Home / Urban / Istri Sah CEO Idaman / Bab 7 Bukan Staff Biasa

Share

Bab 7 Bukan Staff Biasa

Author: Kala Senja
last update Last Updated: 2025-09-22 11:53:46

“Besok malam, kamu ikut aku ke vila,” suara Dava tiba-tiba terdengar di ujung telepon. Nada suaranya dingin, tapi Yasmin bisa merasakan ada ketegangan terselip di baliknya.

“Vila…? Untuk apa?” Yasmin berusaha terdengar tenang, meski dadanya berdebar.

“Pertemuan keluarga. Oma ingin bicara detail tentang pernikahan kita. Kamu harus ada di sana.”

Yasmin tercekat. Kata pernikahan itu lagi-lagi menghantam jantungnya.

“Dava… apa kamu yakin ini keputusan yang tepat? Aku—”

“Yasmin.” Suaranya berat, memotong kalimatnya.

“Kamu sudah menandatangani perjanjian itu. Tidak ada jalan mundur.”

Yasmin menggenggam ponselnya lebih erat.

“Tapi… bagaimana dengan keluargaku? Mereka belum tahu apa-apa.”

“Akan ada waktunya. Untuk sekarang, cukup lakukan perintahku.”

Hening. Hanya napas Yasmin yang terdengar putus-putus.

“Dava, kamu tidak bisa terus memperlakukanku seperti apa yang kamu inginkan. Aku manusia, bukan pion catur.”

Dava terdiam sesaat, lalu suaranya melunak.

“Aku tahu. Tapi kamu juga harus tahu, Yasmin… ini bukan hanya soal aku atau kamu. Pernikahan ini adalah persetujuan semua pihak, jadi kamu jangan coba main-main.”

“Aku tidak sedang mempermainkan semua ini, aku hanya_” bantah Yasmin.

“Cukup! Jangan banyak membantah.” Dava menutup pembicaraan.

***

Malam itu Yasmin duduk di tepi ranjang, menatap foto lama ayah dan ibunya. Jemarinya bergetar menyentuh bingkai kayu yang mulai usang.

“Ayah, Ibu… apa aku sudah salah jalan?”

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Pesan masuk. Nadine,

“Yasmin, hati-hati. Kamu pikir kamu bisa dengan leluasa memanfaatkan keadaan supaya bisa dekat dengan Dava, tapi percayalah padaku, Sonia tidak akan diam saja seandainya mengetahui kedekatan kalian.”

Jantung Yasmin seakan melompat ke tenggorokan. Ia membaca pesan itu berkali-kali, tak percaya.

Balasan cepat meluncur dari jari Yasmin,

“Apa maksudmu, Nad? Aku dan Pak Dava dekat hanya sekedar staff dan atasan, kami tidak ada hubungan lebih.”

Balasan masuk hampir seketika.

“Aku hanya sekedar mengingatkan kamu saja, Yas.”

Deg.

Tubuh Yasmin merinding.

“Nadine? Apa dia mulai curiga dengan kedekatanku dengan Pak Dava? Tidak…tidak mungkin, dan jangan sampai..” batin Yasmin.

Matanya beralih ke foto ayah dan ibunya di meja. Kata-kata Nadine bergema di kepalanya.

Apa itu ancaman? Atau sekedar peringatan?

Tangan Yasmin bergetar saat mengetik lagi.

“Kenapa kamu memperingatkan aku seperti itu?”

Titik tiga tanda mengetik muncul. Tapi kemudian menghilang. Tidak ada balasan lagi.

Yasmin menatap layar ponselnya yang kembali sunyi, rasa cemas menggerogoti dadanya.

“Ya Tuhan…” bisiknya, tubuhnya lemas. “Apa sebenarnya yang dimaksud Nadine? Kenapa tiba-tiba dia mencampuri urusanku dengan Dava?”

Tengah malam.

Ponsel Yasmin kembali bergetar. Kali ini, panggilan suara masuk. Nama di layar membuatnya tertegun. Dava.

Dengan ragu, ia mengangkat.

“Ya… Pak Dava?”

Hening beberapa detik, hanya terdengar helaan napas pria itu.

“Kamu baik-baik saja?”

Pertanyaan sederhana, tapi justru membuat Yasmin tercekat. Selama ini, ia jarang mendengar Dava bertanya soal dirinya.

“Kenapa kamu tanya begitu?” suaranya pelan.

“Aku… hanya ingin memastikan. Besok akan berat. Aku tidak mau kamu goyah di depan keluarga besarku.”

Nada Dava terdengar tulus. Tapi Yasmin tidak bisa menahan amarah kecilnya.

“Berat untuk siapa, Dava? Untukmu… atau untukku?”

Keheningan kembali. Lalu, suara Dava terdengar lebih dalam.

“Aku tahu aku salah. Aku menyeretmu ke dalam situasi ini tanpa memberi pilihan. Tapi aku ingin kamu percaya… aku tidak pernah berniat mempermainkanmu, apalagi menyakitimu.”

“Tidak berniat?” Yasmin menahan tangis, tapi suaranya bergetar.

