Share

3. Hari Pertama

Author: Yasmin_imaji
last update Last Updated: 2024-01-22 10:00:47

"Ini kamarmu," ujar Brian dengan membuka salah satu pintu kamar yang ada di rumahnya.

Lita memutuskan untuk menerima pekerjaan yang Brian berikan, mengerjakan tugas rumah tangga bukan hal sulit karena Lita sudah sering melakukannya. Rumah Brian berada di kawasan elite, namun rumahnya tidak begitu besar sehingga untuk Lita bersihkan sendiri bukan masalah besar. Rumah Brian termasuk dalam jenis rumah kontemporer.

"Kamar ku? Bukankah ini terlalu luas untuk kamar seorang asisten rumah tangga?"

Atas permintaan Brian yang tidak bisa Lita tolak karena untuk kedua kalinya Brian menjadi bosnya. Pria tampan yang juga ternyata tidak sombong itu memintanya untuk tidak terlalu kaku dan mengubah cara bicaranya menjadi aku-kamu.

"Apakah aku harus memberi kamar kumuh untuk orang yang berjasa besar merawat rumahku?" Brian yang sebelumnya membelakangi Lita kini menatapnya. "Tidak ada aturan tertulis untuk hal itu. Jadi, masuklah dan kamar ini akan menjadi milikmu. Aku harus kembali ke perusahaan karena ada hal penting yang harus aku urus."

"Terima kasih, Brian. Aku akan melakukan pekerjaan ku dengan serius dan aku tidak akan mengecewakanmu."

Satu lagi, Brian tidak ingin dipanggil Pak atau sejenisnya karena umur mereka tidak terpaut jauh. Walaupun telah diberi izin Lita tetap merasa sungkan dan terkesan tidak sopan. Namun, mau bagaimana lagi Lita tidak bisa menolaknya karena semua bentuk protes Lita tidak diterima pria itu.

"Semoga kamu betah."

"Brian!" panggil Lita membuat langkah Brian tertahan. "Apa ada larangan selama aku bekerja disini?"

"Hanya jangan masuk ke ruanganku dan ruang kerjaku selama aku tidak memberimu izin. Sisanya kamu bisa melakukan sesukamu."

Lita mengangguk paham, lantas pria itu pergi dan Lita masuk ke dalam kamarnya. Kamarnya terlihat sangat luas dengan nuansa warna dinding putih. Lita meletakkan kopernya di dekat lemari dan dia mengelilingi kamar tersebut.

"Ini benar-benar sangat luas," gumamnya.

Malam datang dengan cepat, Lita kini sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan malam untuk pemilik rumah. Lita membuat masakan sederhana, namun rasanya akan cocok untuk malam yang dingin.

"Semoga pria itu suka dengan masakan ku."

Hal yang paling menakutkan untuk Lita adalah ketika dia dinilai dan hasilnya buruk. Berulang kali Lita mencicipi kembali sup ayam yang dia buat, memastikan agar sup itu terasa sedap dan tidak terasa berlebihan. Selain membuat sup ayam, Lita juga membuat perkedel kentang dan kering tempe. Sangat sederhana dan Lita harap Brian tidak masalah dengan masakan rumahan.

Bel rumah berbunyi, Lita dengan segera mencuci tangan dan melepas apron yang tadi berfungsi untuk melindungi tubuhnya agar tidak kotor. Perempuan dengan rambut yang masih terikat tinggi itu berlari cepat mendekati pintu. Mengatur nafasnya, Lita lantas membuka pintu tersebut.

"Selamat malam, Brian," sapa Lita dengan meraih tas pria itu dan jas yang telah lepas menyisakan rompi dengan kemeja putih yang melekat di tubuhnya. Bahkan dasinya tidak lagi tertata rapi seperti sebelumnya.

"Aku sudah menyiapkan makan malam, namun akan lebih baik jika kamu mandi terlebih dahulu." Itu adalah rangkaian kalimat yang Lita ingat dan dia hafalkan sejak tangannya mulai memotong bahan-bahan masakan.

