Share

31. IRP

Author: Zaidhiya
last update Huling Na-update: 2025-01-02 17:54:37

Keterkejutan dan kekhawatiran tergambar jelas di wajah Salwa. Apa yang akan terjadi jika pria itu tahu jika saat ini ia Salwa sedang mengandung benihnya?

"Siapkan air hangat untuk saya, saya ingin mandi," perintah Kaif dalam suara yang dalam kepada Salwa.

Dengan mata yang bertemu serius, Salwa hanya mengangguk tanpa kata.

"Saya akan mandi di sini malam ini," lanjut Kaif, suaranya serak, menghentikan langkah Salwa yang hendak keluar dari kamar.

Bingung namun patuh, Salwa menyiapkan air hangat sebagaimana mestinya, rasa gelisah merayap dalam dadanya.

Di dalam kamar mandi, ketika Kaif larut dalam busa sabun dan air hangat yang menenangkan, Salwa berjalan ringan menuju kamar Kaif, mengambil pakaian santainya.

Salwa bergerak hati-hati, mencegah diri membuat suara yang bisa membangunkan madunya yang sudah tidur.

Setelah mengganti pakaian, Kaif seharusnya kembali ke kamarnya sendiri, namun malam itu ia berubah pikiran. Dengan langkah hening, ia mendatangi Salwa yang tengah termenung
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
bagussssss kenapa baru skrang salwa kenapa ?? harus nya udah dulu" km lakuin ini !! biarkanlah si brengsek kaif sama pelakor hana cocok sama" anj
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Istri Rasa Pembantu    88. IRP

    Di penghujung sore yang tenang, Kaif mengajak Salwa pergi ke luar. Kaif membawa Salwa ke pusat pembelanjaan. “Mas, mengapa kita ke sini?” tanya Salwa dengan rona penasaran saat mereka melangkah memasuki keramaian. Kaif, dengan tatapan penuh arti, menjawab sambil menggenggam erat tangan Salwa, “Menemani kamu belanja, kamu bebas mau belanja apa saja." Salwa memperlambat langkahnya, berhenti sejenak, dan berkata dengan lembut, “Mas, aku tidak merasa membutuhkan apa pun lagi. Di rumah, aku sudah memiliki apa yang aku butuhkan,” ucapnya. Namun, Kaif tak menyerah, “Kamu tidak memiliki banyak koleksi tas dan perhiasan. Bagaimana jika kita melihat-lihat dan mungkin membeli sesuatu yang baru?” Salwa menggeleng tegas, kelembutan matanya berubah menjadi keteguhan. “Tidak perlu, Mas. Aku sudah punya di rumah, dan itu lebih dari cukup.” Kaif tersenyum penuh pengertian, permpuan di depannya ini memang berbeda, jika pada perempuan lain pasti permpuan itu akan senang dan langsung memilih tan

  • Istri Rasa Pembantu    87. IRP

    "Kak Kaif sejak kapan suka makan mangga muda?" Perhatikan Salwa dan Kaif teralihkan dengan kedatangan Eriana, perempuan muda itu tampak heran melihat saudaranya. "Emangnya Mas Kaif tidak suka mangga, Eriana?" tanya Salwa dengan rasa ingin tahu. Eriana hanya mengangkat bahu sambil tersenyum tipis, "Setahu aku tidak, Mbak. Tapi mungkin lidahnya sekarang berpetualang mencari selera baru," katanya mencoba untuk menahan tawa. lucky sekali melihat wajah saudaranya yang menahan rasa masam. Salwa kembali menatap suaminya, kali ini dengan pandangan yang lebih mendalam dan penuh kecurigaan. Cahaya mata Salwa seolah menembus ruang dan waktu, mencari jawaban dari perubahan tak terduga yang terjadi pada suaminya. "Kalau mas gak suka mangga muda kenapa memakannya, Mas?" tanya Salwa, wajahnya sudah tampak sedih. Mudah sekali mood ibu hamil itu berubah-ubah."Gak apa, Salwa.""Gak apa, bagaimana? Lihat, wajah Mas itu udah memerah. Lain kali bilang, kalau mas gak suka, jangan hanya diam aja," ger

