Home / Urban / Istri Sah CEO Idaman / Bab 6. Debaran Hati yang Tak Menentu

Share

Bab 6. Debaran Hati yang Tak Menentu

Author: Kala Senja
last update Huling Na-update: 2025-08-28 14:55:18

Lobi kantor sore itu tidak seramai biasanya. Yasmin baru saja melangkah keluar dari lift ketika seorang pria berjas hitam menghampirinya.

“Maaf, Anda Yasmin?” tanyanya sopan.

Yasmin menoleh, ragu. “Iya… ada apa, Pak?”

“Saya sopir pribadi Nyonya Indira. Beliau meminta saya menjemput Anda. Ada hal penting yang ingin beliau bicarakan.”

Degup jantung Yasmin langsung berderap. Nama itu membuatnya tercekat. Nenek Dava?

Tanpa banyak bertanya, ia mengikuti sopir itu menuju sebuah restoran mewah milik keluarga Leonardo.

Di ruangan privat yang tenang dan elegan, Oma Indira sudah menunggunya dengan senyum hangat.

“Yasmin, kemarilah. Anggap saja aku Oma kamu sendiri.”

Pertemuan itu berjalan lebih lembut dari yang Yasmin bayangkan.

“Yasmin, Oma dengar kamu sudah menyetujui persyaratan dari Dava untuk menjadi calon istrinya, apa itu benar?”

“Betul Oma. Tempo hari saya sudah menandatangani perjanjian tersebut.”

“Syukurlah. Oma lega mendengarnya. Itu artinya, acara pernikahan kalian akan segera dilangsungkan.”

Meski berat, Yasmin mengangguk setuju. Senyum tulus Oma, genggaman tangannya yang hangat, membuat Yasmin merasa diterima—meski ia tahu, mulai hari ini hidupnya akan penuh rahasia.

Namun Yasmin juga sadar: ada alasan besar di balik pilihan Oma Indira. Alasan yang belum pernah diucapkan secara terang-terangan.

***

Beberapa waktu kemudian di ruang kerja Dava, suasana berbeda. Sonia tiba-tiba muncul dengan blazer putih elegan, menatap Dava dengan senyum manja.

“Sayang, surprise!”

Dava mendongak dari laptopnya. Biasanya ia akan membalas dengan senyum tipis, tapi kali ini ekspresinya dingin. Sonia merasakannya—ada jarak yang belum pernah ada sebelumnya.

Tak lama, pintu diketuk. Yasmin masuk, membawa map cokelat.

“Permisi, Pak. Ini dokumen yang Anda minta.”

Langkahnya terhenti sejenak ketika melihat Sonia duduk di meja kerja Dava. Yasmin menunduk sopan, menutupi kegugupannya.

“Kenapa baru sekarang?” suara Dava terdengar tegas.

“Saya mohon maaf, Pak. Ada beberapa urusan di luar kantor.” Jawaban aman, tapi hatinya berdegup. Ia tidak bisa menceritakan pertemuannya dengan Oma Indira.

Sonia menyeringai tipis.

“Yasmin, ya? Lagi-lagi aku melihatmu untuk menemui Dava, kalau tidak…kamu habis menemui Dava.”

“Kurasa..sekertaris lain tidak sesering ini keluar-masuk ruang CEO.” Lanjut Sonia.

Yasmin menahan diri, ia tetap tersenyum sopan.

“Saya hanya menjalankan tugas, Bu.”

Tatapan tajam Sonia seperti menguji, sementara Dava diam, hanya memandangi Yasmin dengan sorot mata yang sulit ditebak.

Ketika Yasmin pamit, Dava tiba-tiba menahannya.

“Yasmin… apa benar tidak ada alasan lain kamu terlambat menyerahkan dokumen itu?”

Yasmin menelan ludah. Sebuah jeda singkat terasa begitu panjang. Lalu ia menjawab tenang,

“Tidak ada, Pak. Hanya pekerjaan tambahan dari divisi lain.”

Dava menatapnya lebih lama dari biasanya, seolah mencari kebenaran di balik kata-katanya. Namun akhirnya ia hanya mengangguk pelan.

Yasmin keluar, menutup pintu perlahan. Dari balik celah terakhir sebelum pintu tertutup, ia sempat melihat Sonia menatap Dava dengan sorot curiga, sementara Dava sendiri justru termenung, matanya kosong.

“Sayang, apa dia menarik dimatamu?”

Tanya Sonia penuh curiga.

“Kamu ini nanya apa sih? Mana mungkin aku tertarik sama dia. Dia hanya sekertarisku.”

“Tapi…hatiku berkata lain.” Sahut Sonia sambil menyodorkan wajahnya mendekati Dava dengan agresif.

