Share

Bab 6. Apartemen

Airina mengerutkan kening. “Maaf, Nona. Siapa yang Anda maksud pelacur itu?” balasnya kesal.

Seketika Gamma menarik tubuh Airina. Tangannya bahkan menarik rambut Airina dengan kuat.

“Bodoh, pelacur itu kau!” tunjuk Gemma pada Airina, “perebut tunangan orang sama saja dengan pelacur murahan! Dengan penampilanmu yang seperti gelandangan, Arsen pasti tak tertarik denganmu jika kamu tidak melemparkan tubuhmu, kan?!”

“Hei, wanita murahan!" tambahnya lagi, "akan kupastikan kau menjauh dari sisi Arsen karena--"

"Arrgh," pekik Airina menahan sakit. Namun, baru saja ia ingin membalas, Arsen tiba-tiba datang.

"Gemma, hentikan!” teriaknya.

Kedatangan Arsen sontak membuat Gemma melepaskan cengkramannya dari rambut Airina.

Secepat kilat, wajah Gemma berubah sangat memelas dan seolah sangat tidak berdosa.

“Darl, pelacurmu itu yang memulai dulu, A-aku hanya memberinya pelajaran,” jelas Gemma dengan suara yang dibuat-buat.

‘Huek,’ gumam Airina dalam hati. Rasanya, dia ingin membalas jambakan Gemma jika wanita itu dalam keadaan sadar.

Sementara itu, Arsen menahan senyum melihat ketenangan Airina.

Dia pun berdiri di samping istri kontraknya itu dan merangkulnya mesra. “Wanita yang kau sebut pelacur itu istriku. Sekali kau mengganggunya, kau akan tahu akibatnya!”

Gemma sontak seperti cacing kepanasan. “Tapi, Darl. Dia tidak lebih cantik dari aku, lihatlah penampilannya itu sangat … kampungan!” ujarnya tak terima, "kau pasti bercanda, kan agar aku cemburu?"

"Tidak mungkin dia istrimu!" bentaknya lagi.

Arsen menatap dingin mantan tunangannya itu. “Mau dia kampungan atau apa pun itu, bukan urusanmu, Nona Gemma! Silakan keluar dari apartement saya, atau saya akan memanggil peihak berwajib!” gertaknya.

Namun, Gemma adalah Gemma. Dia masih keras kepala dan merasa Arsen miliknya.

Bosan melihat pemandangan di depannya, Airina sontak ke dalam rumah.

Diambilnya buku nikah yang baru saja mereka dapatkan, lalu memberikannya pada Gemma. "Kurasa kau tidak bodoh, kan?" ucap Airina tegas.

Melihat itu, mata Gemma membulat.

“I-ini pasti bohong ‘kan, Darl?” tanya Gemma dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "ini akal-akalan jalang ini, ‘kan?” suara Gemma yang bergetar penuh kesedihan.

Arsen meraih pinggang Airina, memeluk erat tubuh ramping istri kontraknya itu.

“Aku tidak perlu memberikan jawaban atas pertanyaanmu, buku nikah itu adalah bukti kami sudah sah menjadi suami istri,” jelas Arsen tegas.

“Sadar, Gemma! Keluarga Pinault sudah memutuskan pertunangan bisnis dengan keluarga Dassault,” tambahnya dengan tegas.

Mendengar itu, Gemma tampak semakin emosi. Tanpa diduga,  ia berlari ke arah Airina dan melayangkan sebuah tamparan keras.

Plak!

“Dasar murahan!” pekik Gemma dengan penuh emosi.

Airina menyentuh pipinya yang kini merah, menahan sakit pada pipinya yang kini teramat nyeri.

Sementara itu, wajah Arsen mengeras.

Ditariknya paksa tangan Gemma dan menjauh dari Airina. "Keluar sekarang kalau kau tak mau keluargamu kubuat miskin."

Gemma terdiam.

Itu pertama kalinya seorang Arsen tampak sangat menakutkan.

Seketika wanita itu sadar posisinya. Sembari berpura-pura menangis, Gemma melangkahkan kakinya keluar dari kawasan apartemen itu.

“Lihat saja, Arsen! Kau hanya boleh jadi milikku!” pekiknya tak mempedulikan orang-orang memperhatikan dirinya.

****

"Jalang?" lirih Airina pelan, "pelacur?"

Entah mengapa malam itu, mata Airina enggan terpejam. Kata pelacur masih terngiang-ngiang di kepalanya. Ternyata menikah dengan Tuan muda Pinault tidak segampang yang dia mudah.

Dia pikir ini hanya melibatkan dirinya dan Arsen saja. Ternyata, mantan tunangan pria itu ingin ikut di dalamnya.

“Huh! Aku sebenarnya bisa menuntut ganti rugi atas pelecehan secara verbal dari Nona Gemma!” gumamnya kesal.

Berbagai rencana untuk membalas tindakan Gemma ada di angan Airina.

Sayangnya, ia sadar bahwa itu tak mungkin dilakukan.

Jadi, Airina pun beranjak dari ranjang.

Kriet!

Tangannya memegang erat kenop pintu yang kini tertutup rapat.

Namun, baru saja membalikan badan, Airina melihat Arsen yang sudah berdiri di depan pintu dengan piyama yang sedikit terbuka.

Dada bidang dan perut kotak-kotak suami kontraknya itu bahkan terlihat. 

“Airina …?”

“Arsen!” pekik Airina yang tergugup, tetapi matanya terus memperhatikan pemandangan luar biasa di depannya!

Menyadari pandangan mata sang istri, Arsen berdeham menormalkan suara. “Mau ke mana?” tanyanya singkat.

“Aku ingin mencari udara segar," ucap Airina sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "sepertinya, aku merasa tidak nyaman akibat ucapan Gemma. Aku--”

Tanpa diduga, Arsen tiba-tiba menggenggam tangan Airina dan membawanya duduk di ruang tamu.

“Jadi?” tegasnya dengan tatapan intens.

“Ehem," deham Airina mencoba tenang, "mungkin, ini terkesan lancang. Namun, aku ingin meminta uang dukungan di luar gaji pernikahan kontrak!” jawabnya dengan tegas.

Melihat Arsen hanya menaikkan alis, Gemma pun menambahkan, “Aku merasa dilecehkan secara verbal oleh Nona Gemma, yang menganggap aku ini pelacur.” 

Airina menunduk. Dia sudah siap bila Arsen akan mengatainya atau menganggapnya matre.

Namun, pria itu justru mengeluarkan selembar kertas putih dan bolpoin di atas meja. “Tulis di sini apa yang kau mau!” tegasnya.

Mata Airina membulat. “Semudah itu?” tanyanya tak percaya. “Apa kalau aku minta separuh dari hartamu, kau akan memberikannya?” 

“Mungkin?" ucap Arsen, "bukankah harta suami artinya harta milik istrinya jjuga?"

"Hah?" beo Airina tanpa sadar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status