Inicio / Urban / Istri Sah CEO Idaman / Bab 2. Menolak Perjodohan

Compartir

Bab 2. Menolak Perjodohan

Autor: Kala Senja
last update Última actualización: 2025-08-26 00:59:31

Bayangan wajah Dava yang penuh kemarahan masih menghantui Yasmin. Meski pertemuan menegangkan sudah terjadi 2 pekan yang lalu, namun setiap kali melewati lift eksekutif, jantungnya seakan melompat keluar.

“Yasmin!”

Suara Nadine membuatnya tersentak. Gadis resepsionis itu menyodok lengannya sambil menyeringai nakal.

“Kamu jadi bahan gosip, tahu nggak?”

Yasmin mengerutkan kening.

“Gosip apa lagi?”

“Itu loh..waktu kamu ikut ke ruang CEO bareng Oma nya Pak Dava minggu lalu, terus kamu keluar dengan muka pucat kayak habis keluar dari kandang macan, semua orang jadi penasaran. Kamu habis ngapain sama mereka di ruang CEO?”

Yasmin menghela napas panjang.

“Aku nggak sengaja, Nad. Nabrak Oma nya Pak Dava, terus beliau memintaku untuk mengantarnya ke ruangan Pak Dava, disana aku gak diizinkan keluar ruangan lagi.”

“Dan kamu dengerin debat panas mereka?” Nadine terkikik.

“Gila, kayak adegan drama Korea! CEO galak, Oma tajir, dan kamu… gadis biasa yang terjebak di tengah.”

“Berhenti, Nad. Jangan bikin aku malu!” Yasmin cepat-cepat memotong, meski wajahnya mulai memanas.

***

Siang itu, Yasmin baru saja menyalin laporan ketika suara langkah kaki tegas terdengar. Seorang pria berjas hitam berhenti tepat di depan mejanya.

“Yasmin Aulia?”

Ia menoleh cepat. Pria itu menunjukkan ID card: Asisten Pribadi CEO.

“Iya… saya.”

“Pak Dava meminta Anda ke ruangannya. Sekarang.”

Semua kepala di sekitarnya menoleh. Nadine melotot panik, berbisik keras, “Astaga, Yas! Kamu ngapain lagi sama si CEO?”

Yasmin hanya menelan ludah, berdiri perlahan, dan mengikuti pria itu.

“Ada apa lagi ini? Perasaanku gak enak.” Batin Yasmin gelisah.

“Tanganmu kenapa menggenggam rok seperti itu? Tenang saja..Pak Dava tidak seburuk yang banyak orang pikirkan.” Ujar lelaki berpostur tinggi kurus berkulit putih namun tegas itu. Ia melihat Yasmin nampak begitu panik.

“Ya Tuhan….aku takut kali ini dia akan memecatku.” Gumam Yasmin dalam hatinya. Ia pun berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Pintu terbuka. Asisten itu hanya memberi isyarat tangan. Yasmin melangkah masuk ke ruang CEO.

Sunyi.

Dava berdiri menghadap jendela besar, punggung tegak, tangan disilangkan.

“Duduk,” ucapnya tanpa menoleh.

Yasmin buru-buru duduk, menunduk.

Hening beberapa detik. Hanya suara jarum jam terdengar jelas.

“Aku mau tanya.” Suara Dava dalam, dingin.

“Kamu cerita sesuatu ke orang lain tentang hari itu?”

“Nggak, Pak. Saya nggak bilang apa-apa. Bahkan ke sahabat saya pun tidak.”

Dava berbalik. Tatapannya menusuk, tapi bukan amarah. Lebih seperti menimbang.

“Jadi… kamu dengar semuanya. Tentang Sonia.”

Yasmin menggigit bibir.

“Saya hanya duduk karena disuruh. Saya nggak berniat ikut campur.”

Mata Dava menyipit, seolah ingin membaca isi hatinya.

“Aku tidak suka orang menyimpan rahasia. Apalagi kalau itu dipakai untuk keuntungan pribadi.”

Yasmin memberanikan diri menatap balik. “Saya tidak seperti itu, Pak. Saya tahu posisi saya. Saya hormat sama Bapak.”

