbahagia dengan suaminya, melalui malam-malam yang panjang dengan lelaki yang harusnya mendukung dan merawatnya.Hatiku sungguh hancur saat ini, aku merasa menjadi wanita yang hina telah menjadi perebut lelaki orang. Apa bedanya aku sama pelakor sekarang ini? Tunggu kamu Mas, kalau benar apa yang dikatakan Mbak Riana maka kau akan tahu akibatnya! Aku bukan wanita lemah seperti yang kamu duga!Aku takkan biarkan kamu berlama-lama mempermainkan kami, manusia macam apa kamu yang tega menelantarkan istri yang tak berdaya demi wanita lain.Huek, huek"Mama."Tasya segera menarik sebuah ember untuk didekatkan ke Mamanya saat wanita itu ingin muntah. Walaupun aku sebenarnya masih ingin bertanya banyak pada Mbak Riana tentang Mas Farel, untuk memastikan benarkah Farel yang ada di foto itu adalah suamiku atau mungkin hanya kebetulan mirip, tapi melihat keadaan Mbak Riana saat ini rasanya tak memungkin bagiku untuk bertanya pada Mbak Riana.
Untunglah Orang tua Mbak Riana segera pulang, kalau tidak, mungkin aku akan menginap malam ini, gak tega rasanya aku membiarkan anak sekecil Tasya mengurus ibunya sendirian. Aku lihat motor Mas Farel sudah terparkir di halaman, menandakan lelaki itu sudah ada dirumah.Jantungku berdegup kencang tak seperti biasanya saat aku lihat sosok lelaki berpakaian maskulin sedang duduk di sofa. Mas Farel tersenyum menatapku, senyum yang biasanya kurindu itu gini terasa hambar.Rasa bahagia tiap kali melihat senyumnya dulu kini berubah menjadi rasa nyeri dan sesak. Ingin rasanya aku bertanya tentang Mbak Riana dan juga Tasya agar semua menjadi jelas, tapi mulutku seperti terkunci.“Kamu sakit ?" tanya Mas Farel meletakkan telapak tanganya kedahiku. "Gak papa kalau kamu sakit aku pergi sendiri saja," lanjutnya.Aku seketika teringat kalau malam ini aku ada janji menemani Mas Farel ketemu klien yang kebetulan teman lamanya."Gak papa aku gak sakit, cuma lelah saja," jawabku dingin. "Beneran?" Aku hanya menjawab ucapan Mas Farel itu dengaan anggukan, rasanya lidahku kelu untuk menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan Mas Farel padaku.Bayangan Mbak Riana dan Tasya lebih mendominasi pikiranku saat ini. Di sini aku bersenang-senang sedangkan di sana istri yang lain Mas Farel menderita berjuang melawan maut, yang setiap saat bisa merenggutnya. Mengingat itu semua aku merasa diri ini sungguh kejam.Ya Tuhan, kuatkanlan aku setelah hatiku bisa tertata kembali aku harus meminta penjelasan pada Mas Farel dan jika memang benar Mbak Riana itu istri pertamanya, apapun alasanya aku akan minta cerai dan mengembalikan Mas Farel pada Mbak Riana. Wanita itu lebih berhak atas diri Mas Farel dibandingkan aku yang tak lebih hanya seorang pelakor.Aku gak boleh egois, hanya karena memikirkan kesenangan diri sendiri lalu mengorbankan orang lain. Tidak, aku tak sekejam itu meski hati ini masih sangat mencintai suamiku. Aku memakai gaun warna merah yang Mas Farel sudah siapkan dan memoles make up di wajahku."Bidadari Mas, sudah siap belum?" ucap Mas Farel, ada senyum yang mengembang dibibirnya. Ada rasa perih di hatiku tiap melihat senyum Mas Farel, sungguh aku merasa diri ini dibodohi oleh Mas Farel."Sudah," jawabku dingin.Sekilas aku melihat raut wajah Mas Farel tampak bingung melihat perubahan sikapku yang tak biasa ini tapi aku tak perduli dengan semua itu. Dalam perjalanan aku juga tak banyak bicara, aku hanya menjawab seperlunya saja pertanyaan Mas Farel.
Berulang kali lelaki itu menanyakan apa aku baik-baik saja. Namun, aku hanya menjawab pertanyaannya dengan mengangguk atau menggeleng. Setelah bebeapa menit di perjalanan akhirnya kami sampai di sebuah hotel yang cukup megah. "Habis pertemuan kita gak usah pulang, kita bulan madu saja disini," goda Mas Farel namun aku hanya menanggapinya dengan senyum mengambang. Seseorang melambaikan tangan pada kami saat kami sampai di lobi hotel dan kami pun menghampirinya."Ini siapa, Rel?" tanya lelaki itu saat kami sampai."Ini istri Gue, Bro," ujar Mas Farel tersenyum bangga."Lho bini Lo, ganti atau Lo punya dua istri?" Deg!Ya Tuhan kenyataan apalagi ini? Sampai detik ini aku masih berharap apa yang aku lihat di rumah Tasya itu hanya mimpi dan suamiku tetaplah lekaki setia yang aku kenal tapi sekarang, hatiku sungguh sakit Ya Allah.Setelah ini aku akan bertanya dan meminta pengakuan Mas Farel tentang apa dan kenapa dia membohongiku tentang statusnya, jika dia mengelak aku akan merencana sesuatu yang aku yakin Dia pasti tak akan bisa mengelak lagi.Besiaplah Mas!Bab 25 Pulanglah Sayangpov FarelAsalamualaikumSenyap, tak ada jawaban atas salamku. Entah kemana Nara pembantuku, mungkin Dia sedang asyik bekerja di belakang sehingga tak mendengar salamku.Ku rebahkan bobot tubuhku di sofa, menatap sekeliling ruangan.SepiTak ada lagi suara Ane istriku yang menjawab salamku walau kadang kedengaran terpaksa, tak ada lagi Dia yang menyambutku walau tiada lagi senyum untukku.Pulanglah Sayang!Aku merintih di dalam hati, sungguh aku rapuh tanpa istriku. Tak kupedulikan lagi penampilanku walau teman-temanku bilang aku sekarang lebih tua dari umurku dengan rambut yang tak beraturan di wajahku, rambut yang tak lagi klimis dan ku sisir asal tiap pergi kekantor wajah juga kusut tak lagi ceria.