"Aku ke kamar dulu untuk membersihkan tubuhku." Lita mengangguk memberi jalan untuk Brian melangkah maju.

Lita yang memegang tas dan jas pria itu saat ini sedang dilanda kebingungan. Dia tidak mungkin dengan lancang masuk ke kamar Brian, maka dari itu Lita memilih meletakkan tas dan jas itu di ruang televisi.

Setelah meletakkannya di atas sofa, Lita pergi ke dapur. Lita tidak tahu apakah Brian menyukai kopi atau teh, karena tidak ingin nantinya pria itu menunggu untuk minumannya, Lita memilih untuk membuat kedua minuman itu.

Lita berbalik dan menemukan Brian yang sedang berjalan mendekat dengan pakaian rumahan yang terlihat lebih santai.

"Em … Brian, kamu ingin teh atau kopi?" tanya Lita setelah pria itu duduk di kursinya.

"Kopi saja, Lita."

Lita mengangguk, lalu membawa cangkir berisi kopi dan meletakkannya di hadapan Brian.

"Maaf, aku hanya bisa membuat masakan rumahan untuk saat ini. Tapi kamu jangan khawatir, aku akan segera belajar masakan eropa dan jika kamu tidak suka dengan masakan rumahan kamu tidak perlu memakannya."

Brian meletakkan kembali cangkir kopi yang baru saja dia minum sedikit. Pria itu lantas menaikkan salah satu alisnya. "Aku tidak pernah bilang jika aku tidak suka masakan rumahan."

Lita menggaruk belakang kepalanya. "Memang tidak, namun aku berpikir jika orang sepertimu mungkin lebih suka makanan Eropa."

"Tidak juga, aku bukan orang yang ribet masalah makanan asal itu mengenyangkan."

"Baiklah. Aku akan menyajikannya untukmu, apa kamu ingin semuanya?"

"Boleh." Brian membuka piringnya disusul dengan sesendok nasi yang Lita ambil lalu ditaruh di piring Brian.

"Duduklah, kenapa kamu hanya diam disana?" tanya Brian setelah Lita selesai menyajikan makanan untuknya dan melangkah ke belakang dua kali.

Lita menggeleng. "Tidak seharusnya aku duduk dan makan bersama dengan orang yang merupakan atasanku, aku akan makan setelah kamu selesai."

"Tidak ada aturan seperti itu dirumah ini, duduklah. Aku tidak suka makan dengan diawasi orang yang tidak makan bersamaku."

Sekali lagi, dengan perasaan sungkan yang melingkupi tubuh Lita, perempuan itu menarik kursi yang ada di sisi kanan Brian lalu duduk dan mulai mengambil makanannya.

"Apakah harus aku katakan lagi jika tidak perlu terlalu kaku denganku. Anggap saja kita teman yang tinggal di rumah yang sama."

Lita tersenyum terpaksa. "Akan aku coba."

Keduanya tidak lagi berbicara dan fokus dengan makanan masing-masing. Sesekali Lita mencuri pandang kepada Brian. Pria itu benar-benar sempurna, dari fisik dan sifat. Seperti tidak ada celah sedikitpun untuk membuat Brian terlihat buruk.

"Ada apa, Lita?"

"Uhuk!" Sup ayam yang memang Lita beri bubuk lada putih untuk membuat sup itu menghangatkan tubuh kini menyakiti kerongkongannya ketika sebuah pertanyaan tiba-tiba keluar dari bibir Brian.

"Hati-hati," ujar Brian dengan memberikan segelas air mineral. "Kalau makan itu lihat makanannya, jangan lihat yang lain."

"Maaf."

"Tidak masalah, bukan kesalahan yang fatal. Namun, kamu harus berhati-hati, apa kamu tidak pernah mendengar berita seseorang yang meninggal setelah tersedak? Jadi, bersyukurlah karena dua kali kamu tersedak sejak kita bertemu kamu masih bisa bernafas."