Keheningan singkat. Lalu bahu Dava turun perlahan, nadanya melunak.

“Baik. Aku percaya kamu.”

Yasmin terperangah.

“Percaya?” batin Yasmin. Itu kata terakhir yang ia bayangkan keluar dari mulut Dava Leonardo.

“Dan karena aku percaya…” lanjut Dava, kini duduk di kursinya,

“mulai hari ini kamu bekerja langsung di bawah pengawasanku.”

Yasmin terbelalak.

“Maksudnya… asisten pribadi Bapak?”

“Bukan.” Dava menatapnya lurus.

“Aku butuh mata dan telinga di kantor ini. Seseorang yang bisa melihat apa yang aku lewatkan. Termasuk menilai Sonia.”

“Pak, saya rasa saya nggak cocok—”

“Kamu cocok,” potong Dava cepat.

“Kamu jujur. Dan kamu berani bicara meski di bawah tekanan.”

“Kali ini jantungku benar-benar nyaris copot. Ya Tuhan…berikan aku kekuatan untuk menghadapi semua ini. Apakah aku bisa melakukan pekerjaan yang ditawarkan Pak Dava ini?”

****

Malam itu, ruang makan keluarga besar Leonardo dipenuhi cahaya lampu kristal. Hidangan mewah tersaji diatas meja panjang.

“Reyna, tolong tanyakan pada Friska. Kapan dia pulang dari Amsterdam?” Tanya Oma Indira tiba-tiba. Ia duduk dengan anggun di kursi makan bersebelahan dengan putra tunggalnya, Leonardo yang lebih banyak diam.

Reyna, sang menantu kesayangan menoleh bingung seraya menatap Dava, putranya yang duduk berhadapan dengannya.

“Ma? Bukankah dia baru mulai proyek akhir semesternya?”

“Justru itu. Aku ingin dia pulang sebelum bulan depan.”

Dava menatap curiga.

“Ada apa sebenarnya, Oma?”

Oma Indira meletakkan serbet di pangkuan, lalu menatap seluruh keluarga dengan sorot tajam.

“Karena bulan depan… aku akan melangsungkan acara perjodohan untukmu, Dava.”

C’lark….

Suara garpu Reyna jatuh membentur piring. Leonardo membeku. Dava menatap Omanya, rahang mengeras.

“Perjodohan?” ulangnya dingin.

“Ya. Perusahaan butuh penerus. Dan kamu butuh pendamping yang tepat.”

Leonardo menghela napas.

“Mama, Dava cukup dewasa untuk memilih sendiri.”

“Kalau pilihannya masuk akal, aku tak akan ikut campur,” balas Oma Indira tajam.

Mereka semua tahu siapa yang ia maksud: Sonia.

Reyna memberanikan diri bertanya,

“Lalu siapa gadis pilihan Mama?”

Oma Indira tersenyum tipis.

“Namanya Yasmin. Karyawan baru kita di Leonardo Group.”

Dava terperanjat. “Apa?!”

“Dia berbeda dari yang lain. Sopan, cerdas, dan tulus. Itu yang perusahaan ini butuhkan.”

“Dia bahkan baru sebulan bekerja! Oma tahu apa tentang dia?!” Dava membalas sengit.

“Mungkin itulah yang salah darimu,” potong Oma dingin.

“Kamu hanya menilai orang dari nama besar.”

Dava bangkit berdiri.

“Aku tidak akan menikah dengan Yasmin. Titik.”

“Duduk, Dava!” suara Oma menggelegar.

“Aku bukan boneka keluarga yang bisa Oma atur sesuka hati!”

Ketegangan menyelimuti ruangan. Leonardo menunduk. Reyna terdiam.

Oma Indira berdiri, tatapannya penuh wibawa.

“Kalau kamu menolak, ingat satu hal: kamu bukan hanya milik dirimu sendiri. Kamu pewaris keluarga ini. Dan Oma akan melakukan apapun demi masa depan keluarga.”

Dava menatapnya tajam, menahan emosi. “Cukup. Mulai malam ini, jangan pernah sebut nama Yasmin lagi.”