“Kamu menyuruhku menikah diam-diam, menyembunyikan semua dari keluarga lain dan teman-temanku. Kamu bahkan tidak memberiku kesempatan untuk mempertimbangkan lagi lebih lama. Kalau itu bukan menyakitiku, lalu apa?”

Dava menarik napas panjang di seberang.

“Pernikahan ini tidak aku inginkan, Yasmin. Jadi tolong, jangan berharap lebih.”

“Ya, tentu saja,” Yasmin memotong cepat.

“Aku memang tidak pernah berharap banyak. Tapi setidaknya, Pak Dava tahu kalau aku juga manusia yang punya hati.”

Kali ini Dava terdiam cukup lama. Suaranya nyaris seperti bisikan saat akhirnya menjawab,

“Punya hati? Apa kamu mulai mencintaiku?”

Deg.

Kata-kata itu menghantam keras dada Yasmin.

“Mencintaimu? Anda pikir, saya ini perempuan seperti apa? Maaf, saya bukan tipe perempuan yang mudah mencintai seseorang.”

Sejenak mulut Yasmin terkunci, hening di kedua sambungan telpon itu.

Lalu terdengar suara berat Dava lagi, sangat rendah.

“Baguslah kalau begitu. Memang itu yang aku harapkan. Kamu, tidak perlu menggunakan hatimu dalam hubungan kita ini.”

Klik. Sambungan terputus begitu saja.

Yasmin menatap layar ponsel yang kembali gelap, tubuhnya lemas seakan tak bertulang. Jantungnya berdegup kencang, bukan hanya karena emosi yang tertahan—tapi juga karena perasaan aneh yang ia sendiri enggan akui.

Ia terjatuh di ranjang, menatap langit-langit kamar. Pesan Nadine, kata-kata Dava, pesan Oma Indira… semuanya berputar-putar di kepalanya.

Mata yang enggan terpejam, tiba-tiba terlintas wajah kedua orangtuanya.

“Ayah, Ibu, bagaimana aku menyampaikan semua ini pada kalian? Membayangkannya saja aku tidak sanggup.” Batin Yasmin bergumam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 8. Membantah Perasaan

    “Pernikahan ini harus dilakukan secara diam-diam. Tidak ada pesta, tidak ada publikasi, bahkan tidak ada cincin yang harus dipamerkan,” suara Dava terdengar dingin, kedua tangannya bersedekap. Tatapannya lurus ke arah Oma Indira, tanpa goyah sedikit pun. Oma Indira meletakkan cangkir tehnya dengan suara kecil "ting", matanya menajam. “Kamu sadar kamu bicara soal pernikahan, Dava? Yasmin itu calon istrimu, bukan pegawai kontrak yang bisa kamu sembunyikan di balik rapat perusahaan.” Yasmin menunduk, jemarinya saling mengait di pangkuan. Degup jantungnya terdengar lebih keras daripada denting sendok di ruangan privat itu. “Aku tidak mau Sonia tahu tentang ini,” Dava akhirnya bicara, nadanya datar. “Dava!” suara Oma meninggi, menahan amarah. “Kamu masih berani menyebut nama perempuan itu di depan Yasmin? Di depan gadis yang sudah berkorban begitu banyak demi keluarga ini?” Yasmin mendongak sekilas, menatap Dava, lalu kembali menunduk. Nama Sonia seolah selalu membayangi hidupnya.

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 7 Bukan Staff Biasa

    “Besok malam, kamu ikut aku ke vila,” suara Dava tiba-tiba terdengar di ujung telepon. Nada suaranya dingin, tapi Yasmin bisa merasakan ada ketegangan terselip di baliknya.“Vila…? Untuk apa?” Yasmin berusaha terdengar tenang, meski dadanya berdebar.“Pertemuan keluarga. Oma ingin bicara detail tentang pernikahan kita. Kamu harus ada di sana.”Yasmin tercekat. Kata pernikahan itu lagi-lagi menghantam jantungnya.“Dava… apa kamu yakin ini keputusan yang tepat? Aku—”“Yasmin.” Suaranya berat, memotong kalimatnya. “Kamu sudah menandatangani perjanjian itu. Tidak ada jalan mundur.”Yasmin menggenggam ponselnya lebih erat. “Tapi… bagaimana dengan keluargaku? Mereka belum tahu apa-apa.”“Akan ada waktunya. Untuk sekarang, cukup lakukan perintahku.”Hening. Hanya napas Yasmin yang terdengar putus-putus.“Dava, kamu tidak bisa terus memperlakukanku seperti apa yang kamu inginkan. Aku manusia, bukan pion catur.”Dava terdiam sesaat, lalu suaranya melunak.“Aku tahu. Tapi kamu juga harus tahu

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 6. Debaran Hati yang Tak Menentu