Keduanya kembali fokus dan tidak ada niat sedikitpun untuk Lita mencuri pandang kepada Brian. Perempuan itu benar-benar fokus dengan makanannya karena dia merasa malu setelah ketahuan Brian jika dia memperhatikan pria it secara sembunyi-sembunyi.

"Aku suka dengan masakanmu dan kopimu, tolong buatkan setiap pagi dan ketika aku pulang kerja. Rasanya tidak terlalu manis dan itu tidak membuatku ngilu dengan rasa manis yang dihasilkan."

~~~~~

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Rahasia Tuan Brian   17. Tercoret

    Brian merasakan campuran antara kemarahan dan keputusasaan saat mendengar kata-kata kasar dari ayahnya sendiri. Dia merasakan tamparan keras mendarat di wajahnya, menyakitkan fisiknya sekaligus mengguncang batinnya.Dengan hati yang berat, Brian menundukkan kepalanya, merasakan air mata yang mulai mengalir di pipinya. Dia merasa terjepit di antara cinta dan keterpaksaan, tidak tahu harus berbuat apa lagi di tengah tekanan dan ancaman dari ayahnya yang kejam."Saya... saya tidak bisa, Papa," bisik Brian dengan suara gemetar, mencoba menahan emosinya yang meluap-luap.Guntur Wirawan menatap Brian dengan tatapan dingin, tanpa belas kasihan. "Kamu tak punya pilihan, Brian. Kehormatan keluarga harus dijaga, apa pun caranya," ucapnya dengan suara tegas.Dengan perasaan hampa dan penuh penyesalan, Brian melihat Lita pergi dari hidupnya, meninggalkan seutas benang cinta yang putus di antara mereka. Dia merasa hancur oleh keputusannya untuk membiarkan Lita pergi, tetapi juga tidak bisa melawan

  • Istri Rahasia Tuan Brian   16. Tertangkap

    "Berhenti, Lita. Tunggu, biar aku saja!" cegah Brian.Brian bergerak cepat untuk mengambil pakaian dan mengenakannya dengan tergesa-gesa, hatinya berdebar-debar memikirkan siapa yang mungkin berada di balik pintu itu."Tenanglah, Brian. Aku akan melihat siapa di sana," ucap Lita dengan cukup halus, mencoba meredakan kegelisahan Brian.Lita melangkah ke arah pintu dan dengan hati-hati membukanya. Di belakangnya sudah berdiri Brian yang datang mengikuti. Di sana, mereka melihat seorang pria paruh baya dengan senyum ramah di wajahnya."Maaf mengganggu, saya dari layanan kebersihan vila. Saya datang untuk membersihkan vila ini seperti yang telah dijadwalkan," ucap pria tersebut dengan sopan.Brian menghela nafas lega, menyadari bahwa itu hanyalah seorang petugas kebersihan. "Terima kasih, kami lupa dengan jadwal pembersihan hari ini. Silakan masuk dan lakukan pekerjaanmu," ucap Brian dengan ramah.Setelah petugas kebersihan itu masuk dan mulai membersihkan vila, Brian dan Lita bernapas leg

  • Istri Rahasia Tuan Brian   15. Kenangan Lama

    Di dalam vila yang tenang, Brian dan Lita duduk di ruang tamu yang nyaman. Suasana hening memenuhi ruangan, hanya terdengar desiran angin yang lembut di luar.Brian memandang Lita dengan ekspresi campuran antara kekhawatiran dan keputusasaan. "Lita, aku tahu semuanya terasa aneh dan membingungkan. Aku akan menjelaskan semuanya padamu sekarang."Lita menatap Brian dengan mata penuh penasaran, menunggu penjelasan yang sudah lama dinantikan. Hatinya berdebar-debar, siap menerima apapun yang akan diungkapkan Brian."Sebenarnya, Lita...," ujar Brian perlahan, mencoba merangkai kata-kata dengan hati-hati. "Sebenarnya, aku tidak bisa menjelaskan semuanya dengan mudah. Ada rahasia besar yang harus aku ungkapkan padamu."Lita mengangguk, menunjukkan bahwa dia siap mendengarkan."Kau tahu, kita berdua memiliki masa lalu yang terhubung jauh sebelum ini," lanjut Brian, matanya menatap jauh ke dalam ingatannya.Lita memicingkan mata, mencoba memahami apa yang Brian maksudkan. "Apa maksudmu, Brian?