Ia berbalik, meninggalkan ruang makan dengan langkah menghentak.

Keheningan menggantung. Leonardo hanya menghela napas berat. Reyna menatap kosong.

Sementara Oma Indira menggenggam erat serbetnya, matanya menyala dengan tekad bulat.

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App

Último capítulo

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 35. Selalu Ditolak

    Suara langkah mendekat terdengar dari arah pintu kaca. Yasmin mengangkat kepala, sedikit terkejut saat melihat Adrian berdiri di sana, menenteng map hitam di tangan.“Permisi,” sapa Adrian dengan senyum sopan. “Boleh aku masuk?”“Oh—ya, tentu. Silakan, Pak Adrian.” Yasmin buru-buru berdiri, merapikan kemejanya.“Jangan terlalu formal begitu, Yasmin. Ini sudah jam istirahat, panggil saja Adrian, seperti dulu,” katanya sambil duduk di kursi depan meja Yasmin.Yasmin tertawa kecil. “Kalau di kantor, aku tetap harus jaga sikap. Lagipula, kita sekarang rekan kerja.”Adrian menatapnya dalam. “Dan dulu, kita apa?”Yasmin menunduk. “Masa lalu.”Keheningan sesaat mengisi ruangan. Adrian membuka mapnya, lalu meletakkan beberapa lembar kertas di atas meja.“Ini revisi dari Dava. Aku butuh tanda tanganmu di sini, kalau tidak keberatan.”Yasmin mengambil berkas itu. Tapi tangannya sedikit bergetar saa

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 34. Akan Menikah Lagi

    Lagi-lagi suara ponsel berdering. Kali ini bukan dari ponsel Dava, melainkan dari ponsel Yasmin sendiri. Adrian..nama itu seketika membuat Yasmin terhenyak dan menghapus air matanya. “Assalamu’alaikum…” “Waalaikumsalam, Yasmin. Apa aku mengganggumu?” Suara Adrian yang terdengar lembut di telinga Yasmin, membuatnya ingin meluapkan segala penat yang ia rasakan saat itu, tapi mana mungkin. Sementara…status pernikahannya sendiri dengan Dava tak diketahui siapapun.“Tidak. Ada apa Adrian?”“Yasmin….” suara Adrian tiba-tiba terputus. Ponsel Yasmin direbut Dava tiba-tiba saat ia baru saja keluar dari kamar mandi.“Adrian?” Suara Dava penuh tekanan, matanya terbelalak begitu dekat dengan wajah Yasmin. “Jadi, dia sering menelpon mu di luar jam kerja? Malam-malam begini?” “Kamu tidak sopan sekali, Dava! Kamu tidak berhak merebut ponselku saat aku sedang menelpon!” Yasmin semakin geram menatap wajah Dava. Kharismanya sebagai seorang suami sudah hilang seketika setelah ia mengetahui Dava aka

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 33. Bangkai yang Tercium

    Suasana rumah malam itu cukup tenang. Yasmin baru saja masuk setelah seharian bekerja, ditambah pertemuan dengan ibunya di kafe. Ia menaruh tas di meja, melepas blazer, lalu duduk sebentar untuk melepas lelah.Tak lama, Dava menyusul, ia pun baru sampai rumah.“Kamu baru pulang?” tanya Dava datar.Yasmin mengangguk sambil tersenyum tipis. “Iya. Tadi aku sempat ketemu Ibu dulu sebentar. Dia mengajakku ke kafe.”“Ketemu Ibu?” Dava menghentikan langkahnya. “Bicara apa kalian?”“Biasa saja,” jawab Yasmin santai. “Ibu hanya menanyakan kabar rumah tangga kita.” Dava mengerutkan kening. “Bertanya tentang rumah tangga kita? Memangnya kenapa dengan rumah tangga kita?”Yasmin mengangguk lagi. “Iya. Ibu khawatir kalau aku tidak cukup peka padamu. Dia takut kamu—” Yasmin terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “—jatuh ke pelukan perempuan lain.”Dava langsung menegang. “Apa? Ibu berbicara soal itu?”“Ya, itu kekhawatiran Ibu,” jelas Yasmin cepat. “Tapi aku sudah meyakinkan Ibu. Aku bilang kamu l

