Wanita Lain di Hati Papa

Wanita Lain di Hati Papa

last updateLast Updated : 2025-08-01
By:  KARTIKA DEKAUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
101Chapters
3.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Mendapati papanya datang ke rumah wanita lain dan bersikap layaknya seorang laki-laki yang sedang mencintai, membuat Alya berang dan melabrak perempuan yang dianggap akan merusak keutuhan keluarganya. Namun, siapa sangka, Alya justru mendapat sebuah kejutan yang membuat hatinya hancur. Siapa sebenarnya wanita itu?

View More

Chapter 1

1

POV ALYA

"Al, itu Papa kamu kan?" tanya Audi ketika kami baru saja akan naik motor setelah nongkrong di cafe langganan sejak masa kuliah.

Aku spontan menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Audi. Seorang pria yang sangat familier baru saja keluar dari sebuah toko kue ternama. Dia membawa kotak kue dan berjalan menuju mobilnya. Benar saja, itu cinta pertamaku. 

"Iya, itu Papa," ujarku senang. Aku langsung berseru memanggilnya, "Pa! Papa!"

Namun, Papa sudah masuk ke dalam mobil dan mobilnya mulai bergerak. Papa sepertinya tidak mendengar panggilanku. Aku menghela napas kecewa, padahal aku sudah berteriak memanggilnya, sampai urat leherku terasa tegang.

"Yaah .…"

Audi menatapku sekilas sebelum menyerahkan helm padaku. "Ya udahlah, sama aku aja. Kan kita satu tujuan," katanya.

Aku ragu sejenak sebelum akhirnya menerima helm dan naik ke boncengan. 

"Rumah kamu kan lebih dekat. Kalau aku sama Papa, kamu nggak perlu nganter aku dulu," ujarku. Harusnya tadi aku bawa mobil aja, atau motif sendiri. 

Audi hanya terkekeh sambil menyalakan motor. "Kan aku yang ajak kamu jalan tadi. Ya aku harus tanggung jawab nganterin kamu pulang. Lagian, kita bisa aja ketemu Papa kamu di jalan kalau kita cari jalan pintas. Kan tujuannya sama. Papa kamu pasti mau pulang juga."

Aku mengangguk kecil, lalu membiarkan Audi melajukan motornya. Sepanjang perjalanan, kami mengobrol santai, menikmati angin yang berhembus. Aku merasa lebih baik meskipun tadi sempat kecewa. Namun, ketika kami hampir sampai di daerah rumahku, Audi tiba-tiba menunjuk ke depan.

"Itu mobil Papa kamu," katanya.

Aku langsung menoleh dan melihat mobil Papa berbelok ke arah yang berlawanan dari arah mau ke rumah. 

"Loh, Papa mau ke mana?" gumamku.

"Mungkin cari jalan alternatif?" tebak Audi.

Aku mengernyit. "Buat apa? Nggak macet kok. Audi mengedikkan bahu. "Kita ikuti aja yuk."

Dia melihatku lewat spion. "Buat apa? Kamu curiga sama Om Bas?"

"Bukan curiga, cuma penasaran," kataku ringan. "Siapa tau kita nemu jalan baru ke rumah."

Dia mendengus, akhirnya mengangguk setuju. "Oke, kita ikuti."

Kami menjaga jarak agar tidak mencolok dan tidak diketahui sama Papa. Mobil Papa terus melaju, hingga akhirnya berhenti di depan sebuah rumah minimalis yang tampak asri. Aku mengernyit. Rumah siapa ini?

"Kita di sini aja," kataku pada Audi.

Audi tampak ingin mendekat, tetapi aku menggeleng. Aku ingin mengamati dulu.

Aku melihat Papa keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu rumah sambil membawa kotak kue yang tadi dibawa. Papa mengetuk pintu, lalu seorang wanita paruh baya dan berhijab membuka pintu. Aku tidak mengenalnya. Wajahnya sangat asing, tetapi ada sesuatu yang berdesir di hatiku melihatnya. 

Wanita itu tampak enggan menerima kedatangan Papa. Bahkan dia menolak kotak kue yang diberikan Papa. Aku melihat Papa berbicara dengan wajah yang tampak menghiba? Sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya. 