  • Istri Rahasia Tuan Brian   14. Meninggalkan Pesta

    Jangankan untuk menoleh, Brian pun seolah tak mendengarkan teriakan sang ayah saat mencegahnya untuk pergi. Brian sama sekali tak mempedulikan itu semua, yang ada di pikirannya kini adalah Lita.Brian melihat sekelebat bayangan Lita di kejauhan. "Lita!" Lita, tunggu Lita!" Brian berteriak, menyeru seraya menyusul Lita yang masih terus berlari."Lita, berhenti!" cegah Brian dengan meraih tangan Lita."Lepasin tanganku, Brian." Lita memaksakan diri untuk tetap pergi. Dia berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cekalan tangan Brian."Dengarkan aku dulu, Lita." Brian tetap bersikeras menahan Lita untuk pergi."Kenapa kamu menahanku, Brian? Kenapa kamu mengatakan kalau aku adalah calon istrimu? Apakah kamu tahu jika itu hanya akan membuat mereka semua menatap sinis padaku? Kenapa juga kamu harus mengajakku ke tempat ini, Brian? Kamu sengaja, kan?" Banyak pertanyaan yang pada saat itu juga Lita lontarkan.Dengan air mata yang sudah membanjiri kedua pipinya, Lita menangis sesenggukan mengelu

  • Istri Rahasia Tuan Brian   13. Calon Istri

    Di sebuah hotel berbintang yang cukup terkenal, ballroom sudah dihias dengan sedemikian rupa. Segalanya telah tertata dengan sempurna, semuanya tampak indah dan sangat menawan. Di sanalah kini para orang-orang kaya sedang berkumpul. Di tempat itu pula, acara pesta dari Anton Wirawan yaitu kakek Brian akan dilaksanakan.acara ini memang selalu rutin diadakan di setiap tahunnya.Banyak sekali tamu-tamu undangan yang datang untuk menghadiri acara tersebut. Begitu banyak pemilik perusahaan dan juga orang-orang penting lainnya. mereka semua ada di temoat itu, selain untuk memberikan ucapan kepada Anton Wirawan tentu saja mereka tengah membicarakan sesuatu hal yang penting, sudah barang tentu itu adalah masalah bisnis.Sebuah mobil merk ternama segera berhenti tepat di pintu masuk hotel. Di sana sudah berjajar rapi para pengawal dengan pakaian hitam senadanya. Seorang lelaki berusia sekitar tujuh puluh tahun turun dari dalam mobil. Iya, dia adalah Anton Wirawan. Sang pendiri serta pemilik Wi

  • Istri Rahasia Tuan Brian   12. Pertemuan Bisnis

    Lalita meraba-raba tempat tidur yang ada di sebelahnya dengan kedua mata yang masih terpejam. Kosong, ternyata tempat itu sudah kosong. Tak ada lagi sosok Brian yang semalam menemaninya.Lita pun kemudian membuka kedua matanya, beranjak dari tempat tidurnya dan kemudian membersihkan tubuhnya yang terasa lengket akibat aktivitas malam yang begitu melelahkan.Sekarang tubuhnya terasa lebih segar. Lalita pun kemudian turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan. Tak seperti hari-hari biasanya, semua makanan telah tersaji di atas meja. Di bawah sana ada dua orang pelayan wanita dan juga dua orang penjaga yang menunggunya. Tapi bukan Lalita namanya jika dia tak turun tangan sendiri di dapur. "Semua makanan sudah siap, nona," ucap salah seorang pelayan wanita. Lalita pun kemudian tersenyum ke arahnya."Ya sudah, ngapain kalian masih berdiri di situ? Ayo kita makan bersama," ajak Lita pada mereka.Karena sama sekali tak mendapatkan respon dari keempat orang itu, Lita pun kembali berkata, "kita i