Bab 24 Inalilahiwainalilahirojiun"Terus kamu percaya begitu saja pada Riana?"Aku mengangguk lemah membuat Arin menggeleng beberapa kali."Temui Luciana! Minta penjelasan darinya, jangan hanya menilai masalah dari sebelah pihak saja!"Aku gak tahu rumah Luci Rin.""Nanti kita cari sama-sama," ujar Arin."Tapi kamu jangan tanya Mas Farel!""Kenapa?""Bisa saja kan nanti Mas Farel bersengkongkol dengan Luci untuk membodohiku."Arin menggeleng ," Ane, ane kalau sama Riana, setiap ucapannya kamu telan mentah-mentah, giliran sama Farel yang notabenenya suamimu kamu ragu," ujar Arin.Mendadak kepalaku pusing dan perutku sedikit mual."Ahh..," rintihku sambil me
Bab 23 Awas Kau Luciana!Pov RianaAku tersenyum puas setelah mengirim video mesra Farel dan Luciana mantan tunangnya. Mereka berada di sebuah kafe di samping Rumah Sakit tempat aku terapi.Sengaja aku mengikuti Farel saat akumelihatnya bersama Luci"Sasaran empuk ni," gumamku. Aku lalu diam-diam merekam mereka dari tempat yang mereka tak ketahui.Aku tahu Ane adalah wanita lemah yang dengan mudah aku pengaruhi dengan kata-kata yang aku goreng secara sempurna agar Dia kasihan padaku. Aku yakin setelah ini mereka akan perang.Aku tersenyum miring membayangkanya."Salah kamu Ane, kamu terlalu lugu jadi wanita," gumamku.Beberapa saat setelah video kukirim aku mendapat pesan dari Ane.[Ini ka
Bab 22 Jangan Bodoh Ane!"Ane!"Saat aku sedang asyik mengingat Mas Farel aku dikejutkan oleh sebuah suara. Aku pun menoleh ke arah sumber suara."Mbak Riana.""Kamu ngapain di sini?""Mau makan Mbak, oya kenalkan Mbak ini Arin temanku."Arin mengulurkan tangannya dan bersalaman dengan Mbak Riana."Bu Guru.""Hai sayang," ujarku pada Tasya. Anak itu berlari kepelukanku saat aku mengembangkan tangan. Ada rasa rindu padanya setelah beberapa hari gak ketemu."Kamu dari mana sayang?""Dari bimba di jemput Papa sama Mama."Hatiku berdesir lirih takut kalau-kalau Mas Farel muncul
Bab 21 Separu jiwaku PergiPov Farel"Aku sudah gak papa, nanti malam giliran Mas pergi ke rumah Mbak Riana, Tasya pasti sudah rindu sama Mas.""Tapi Mas ingin menemanimu," ujarku lembut.Suami mana yang tega meninggalkan istrinya yang sedang mengandung dan dalam keadaan lemah seperti itu. Hatiku bagai teriris tiap melihatnya muntah, lemah dan tak berdaya seperti itu. Sempat terpikir olehku untuk menggugurkan saja kandungan istriku, dari pada melihat istriku menderita seperti itu.Tubuhnya kurus, wajahnya pucat bahkan selalu muntah tiap dia memakan sesuatu. Ingin ini muntah ingin itu muntah, apa memang begini kalau wanita sedang mengandung."Wanita hamil memang seperti itu Le, Ibu juga dulu seperti itu. Itu bawaan bayi, jika sudah tiga atau empat bulan juga akan baik sendiri," ujar Ibuku lembut saat aku mengadu tentang kekawatiranku
Bab 20 Aku Menyerah"Ya Allah," gumamku sambil menutup mulutku begitu video kuputar. Aku lihat Mas Farel sedang berada di mall dengan luciana dan anaknya dan mereka tampak sedang berbahagia seperti sebuah keluarga.Kali ini aku sudah tak tahan lagi, aku harus segera pergi dari sini.[Ini kapan Mbak?] chatku pada Mbak Riana.[Tadi Dik][Ya Alah Mbak, jadi Mas Farel gak antar Mbak terapi?][Tiap terapi juga Mbak sendiri Dik, jujur Mbak sudah gak tahan tapi Mbak bisa apa, dengan kondisi Mbak sekarang ini, Mbak gak mungkin bisa menghidupi Tasya, jangankan menghidupi Tasya Dik, menghidupi diri sendiri pun Mbak tak mampu]Ya Allah luruh air mataku membaca pesan dari Mbak Riana, aku mencoba menempatkan diri ini pada posisi Mbak R