    Lobi kantor sore itu tidak seramai biasanya. Yasmin baru saja melangkah keluar dari lift ketika seorang pria berjas hitam menghampirinya.“Maaf, Anda Yasmin?” tanyanya sopan.Yasmin menoleh, ragu. “Iya… ada apa, Pak?”“Saya sopir pribadi Nyonya Indira. Beliau meminta saya menjemput Anda. Ada hal penting yang ingin beliau bicarakan.”Degup jantung Yasmin langsung berderap. Nama itu membuatnya tercekat. Nenek Dava?Tanpa banyak bertanya, ia mengikuti sopir itu menuju sebuah restoran mewah milik keluarga Leonardo.Di ruangan privat yang tenang dan elegan, Oma Indira sudah menunggunya dengan senyum hangat.“Yasmin, kemarilah. Anggap saja aku Oma kamu sendiri.”Pertemuan itu berjalan lebih lembut dari yang Yasmin bayangkan. “Yasmin, Oma dengar kamu sudah menyetujui persyaratan dari Dava untuk menjadi calon istrinya, apa itu benar?”“Betul Oma. Tempo hari saya sudah menandatangani perjanjian tersebut.” “Syukurlah. Oma lega mendengarnya. Itu artinya, acara pernikahan kalian akan segera dil

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 5. Keputusan Menjadi Seorang Istri

    “Ada apa Bapak tiba-tiba memanggilku?” suara Yasmin terdengar pelan, tapi cukup bergetar.Ia berdiri di depan ruangan CEO dengan tangan yang dingin. Di balik pintu itu, ada keputusan yang bisa mengubah hidupnya selamanya. Ia menelan ludah, lalu mengetuk tiga kali.“Masuk,” suara berat itu langsung memecah kegugupannya.Yasmin melangkah masuk. Aroma khas ruangan Dava—perpaduan kayu jati dan kopi hitam—langsung menyergapnya. Pria itu duduk dengan wajah dingin, jemari mengetuk pelan meja kaca. Tatapannya tajam, seolah bisa menembus pertahanan Yasmin hanya dengan sekali lirikan.“Kamu sudah pikirkan keputusanmu?” tanyanya tanpa basa-basi.Yasmin menarik napas. “Saya… sudah.”Dava mencondongkan tubuh ke depan, tatapannya semakin menusuk. “Dan?”“Saya… setuju.”Sunyi sejenak. Hanya terdengar detik jam dinding berdetak lambat.Dava bersandar ke kursinya. Senyum tipis, nyaris sinis, muncul di wajahnya. “Jadi kamu rela menikah denganku dengan syarat yang sudah kuajukan? Tanpa pesta, tanpa peng

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 4. Ancaman yang Menyeramkan

    “Berhenti ikut campur, sebelum kamu menyesal.” Pesan itu muncul begitu saja di layar ponsel Yasmin, tepat ketika ia sedang membereskan meja kerjanya sore itu. Jantungnya berdegup kencang. Tangannya gemetar, hampir saja menjatuhkan ponsel. Ia menoleh kanan-kiri, memastikan tak ada yang memperhatikan. Tapi ruang kerja terasa terlalu sunyi. Sunyi yang justru menekan. "Siapa yang mengirim ini? Sonia? Atau seseorang yang tahu aku merekam mereka?" Yasmin buru-buru mengunci ponselnya. Tapi bayangan rekaman suara Sonia kembali berputar di kepalanya—tawa dingin wanita itu, kalimat “semua harta itu jadi milikku,” dan janji manisnya untuk kabur ke Paris bersama pria lain. Ia meremas jemarinya hingga buku-buku jari memutih. “Apa aku harus kasih tahu Pak Dava… atau tidak?” bisiknya, suara nyaris hilang ditelan dentuman jantungnya sendiri. Suara pintu diketuk membuatnya tersentak. “Yasmin.” Suara bariton itu begitu dikenal. Ia menoleh. Dava berdiri di ambang pintu ruangannya, dengan jas

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 3. Tugas Baru yang Tak Masuk Akal

    “Ma… jangan paksa Dava seperti itu,” suara Leonardo terdengar lirih, seolah menahan letupan emosi. Oma Indira menoleh tajam pada putranya. “Kamu belum tahu seperti apa gadis yang Mama maksud.” Leonardo menghela napas. “Justru karena kita nggak tahu, Ma… aneh kan, Mama bisa-bisanya menjodohkan Dava dengan orang asing?” “Tapi Mama yakin, gadis itu jauh lebih baik daripada perempuan pilihan anakmu.” “Maksud Mama Sonia?” Leonardo menatap ibunya dalam. “Ma… wajar, dia lulusan luar negeri. Pergaulannya beda, caranya bicara juga lain. Tapi itu bukan masalah besar.” Tatapan Oma Indira mengeras. “Kamu berani membantah keputusan Mama?” suaranya meninggi. “Ingat, setiap keputusan Mama selalu yang terbaik. Sama seperti dulu… saat Mama menjodohkan kamu dengan Reyna. Dan lihat sendiri, sampai sekarang kalian tetap baik-baik saja.” “Mama—” “Keputusan Mama nggak bisa diganggu gugat!” Oma Indira beranjak, gaun batiknya berdesir menambah wibawa. Leonardo hanya terdiam. “Bagaimana kala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status