“1.000.000 Dolar cukup, kan?” Airina Lyon terkejut dengan tawaran kontrak pernikahan dari Tuan Muda Pinault yang tak sengaja disiramnya beberapa jam lalu. Ahli waris dari konglomerat itu bahkan bersedia memberikan 1 juta dolar pada Airina sebagai bayaran untuk membatalkan pernikahan bisnis yang diatur keluarganya. Airina ingin menolak, tapi ia tak sanggup kalau pria itu malah meminta ganti rugi atas jas mahal yang dirusaknya. Lantas, bagaimana nasib Airina? Dan mengapa ... dirinya yang dipilih sang Tuan Muda? Find me on Instagram @Yl_Wanodya***
View MoreByur!
“Astaga! Berani-beraninya dia melemparkan minuman pada ahli waris keluarga Pinault.”
“Apa dia tidak kenal siapa lawannya itu?”“Kurasa ia harus membayar ganti rugi luar biasa besar atas ketidaknyamanan Tuan Muda Pinault.”Celotehan para pengunjung di Café De Flore membuat tubuh Airina menegang.Sebab, dialah pelaku yang tengah dibicarakan.Tadi, Airina terlalu emosi melihat kekasihnya asyik berciuman dengan sahabatnya. Padahal, mereka tahu Airina tengah berjuang mencari pekerjaan!Ia pun berniat melabrak dan melemparkan segelas cappucino yang baru dipesan pada keduanya.Sayangnya, Airina justru salah sasaran!Cappucino itu justru mengenai seorang laki-laki berperawakan tinggi dalam balutan jas mahal yang kini sudah basah.Bahkan, kemeja putihnya sedikit menampilkan dada bidang pria dari keluarga Pinault yang terkenal sebagai pengusaha retail terbesar di Eropa.“Mati aku….” lirihnya panik.Airina menarik napas panjang, lalu menuju “korban” untuk membantu mengelap sisa cappucino dengan sapu tangan miliknya. “Tuan, maafkan saya.”Perempuan itu pun sibuk mengelap jas pria tersebut, hingga tak menyadari pria yang menjadi korban salah sasarannya itu tengah menatapnya dengan pandangan sulit diartikan.“Apa kamu sengaja ingin merusak jas ini dengan mengelapnya secara kasar?”Deg!Suara bariton itu menghentikan gerakan Airina.Sontak, dirinya memperhatikan dengan jelas bahan jas tersebut.Sebagai lulusan fashion design, Airina menyadari wol, katun, hingga kain cashmere di tangannya sangat premium.Terbaik dari yang terbaik!Airina pun memejamkan mata. ‘Astaga… jika dia meminta ganti rugi, bagaimana nasibku?’ batinnya panik.Bayangan keluarganya yang kecewa tiba-tiba muncul. Ekonomi mereka sedang turun. Ibunya butuh biaya pengobatan yang besar dan biaya sekolah adiknya belum dibayar. Bagaimana mungkin Airina menambah masalah baru?Memberanikan diri, Airina pun kembali berkata, “Tuan, sekali lagi saya minta maaf. Jujur saya tidak sengaja, sekali lagi saya minta maaf.”Dia berharap belas kasih dari pria di hadapannya ini.“Ikuti saya.”“Hah?” gumam Airina tanpa sadar memperhatikan pria itu yang berdiri dari tempatnya, “maksud, Tuan?”“Jika tidak ingin kutuntut, ikutlah denganku dan bayar ganti rugi jas yang kamu kotori ini!” tunjuk laki-laki itu dengan nada dingin.“Ta–tapi–”Ucapan Airina terhenti kala pria itu berlalu dari hadapannya.Inilah yang paling dia takutkan. Harga jas itu mungkin setara dengan biaya hidupnya setahun.Rasanya, ia ingin kabur. Sayangnya, itu tak mungkin.Jadi, dengan berat hati, Airina memilih mengikuti langkah pria tampan yang tidak ia kenal sama sekali itu menuju parkiran.Hanya saja, dari ujung matanya, ia dapat melihat dua pengkhianat yang menyebabkan tragedi ini–justru tersenyum mengejek ke arahnya.