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 32. Bertemu dengan Ibu

    Bu Salma muncul dengan langkah hati-hati. Wanita itu tersenyum tipis ketika menemui putrinya, Yasmin di sebuah Cafe sore itu.“Yasmin… sudah lama menunggu?” tanya Bu Salma sambil duduk di hadapan putrinya. Sebelumnya, Bu Salma sengaja meminta Yasmin untuk bertemu.“Tidak, Bu. Aku juga baru sampai,” jawab Yasmin lembut. “Ibu kelihatan capek. Dari butik, ya?”“Iya.” Bu Salma menaruh tas kecilnya di kursi. “Pekerjaan sedang banyak. Tapi tidak apa-apa, asal kamu baik-baik saja.”Yasmin mengangguk. “Aku baik-baik saja, Bu. Tidak usah khawatir.”Sejenak keheningan tercipta. Hanya bunyi sendok yang beradu dengan cangkir dari meja lain terdengar. Bu Salma menarik napas panjang, lalu menatap Yasmin dengan mata yang bergetar.“Yasmin…” suara Bu Salma terdengar hati-hati. “Ibu ingin tanya sesuatu.”Yasmin menegakkan tubuhnya. “Tanya apa, Bu?”“Rumah tanggamu dengan Dava…” Bu Salma menelan ludah. “Apakah semuanya baik-baik saja?”Pertanyaan itu membuat Yasmin terdiam. Ia menatap wajah ibuny

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 31. Merahasiakan Kebenaran

    Di luar butik, Bu Salma berdiri dengan gemetar, matanya merah karena tangis yang ditahan. Dava berhasil menyusul, menarik napas tersengal.“Bu… tolong, dengarkan dulu. Jangan bawa ini ke keluarga. Jangan sampai Yasmin tahu.”Bu Salma menoleh, menatapnya dengan pandangan penuh luka. “Apa kamu tega mengatakannya padaku seperti itu? Kamu ingin aku diam? Kamu ingin aku berpura-pura tidak melihat kenyataan kalau menantuku sedang berselingkuh dan akan menikah dengan perempuan lain?!”Dava menggenggam tangan mertuanya. “Bu, saya mohon. Ini semua belum pasti. Saya hanya… terjebak. Saya tidak ingin semua semakin kacau.”“Tidak ingin semuanya semakin kacau?! Saya tidak menyangka punya menantu pengecut seperti kamu!” suara Bu Salma pecah. “Kamu sudah melukai putriku, Dava! Sejak pertama kali kamu biarkan perempuan itu masuk ke hidupmu, kamu sudah menghancurkan hati anakku!”“Meskipun pernikahan kalian terpaksa karena perjodohan Nyonya Indira, dan mungkin tanpa cinta. Tapi bukan berarti kamu bi

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 30. Menantu Pengkhianat

    “Sayang… ayo cepat, aku ingin lihat koleksi terbaru mereka.” Sonia menarik lengan Dava begitu memasuki butik pengantin yang mewah itu. Kristal lampu gantung berkilau, gaun-gaun putih berjajar indah di balik kaca.Dava menahan napas panjang. “Sonia, bukankah aku sudah bilang? Pernikahan kita hanya acara kecil, tidak perlu ribet memilih gaun.”Sonia mendengus, melepas genggaman tangannya. “Kamu pikir aku akan menikah diam-diam dengan tampilan seadanya? Tidak, Dava. Sekecil apapun acaranya, aku tetap ingin terlihat seperti ratu.”Dava tidak menjawab. Ia hanya mengikuti Sonia yang berjalan anggun dengan sepatu hak tingginya, berbicara kepada pramuniaga butik.“Selamat siang, saya ingin mencoba koleksi terbaru gaun pernikahan. Bisa tolong bawakan yang ukuran badan saya?” Sonia menyebutkan detail ukuran tubuhnya.Pramuniaga tersenyum ramah,“Boleh mbak, mari ikut saya..” pramuniaga itu lalu berlalu ke bagian belakang bersama Sonia.“Kamu tunggu disini ya sayang..” Dava menghela napas lag

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status