“Wah, Mama, lihat! Ada sapi!” seru Archer penuh semangat. Suara celotehan Archer dan jawaban Anna terdengar sepanjang jalan, Zack dan Keith duduk di kursi depan, sedangkan Anna dan Archer menempati kursi belakang. Anna sesekali melirik ke arah kaca spion tengah dan bertatapan dengan sepasang mata yang menatapnya dengan tajam. Anna hanya melemparkan senyum tipis, lalu kembali memalingkan wajahnya dan bercanda dengan Archer.Zack sebenarnya merasa sedikit bingung dengan tingkah laku tuannya. Dia menginginkan istri dan anaknya pulang bersamanya, namun dia sama sekali tidak terlihat bahagia.“Ah, sepertinya hari-hari Nyonya akan sulit,” desah Zack di dalam hatinya.Hanya dalam satu jam perjalanan, Archer sudah tidur di pangkuan Anna. Anna menatap lembut dan membelai rambut anaknya. Semua gerak-geriknya tidak lepas dari perhatian Keith.“Apakah kamu tidak ingin menanyakan tentang keadaan keluargamu?” tanya Keith tiba-tiba.Anna tertegun dan gerakan tangannya berhenti sejenak di udara. Sete
“Tiana!” Nada suara Keith semakin berat, seolah-olah menuntut Anna untuk mematuhinya.Anna mencondongkan tubuhnya ke depan, mendekati telinga Keith lalu berbisik pelan, “bisakah kamu berbicara dan bersikap lebih lembut kepada kami? Kalau kamu setuju, aku akan memberitahu Archer untuk memanggilmu ‘Papa’.”Wajah Keith sudah sehitam dasar panci. Dia tidak menduga Anna akan berani mengajukan permintaan kepadanya. Dia menggertakkan gigi dan bertanya dengan suara rendah, “apakah kamu sedang mempermainkanku?”“Mengapa? Bukankah kamu menjemput kami untuk memperbaiki hubungan kita?” bisik Anna berterus terang.“Dalam mimpimu!” dengus Keith dingin.“Lalu, mengapa kamu terus mencariku dan mengajakku pulang?” celetuk Anna kesal. Dia tidak tahu mengapa laki-laki ini sangat sulit untuk dibujuk.Keith terdiam, sama sekali tidak terlihat berniat menjawab pertanyaan Anna.“Baiklah, kalau begitu silahkan menikmati panggilan ‘Paman’,” desah Anna seraya menyandarkan tubuhnya kembali ke kursi mobil. Kei
Keith menghembuskan nafas berat, setelah itu dia memerintahkan Zack, “bawa Archer ke dalam kamarnya.”“Baik, Tuan,” jawab Zack patuh. Dia tidak berani menunda lagi dan bergegas menggandeng Archer, membawanya masuk ke dalam rumah.Keith menatap Anna, lalu berkata dengan nada tidak senang, “ini semua salahmu.”“Hei, daripada menyalahkanku, bagaimana kalau kita memikirkan solusinya?” celetuk Anna seraya berjalan mendekat.Keith menatap Anna dengan waspada, “solusi? Solusi apa?”“Bagaimana kalau begini. Setiap kali ada Archer, kamu berpura-puralah bersikap lembut kepadaku. Kita tunjukan kepadanya kalau hubungan kita baik-baik saja. Aku yakin dia akan mulai membuka hatinya kepadamu,” saran Anna.“Tidak. Aku bisa membuatnya menyukaiku tanpa bantuanmu,” tolak Keith seraya berjalan pergi meninggalkan Anna.Anna menggeleng pelan dan berkata di dalam hatinya, “Keith benar-benar keras kepala.” Setelah itu, dia berlari mengikuti Keith masuk ke dalam rumah.Anna melihat sekeliling ketika memasuki
Keith berjalan menaiki tangga, menuju kamar yang telah dia sediakan untuk Archer. Kamar itu terletak tidak jauh dari kamarnya dan juga kamar Anna. Hanya dipisahkan oleh ruang keluarga.Setelah sampai di depan pintu kamar, Keith menarik nafasnya dalam-dalam, menenangkan dirinya sejenak. Dia selalu tenang setiap kali menghadapi bisnis-bisnis besar. Namun entah mengapa, dia menjadi gelisah ketika harus menghadapi anak yang belum genap berusia 3 tahun.Setelah Keith merasa sedikit tenang, dia memberanikan dirinya untuk mengetuk pintu.Tok! Tok! Tok!Hening. Tidak ada jawaban dari dalam kamar.Keith mengerutkan alisnya, lalu kembali mengetuk pintu. Akhirnya, sebuah suara bayi terdengar dari dalam ruangan.“Siapa?” tanya Archer.“Ini aku … ini Papa,” jawab Keith tegang.Hening. Tidak ada jawaban lagi dari balik pintu.“Archer, bisakah Papa masuk? Papa ingin mengobrol denganmu,” tanya Keith lagi.Akhirnya, suara langkah kaki berjalan mendekati pintu. Tanpa sadar, sudut bibir Keith menyungg