Aku menelan ludah. Ada yang aneh. Papa orangnya keras, tak pernah senyum kala di rumah. Sorot matanya juga selalu tajam. Tetapi, kali ini aku seperti melihat orang lain. 

Wanita itu ragu sejenak, lalu menggeleng pelan sebelum mulai menutup pintu. Namun, yang membuat dadaku bergetar bukanlah itu.

Itu adalah tatapan seorang yang sedang jatuh cinta. Aku sudah cukup dewasa untuk memahami. 

Aku tertegun. Rasanya tak percaya kalau Papa sampai tega mengkhianati Mama. Meskipun Papa agak dingin, tetapi hubungan orang tuaku cukup harmonis. Walaupun watak Papa keras, tetapi Mama lebih banyak mengalah. Makanya rumah tangga mereka awet dan tidak pernah aku melihat mereka bertengkar. 

"Al, ini aneh sih," bisik Audi, suaranya terdengar sama terkejutnya denganku.

Aku mengepalkan tangan. Tanpa pikir panjang, aku turun dari motor dan berjalan cepat ke arah rumah itu.

"Al! Mau ngapain?" seru Audi panik, tapi aku tak menghiraukannya. Beraninya Papa menduakan mamaku. Itu pasti selingkuhan Papa yang membuat Papa bersikap dingin sama Mama selama ini!

Papa menoleh dan matanya membelalak saat melihatku.

"Alya?" Suaranya jelas menunjukkan kalau dia terkejut. 

Aku berhenti di depan mereka, menatap Papa tajam.

"Papa ngapain di sini?" tanyaku, suaraku bergetar.

Wanita di ambang pintu tampak tergagap. Tatapannya bergantian antara aku dan Papa. Sesuatu dalam matanya membuat hatiku semakin tidak tenang.

“Ternyata gini ya, model pelakor zaman sekarang!” kataku dengan sinis pada perempuan itu. Dia sampai terperanjat melihatku. Sorot matanya yang teduh tak akan menipuku. 

“Sok syar’i padahal cuma kedok! Munafik!” makiku lagi. 

“Alya! Jaga bicaramu!” Papa menghardikku. Kali ini, sorot mata tajamku beralih ke Papa.

“Nggak bisa!” Aku menaikkan nada suaraku. Audi sampai mematung melihatku. Mungkin heran karena aku tak biasa bersikap seperti ini.

“Papa udah mengkhianati Mama! Alya nggak terima! Apa kurangnya Mama dibanding wanita ini? Mama jauh lebih cantik, lebih modis daripada wanita yang modelnya kampungan ini!” Aku sengaja mencerca wanita itu agar Papa bisa buka mata.

Aku akui, wajah wanita memiliki aura yang berbeda, sangat teduh dan bersahaja, tetapi tetap saja jauh lebih cantik mamaku. 

“Heh, kamu apa nggak malu! Udah tua bukannya banyakin ibadah, malah tambah dosa!” cecarku lagi pada wanita itu. Masih untung aku masih mengingat dia seusia dengan mamaku. Kalau tidak, aku pasti sudah menarik hijabnya, dan mencakar wajahnya yang sok polos itu.

“Jaga bicara kamu, Alya! Pulang!” Lagi, Papa menghardikku. 

Matanya menatapku nyalang, tampak merah menahan marah juga malu karena ternyata keributan yang aku ciptakan, mengundang tetangga sekitar rumah pelakor ini untuk menonton kami. 

“Papa juga pulang! Ingat, di rumah ada istri Papa yang nunggu!” Aku tak kalah sengit. Jujur saja, rasa hormatku berkurang sama Papa. 

Ekor mataku bisa melihat para tetangga wanita itu mulai berbisik-bisik. Biar saja dia malu, biar dia kapok mengganggu rumah tangga orang lain. 

Wanita itu menangis tanpa suara. Cih, begitu lah kalau sudah ketahuan, sok mau playing victim, seolah-olah dia korban. 

~~~~~

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Faisalicious
Keren banget thor novelnya, lanjut terus ya Jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak juga di novelku ya, judulnya TULANG SUCI NAGA ABADI buat yang suka fantasi timur bisa langsung mampir
2025-05-27 19:35:47
0
101 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status