“Tidak sayang, kamu jangan berpikir yang macam-macam.” Bantah Dava gugup.

“Kalau sampai Sonia tahu apa yang sebenarnya terjadi, semuanya bisa berantakan.” Batin Dava. Raut wajahnya berusaha menghindar dari tatapan Sonia yang begitu dekat.

“Kenapa sih kamu kelihatan gak nyaman gitu sayang?” Tanya Sonia.

“Jangan bersikap seperti ini di ruanganku, Sayang.”

“Tapi kita sudah lama…” rengek Sonia manja.

“Ya…tapi tidak disini sekarang. Ini kantor, dan masih jam kerja, sayang.” Dava memberanikan diri menjauhkan tubuhnya dari Sonia. Sikap Dava tentu membuat Sonia kesal.

“Aku curiga kamu sedang dekat kan dengan perempuan lain? Buktinya sikap kamu sama aku saja berubah tidak seperti dulu. Ada apa sih?”

“Tidak, sayang…tidak ada perempuan manapun yang mendekatiku. Percayalah. Aku hanya sedang banyak sekali pekerjaan.”

“Benarkah seperti itu, Dava?”

“Percayalah Dava, jika Jika ada perempuan lain yang mencoba merebutmu dariku… dia akan menyesal.”

Tangannya mengepal di pangkuan, dan dalam diam ia sudah menetapkan tekad.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 35. Selalu Ditolak

    Suara langkah mendekat terdengar dari arah pintu kaca. Yasmin mengangkat kepala, sedikit terkejut saat melihat Adrian berdiri di sana, menenteng map hitam di tangan.“Permisi,” sapa Adrian dengan senyum sopan. “Boleh aku masuk?”“Oh—ya, tentu. Silakan, Pak Adrian.” Yasmin buru-buru berdiri, merapikan kemejanya.“Jangan terlalu formal begitu, Yasmin. Ini sudah jam istirahat, panggil saja Adrian, seperti dulu,” katanya sambil duduk di kursi depan meja Yasmin.Yasmin tertawa kecil. “Kalau di kantor, aku tetap harus jaga sikap. Lagipula, kita sekarang rekan kerja.”Adrian menatapnya dalam. “Dan dulu, kita apa?”Yasmin menunduk. “Masa lalu.”Keheningan sesaat mengisi ruangan. Adrian membuka mapnya, lalu meletakkan beberapa lembar kertas di atas meja.“Ini revisi dari Dava. Aku butuh tanda tanganmu di sini, kalau tidak keberatan.”Yasmin mengambil berkas itu. Tapi tangannya sedikit bergetar saa

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 34. Akan Menikah Lagi

    Lagi-lagi suara ponsel berdering. Kali ini bukan dari ponsel Dava, melainkan dari ponsel Yasmin sendiri. Adrian..nama itu seketika membuat Yasmin terhenyak dan menghapus air matanya. “Assalamu’alaikum…” “Waalaikumsalam, Yasmin. Apa aku mengganggumu?” Suara Adrian yang terdengar lembut di telinga Yasmin, membuatnya ingin meluapkan segala penat yang ia rasakan saat itu, tapi mana mungkin. Sementara…status pernikahannya sendiri dengan Dava tak diketahui siapapun.“Tidak. Ada apa Adrian?”“Yasmin….” suara Adrian tiba-tiba terputus. Ponsel Yasmin direbut Dava tiba-tiba saat ia baru saja keluar dari kamar mandi.“Adrian?” Suara Dava penuh tekanan, matanya terbelalak begitu dekat dengan wajah Yasmin. “Jadi, dia sering menelpon mu di luar jam kerja? Malam-malam begini?” “Kamu tidak sopan sekali, Dava! Kamu tidak berhak merebut ponselku saat aku sedang menelpon!” Yasmin semakin geram menatap wajah Dava. Kharismanya sebagai seorang suami sudah hilang seketika setelah ia mengetahui Dava aka

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 33. Bangkai yang Tercium

    Suasana rumah malam itu cukup tenang. Yasmin baru saja masuk setelah seharian bekerja, ditambah pertemuan dengan ibunya di kafe. Ia menaruh tas di meja, melepas blazer, lalu duduk sebentar untuk melepas lelah.Tak lama, Dava menyusul, ia pun baru sampai rumah.“Kamu baru pulang?” tanya Dava datar.Yasmin mengangguk sambil tersenyum tipis. “Iya. Tadi aku sempat ketemu Ibu dulu sebentar. Dia mengajakku ke kafe.”“Ketemu Ibu?” Dava menghentikan langkahnya. “Bicara apa kalian?”“Biasa saja,” jawab Yasmin santai. “Ibu hanya menanyakan kabar rumah tangga kita.” Dava mengerutkan kening. “Bertanya tentang rumah tangga kita? Memangnya kenapa dengan rumah tangga kita?”Yasmin mengangguk lagi. “Iya. Ibu khawatir kalau aku tidak cukup peka padamu. Dia takut kamu—” Yasmin terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “—jatuh ke pelukan perempuan lain.”Dava langsung menegang. “Apa? Ibu berbicara soal itu?”“Ya, itu kekhawatiran Ibu,” jelas Yasmin cepat. “Tapi aku sudah meyakinkan Ibu. Aku bilang kamu l