  • Istri Rasa Pembantu    86. IRP

    Berbeda dengan perkiraan Salwa, ia malah l larut dalam kenyamanan tak terduga di ruang kerja sang suami. Di ruangan itu, perempuan yang tengah berbadan dua itu asyik melihat tontonan kesukaannya sambil menikmati berbagai jenis makanan yang terhampar di meja. Kaif, sang suami, terbenam dalam tumpukan pekerjaan, namun matanya sesekali mencuri pandang ke arah Salwa. Ia merasakan semacam kehangatan baru yang dibawa oleh kehadiran istri tercinta di ruang kerjanya. Tok tok tok...Bunyi ketukan pada pintu mengalihkan suasana. Kaif tak langsung membuka pintu ia menoleh kembali ke Salwa yang telah terlelap dengan televisi masih menyala. Ketukan pintu berhenti beralih telepon Kaif yang berbunyi. "Hallo.""Pak, Tuan Deswaka sudah datang," ucap Rubi, sang sekertarisnya di balik telepon."Iya, arahkan dia ke ruang meeting, saya akan segera ke sana," ucap Kaif."Baik, Pak."Setelah panggilan itu terputus, Kaif melangkahkan mendekati istrinya. Mematikan televisi lalu mengangkat tubuh Salwa deng

  • Istri Rasa Pembantu    85. IRP

    Pagi yang cerah memantulkan sinar semangat di wajah Kaif, pria itu tampak bersemangat untuk menyambut hari dengan aktivitasnya, terutama karena sang istri, Salwa, yang telah setuju untuk menemaninya ke kantor. Kaif merasakan kebahagiaan luar biasa, seolah tidak ingin melepaskan bayang Salwa dari sisinya, bahkan meski dalam waktu berkerja pekerjaan. "Mas, aku tidak akan mengganggu pekerjaanmu, kan, jika aku ikut?" tanya Salwa, saat dia mencoba memakaikan dasi pada Kaif dengan berdiri di atas sebuah meja kecil, supaya dapat mencapai tinggi suaminya. "Tidak, malah kehadiranmu membuat Mas semakin semangat untuk menyelesaikan pekerjaan hari ini, Sayang," jawab Kaif, sambil mengelus lembut perut buncit Salwa yang mengandung buah hati mereka. Salwa tersenyum, merasa lega dan penuh cinta, "Iya deh," katanya akhirnya dengan penuh kehangatan.Lagi pula di rumah ia tidak ada kegiatan apapun, tapi berada di kantor Kaif seharian, apa ia tidak akan bosan, ini adalah kali pertama Salwa menemani

  • Istri Rasa Pembantu    84. IRP

    "Salwa," suara Kaif bergumam lirih, seraya ia memejamkan mata, seakan-akan berusaha meyakinkan diri bahwa apa yang dilihatnya bukan sekedar khayalan. Meski telah memastikan diri di kamar mandi tadi untuk bersabar terkait hubungan mereka, kini Kaif justru tak bisa menjauh dari Salwa yang terpaku duduk di ranjang, menatapnya dengan pandangan menggoda. "Salwa, kamu..." kata-kata Kaif tergantung, tercekat di tenggorokannya, tak mampu melanjutkan karena terpesona pada istrinya sendiri. "Kenapa? Mas tidak suka melihatku seperti ini?" raut wajah Salwa memelas, membuat Kaif menggeleng cepat, nyaris dalam kepanikan. Dia malah merasa terpikat lebih dalam. Dengan perlahan, Kaif mendekati dan duduk di samping Salwa, mata mereka bertemu dalam tatapan yang penuh kelembutan dan saling menginginkan. "Mas, jangan diami aku, ya?" pinta Salwa dengan suara yang tiba-tiba terdengar begitu rapuh. "Kapan Mas mendiamimu, hm?" balas Kaif, suaranya tercampur dengan rasa bingung "Tadi, sebelum Mas ma

  • Istri Rasa Pembantu    83. IRP

    Salwa dengan lembut mengambil Al Qur'an terjemah yang selalu berada di sampingnya setiap malam, sebuah ritual yang telah menjadi bagian dari jiwa dan rutinitasnya. Di bawah sinar rembulan yang menerobos jendela, momen itu terasa begitu sakral, berbeda dari sebelumnya. Dahulu, Salwa selalu seorang diri dalam keteduhan malam, namun malam ini, ia ditemani oleh sang suami tercinta, Kaif, meskipun ia hanya terlelap dalam tidurnya. Sambil membaca ayat-ayat suci dengan lirih, Salwa merasakan kedamaian yang menyelubungi ruang hatinya. Tangan kirinya bergerak lembut, mengelus kepala Kaif dengan penuh kasih, memberi rasa tenang dan kedamaian pada tidurnya. Kehadiran Kaif, meski dalam kebisuan tidur, memberikan kebahagiaan yang tidak terkira bagi Salwa. Suasana hening malam itu semakin membuat setiap kata yang terucap dari Al Qur'an membawa Salwa ke dalam kedalaman kontemplasi dan rasa syukur yang mendalam. Kehadiran mereka berdua dalam doa dan cinta, menjadikan malam itu tak terlupakan, s

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status