“Sial! Akan kubalas kalian nanti,” batin Airina dalam hati.Wanita itu lagi-lagi tak menyadari bahwa Tuan muda Pinault memperhatikan kelakuannya.Diam-diam, pria itu bahkan menggelengkan kepalanya sembari tersenyum memperhatikan Airina yang sepertinya tak mengenalnya.“Akhirnya, aku menemukanmu lagi, Airina,” batinnya, “kali ini, aku tak akan melepaskanmu.”****“Masuk! Kita akan ke kantorku.” Setibanya di parkiran, pria itu langsung memerintahnya dari dalam mobil Bentley keluaran terbaru.Airina sontak merasa menjadi wanita yang sangat lusuh jika disandingkan dengan laki-laki di sampingnya.Begitu perempuan itu masuk, sopir pria itu pun melajukan membelah jalanan Kota Macherie.Hanya ada keheningan di antara mereka.Airina masih berpikir keras, tentang bagaimana cara dia mengganti jas itu!CIT!Tanpa disadari, mobil pun berhenti–menyadarkan Airina dari lamunan.‘Serius ini kantornya? Aku benar-benar sial!’ batin Airina memperhatikan kantor pria asing ini,Kantor tersebut terletak di Avenue Lionel Terray yang merupakan sebuah kawasan perkantoran elit di Macherie.Mata Airina menyibak ke beberapa penjuru.Tiba-tiba saja, sang sopir membuka pintu mobil perlahan. “Silakan turun, Nona.”Airina pun mengangguk dan memaksakan senyum.Ia berjalan memasuki bangunan dengan arsitektur yang sangat mewah.Airina semakin merasa kecil. Dirinya tidak ada apa-apanya dibanding lelaki yang membawanya ke sini.Tanpa sadar, ia sudah tiba di ruangan bertuliskan Monsieur Pinault.Pria itu bahkan sudah duduk di kursi kerjanya.Tanpa kata, Tuan muda Pinault menunjuk kursi di hadapannya menyuruhnya duduk.Airina pun melakukannya.“Tuan, saya sungguh minta maaf. Tapi, saya tidak tahu harus ganti rugi menggunakan apa. Saya ini pengangguran. Keluarga saya butuh saya untuk membiayai mereka. Atau … Anda mau mempekerjakan saya? Saya bersedia melakukan apapun, saya–”Airina terus bicara. Tampak sekali, ia kalang kabut.Laki-laki di hadapannya hanya mengulas senyum tipis dan menaikkan sebelah alisnya. “Melakukan apapun?”Meski tidak mengerti, Airina mengangguk.Bersamaan dengan itu, Tuan Pinault seketika membuka beberapa berkas dengan cepat.Tanpa basa-basi, ia meletakkan berkas beramplop merah di atas meja.“Jika demikian, silakan baca berkas perjanjian ini, Nona!” titahnya."Tera Fillmoore Pinault!" seru seorang pria dengan tubuh tinggi dengan jas yang melekat pada tubuhnya. "Om Yoshi!" seru Tera. "Happy wedding ya, Om, Aunty!" ucap Tera dengan senyum ramah. Pagi itu, Tera dan Tora diminta menjadi Bridesmaids dan Groomsmen di acara pernikahan Aily dan Yoshi. Di tepi pantai Medoza, ke duanya resmi menikah. Airina dan Arsen hanya mengulas senyum tipis, tatkala sepasang pengantin itu terlihat bahagia di atas pelaminan. "Cie, udah nggak jomblo nih!" ledek Airina. "Diam!" seru Yoshi. Gelak tawa terdengar nyaring, acara pernikahan yang diadakan dengan sederhana. Membuat suasana intimade wedding itu kian kental terasa. "Curang sekali kamu, Yosh. Bisa-bisanya menikahi adikku sendiri," ucap Airina. Ia yang sedari tadi menahan air mata, kini ia benar-benar menumpahkannya di dada Arsen. Usapan pelan pada pundak Airina, membuat ia air matanya semakin pecah. "Aku hanya ingin melindungi adik sekaligus istriku ini, Airin. Lagi pula, kamu sudah mengenal aku c