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 32. Bertemu dengan Ibu

    Bu Salma muncul dengan langkah hati-hati. Wanita itu tersenyum tipis ketika menemui putrinya, Yasmin di sebuah Cafe sore itu.“Yasmin… sudah lama menunggu?” tanya Bu Salma sambil duduk di hadapan putrinya. Sebelumnya, Bu Salma sengaja meminta Yasmin untuk bertemu.“Tidak, Bu. Aku juga baru sampai,” jawab Yasmin lembut. “Ibu kelihatan capek. Dari butik, ya?”“Iya.” Bu Salma menaruh tas kecilnya di kursi. “Pekerjaan sedang banyak. Tapi tidak apa-apa, asal kamu baik-baik saja.”Yasmin mengangguk. “Aku baik-baik saja, Bu. Tidak usah khawatir.”Sejenak keheningan tercipta. Hanya bunyi sendok yang beradu dengan cangkir dari meja lain terdengar. Bu Salma menarik napas panjang, lalu menatap Yasmin dengan mata yang bergetar.“Yasmin…” suara Bu Salma terdengar hati-hati. “Ibu ingin tanya sesuatu.”Yasmin menegakkan tubuhnya. “Tanya apa, Bu?”“Rumah tanggamu dengan Dava…” Bu Salma menelan ludah. “Apakah semuanya baik-baik saja?”Pertanyaan itu membuat Yasmin terdiam. Ia menatap wajah ibuny

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 31. Merahasiakan Kebenaran

    Di luar butik, Bu Salma berdiri dengan gemetar, matanya merah karena tangis yang ditahan. Dava berhasil menyusul, menarik napas tersengal.“Bu… tolong, dengarkan dulu. Jangan bawa ini ke keluarga. Jangan sampai Yasmin tahu.”Bu Salma menoleh, menatapnya dengan pandangan penuh luka. “Apa kamu tega mengatakannya padaku seperti itu? Kamu ingin aku diam? Kamu ingin aku berpura-pura tidak melihat kenyataan kalau menantuku sedang berselingkuh dan akan menikah dengan perempuan lain?!”Dava menggenggam tangan mertuanya. “Bu, saya mohon. Ini semua belum pasti. Saya hanya… terjebak. Saya tidak ingin semua semakin kacau.”“Tidak ingin semuanya semakin kacau?! Saya tidak menyangka punya menantu pengecut seperti kamu!” suara Bu Salma pecah. “Kamu sudah melukai putriku, Dava! Sejak pertama kali kamu biarkan perempuan itu masuk ke hidupmu, kamu sudah menghancurkan hati anakku!”“Meskipun pernikahan kalian terpaksa karena perjodohan Nyonya Indira, dan mungkin tanpa cinta. Tapi bukan berarti kamu bi

  • Istri Sah CEO Idaman   Bab 30. Menantu Pengkhianat

    “Sayang… ayo cepat, aku ingin lihat koleksi terbaru mereka.” Sonia menarik lengan Dava begitu memasuki butik pengantin yang mewah itu. Kristal lampu gantung berkilau, gaun-gaun putih berjajar indah di balik kaca.Dava menahan napas panjang. “Sonia, bukankah aku sudah bilang? Pernikahan kita hanya acara kecil, tidak perlu ribet memilih gaun.”Sonia mendengus, melepas genggaman tangannya. “Kamu pikir aku akan menikah diam-diam dengan tampilan seadanya? Tidak, Dava. Sekecil apapun acaranya, aku tetap ingin terlihat seperti ratu.”Dava tidak menjawab. Ia hanya mengikuti Sonia yang berjalan anggun dengan sepatu hak tingginya, berbicara kepada pramuniaga butik.“Selamat siang, saya ingin mencoba koleksi terbaru gaun pernikahan. Bisa tolong bawakan yang ukuran badan saya?” Sonia menyebutkan detail ukuran tubuhnya.Pramuniaga tersenyum ramah,“Boleh mbak, mari ikut saya..” pramuniaga itu lalu berlalu ke bagian belakang bersama Sonia.“Kamu tunggu disini ya sayang..” Dava menghela napas lag

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status