Anna mengangguk dengan antusias, “ya, berkebun! Aku ingin menanam sayuran dan buah-buahan. Apakah kamu mengetahui dimana aku bisa melakukannya?”“Itu … sebentar Nyonya. Biar aku bertanya kepada Tuan dulu,” kata Rose. Bagaimana kalau tuannya marah karena melihat nyonya mereka berkebun? Rose bergegas berjalan menuju sudut tembok, mengeluarkan HPnya lalu menekan layar telepon genggamnya. Tidak lama kemudian, suara seorang pria terdengar di seberang telepon.“Halo? Apakah dia berulah?” tanya Keith. “Tidak, Tuan, bukan seperti itu,” sangkal Rose cepat.“Lalu?” tanya Keith.“Nyonya … Nyonya ingin berkebun,” jawab Rose.“Berkebun?” Keith menduga dirinya salah dengar. Dia tidak pernah mendengar Tiana menyukai kegiatan berkebun sebelumnya.“Iya Tuan, berkebun,” jawab Rose.“Apakah maksudmu berkebun seperti memegang tanah, cangkul, menanam tanaman?” Keith tiba-tiba saja merasa dirinya sedikit bodoh.“Ya,” jawab Rose sedikit geli. Dia sudah bekerja di rumah keluarga Wilson semenjak Keith lahir
“Ya, dia memang Papamu,” jawab Anna seraya mengangguk.“Lalu, kenapa selama ini dia meninggalkan kita?” tanya Archer.Anna tercekat. Dia tidak menduga Archer akan tiba-tiba saja menanyakan pertanyaan ini. Berapa umurnya? Dia belum berusia 3 tahun tapi pemikirannya selalu terlihat lebih dewasa dari anak seumurannya.Setelah beberapa saat, Anna menggeleng pelan. Dia menjawab dengan wajah menyesal, “tidak. Bukan Papamu yang meninggalkan kita. Tapi Mama yang pergi meninggalkan Papa.”Ketika mendengar jawaban Anna, Archer terlihat sedikit bingung, “mengapa Mama meninggalkannya? Apakah karena dia selalu bersikap jahat kepada Mama?”Anna menghela nafas pelan dan tersenyum kecut, “tidak. Ada beberapa kesalahpahaman antara Mama dan Papa di masa lalu. Ini semua salah Mama. Tapi sekarang, demi Archer, kami akan memperbaikinya. Mama harap Archer bisa mulai menerima keberadaan Papa.”“Selama dia bersikap baik kepada Mama, aku pasti akan bersikap baik kepadanya juga!” jawab Archer tegas. Dia tetap
Suasana di ruang makan tampak hening, hanya terdengar suara dentingan garpu dan pisau. Archer melirik kedua orang tuanya dari waktu ke waktu, berusaha menilai mereka. Tapi, bagaimana mungkin anak berusia 2 tahun bisa mengalahkan pengalaman orang dewasa?Keith dan Anna menyadari tatapan menilai Archer dan mereka berpura-pura tidak tahu.Anna berdehem, menoleh ke arah Keith dan bertanya dengan nada lembut, “Sayang, apakah kamu ingin menambah sesuatu? Steak? Atau mashed potato mungkin?”Keith masih merasa kikuk dengan panggilan Anna, tubuhnya kembali menegang. Tapi dia berusaha menjaga ketenangannya di permukaan dan menjawab, “tidak, terima kasih.”Anna menoleh ke arah Archer, “bagaimana denganmu? Apakah kamu ingin tambah sesuatu?”Archer menggelengkan kepalanya pelan dan menjawab dengan sopan, “tidak, Mama. Aku sudah kenyang, terima kasih.”Setelah itu, suasana kembali hening hingga mereka semua menyelesaikan makan malam. “Bagaimana kalau kita berjalan-jalan sebentar di taman untuk men
“Sayang, jam berapa kamu akan pulang hari ini?” tanya Anna. Dia dan Archer sedang berjalan menuju teras untuk mengantarkan Keith yang hendak pergi bekerja. Keith melirik ke arah Anna, lalu Archer yang juga sedang menatapnya. Dia menjawab dengan hati-hati, “seperti biasa, sekitar jam 7 malam.”Anna mengangguk puas. Dia lalu menunduk dan berbicara kepada Archer, “Papamu akan berangkat kerja. Ayo, katakan sesuatu.”Archer melihat ke arah Keith, lalu berkata dengan sedikit ragu-ragu, “hati-hati di jalan.” Pada akhirnya, dia tetap belum bisa memanggilnya dengan sebutan Papa. Dia masih bisa melihat sikap Keith yang kaku kepada ibunya.Raut wajah Keith sedikit melembut ketika mendengar perkataan anaknya. Setidaknya hubungan mereka sudah mengalami kemajuan. Dia mengangguk kepadanya Ketika ketiga orang itu hampir sampai di depan pintu ketika mereka terdengar beberapa suara langkah kaki yang mendekat dari arah balik pintu. Alis Keith sedikit mengernyit, merasa tidak senang. Pelayan mana yang