  • Istri Rahasia Tuan Brian   11. Malam Panjang

    Sapuan lembut lidah Brian membuat gadis itu tak menyadari jika jemarinya mengupas satu persatu kancing kemeja yang Brian kenakan saat ini. Kecupan demi kecupan kembali Brian berikan ke bahu hingga dada Lita yang masih terbungkus bra putih berbahan renda, sementara tangannya mengelus turun dari dada ke pinggang Anna, lalu turun ke pahanya dan berhenti di atas lutut gadis itu.Brian berhenti sejenak untuk melakukan serangan dan mengambil posisi duduk untuk menikmati pemandangan erotis ada di hadapannya saat ini. Di sanalah ia sekarang, Lita terbaring dalam keadaan yang pasrah dan terangsang.Dalam waktu kurang dari satu detik yang Brian berikan tersebut membuat Lita merasakan hampa saat tak merasakan gerakannya lagi. Perlahan dibukanya kelopak matanya untuk melihat apa yang membuat Brian berhenti menjamah tubuhnya. Namun sayang, yang dia dapati adalah justru tatapan tajam dari sosok pria yang begitu mempesona.Menyadari arti tatapan yang Lita berikan padanya, cepat-cepat Brian membuka ka

  • Istri Rahasia Tuan Brian   10. Ingin Pergi

    Brian memijit-mijit dahinya. Rasa pusing tiba-tiba menderanya. "Ah, apa yang telah aku lakukan?" gumamnya sebelum beranjak dari tempat duduknya.Brian segera melangkahkan kakinya menuju ke kamar yang ditempati oleh Lita. Dirinya kini telah berdiri di sana, tangannya pun sudah terulur hendak mengetuk pintu kamar itu. Namun, kembali ia urungkan niat itu. Brian merasa bersalah telah berbicara kasar pada Lita.Akhirnya, Brian memilih untuk berjalan menjauh, dan kembali ke kamarnya sendiri.Sementara itu, Lalita saat ini sedang membenamkan wajahnya di atas bantal. Memang terasa sesak napasnya, namun lebih sesak lagi perasaannya pada saat ini. Ia merasa menjadi gadis paling bodoh di dunia saat ini.Tidak, dia sebenarnya tidak terlalu mengharap pada Brian, karena dirinya pun harus fokus pada kehidupannya sendiri yang memang belum jelas. "Ah, tidak, tidak, tidak! Aku bahkan sudah tak punya muka laki-laki hadapan Brian. Aku harus segera pergi dari sini," gerutu Lita sembari memukul-mukul kepa

  • Istri Rahasia Tuan Brian   9. Kepulangan Tuan Besar

    Pagi itu Lita dikagetkan dengan suara derap langkah kaki yang terdengar riuh. Seperti biasanya Lita akan bangun dan menyiapkan sarapan untuk Brian. Lita beranjak dari tempat tidurnya lalu menggelung rambutnya ke atas begitu saja.Lita cukup tercengang melihat keadaan yang ada di luar ruangan, semuanya tak tampak seperti biasanya. Puluhan laki-laki berpakaian hitam sudah berdiri rapi entah karena apa. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sesuatu yang tentu saja itu adalah Brian, namun tak ia temukan lelaki itu dimana-mana."Ada apa ini?" desisnya.Tak menghiraukan semua itu, Lita berjalan menuju ke dapur. Dan di sana ia melihat beberapa wanita yang sudah berpakaian rapi dengan menggunakan celemek kain di depan tubuhnya tengah sibuk memasak sesuatu. Sesuatu yang pastinya sangat besar dan juga banyak, karena mereka butuh empat wanita hanya untuk mengurus masakan di dapur.Lita semakin terlihat keheranan, tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi."Maaf, ada apa ya ini?" t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status