Aily dan Yoshi saling melempar senyuman tipis. "Aku ingin melamar adikmu, Airin," ucap Yoshi lembut. DegJantung Airina seperti berhenti berdetak sepersekian detik, kaget dan campur aduk. Di hadapan keluarga Arsen, Yoshi dengan entengnya mengatakan kalimat itu tanpa ragu. "Yosh ...? Kamu serius?" tanya Arsen lirih. Yoshi menganggukkan kepalanya membenarkan ucapannya. Membuat Airina dan Arsen semakin terdiam kaku. "Entah restu seperti apa yang harus aku berikan padamu, Yosh. Tapi ... Aku tidak bisa memaksa adikku untuk mengikuti jejakku, aku membiarkan adikku memilih jalannya sendiri. Jadi, apa pun yang diinginkan Aily, aku setuju," tutur Airina lembut. Aily berseru dengan bahagia, setelah selesai pendidikannya. Ia berniat melanjutkan kuliah terlebih dahulu. "Terima kasih, Kak!" Aily memeluk erat tubuh Airina. Malam tahun baru itu membawa rona bahagia pada semuanya. Airina dan Arsen yang cintanya semakin kuat, dalam dekapannya Tora dan Tera tersenyum menggelitik. **** 5 tahu
"Arsen ...," Julie mengoyak tubuh anak laki-lakinya, teriakannya cukup keras. Membuat ia yang duduk di ruang tunggu mampu mendengar suaranya. Lama Arsen hanya mengubah posisi tidurnya, entah apa yang ia rasakan di alam mimpi. "Arsen!" gertak Julie. "Arghhh!" Matanya menyipit sebelum benar-benar sadar dari tidur singkatnya. Matanya mengerjap perlahan. "Ibu ... bagaimana bisa ibu ada di sini?" tanya Arsen dengan tergagap. "Kamu mimpi apa? Sangat berisik, ibu takut Airina terganggu," tanya Julie. "Rasanya aku tidak bermimpi, namun ada sesuatu yang mengganjal dalam tubuhku. Maaf ibu," Arsen mengacak rambutnya kasar. "Sudah tidak apa-apa, tenangkan dirimu sebelum kembali tidur. Kasihan Airina jika terganggu," peringat Julie. Arsen akhirnya melangkahkan kakinya ke luar ruang inap, sekilas ia melihat anak kembarnya di ruang bayi. Ia hampir lengah dengan penjagaan di sana. "Aron, panggilkan beberapa orang untuk menjaga ruang bayi!" titahnya. Setelahnya, Arsen hanya duduk di kursi
Mata itu perlahan mengerjap hingga sepenuhnya ia mampu menatap sekeliling ruangan. Dengan nuansa biru lautnya, ruangan yang terlihat luas hanya menyisakan dirinya dan Arsen. Dengan perlahan matanya terbuka dengan lebar, ia mengerjapkan matanya berulang. Pukul 10 malam, setelah pagi hari ia berjuang untuk nyawa dua bayi. Kini, ia kembali siuman setelah tertidur entah berapa lama. "A-Arsen," lirih suaranya samar memanggil nama Arsen di sampingnya. Pria itu menundukkan kepalanya dalam, seolah tidak memiliki harapan besar atas istrinya. Setelah mendengar suara tangisan ke dua kalinya, ia tidak lagi ingat apa yang terjadi padanya. "Airin, kamu sudah siuman? A-aku akan memanggil dokter segera!" ucapnya terbata. Arsen berusaha berlari menuju pintu, namun tangannya tercekal. Airina menahan pergelangan tangan Arsen dengan kuat. "Jangan pergi dulu, bagaimana kabar anak kita?" tanya Airina lirih. "Anak kita sehat, Airina. Dia ada di ruang bayi, kalau kamu sudah sepenuhnya pulih. Kita ak
"Hah?" beo Airina kebingungan. "Kamu tahu dari mana?" tanya Airina pada adik bungsunya. Tatapan mata yang lekat pada adiknya itu menyelidik. Bahkan ia terlihat sudah tahu bagaimana ceritanya kejadian itu terjadi pada kakaknya. "Bu Julie cerita ke aku, Kak. Awalnya aku juga tidak percaya, tapi setahuku memang Nona Gemma tidak pernah menyukaimu 'kan?" tutur Aily lirih. "Aily, kamu tidak perlu sampai seperti itu. Tidak perlu membenci orang lain seperti itu, Aily. Lihatlah kakak baik-baik saja loh," ucap Airina dengan menatap lembut adik bungsunya. "Kakak memang baik-baik saja, jika Kakak tidak baik setelah kejadian itu. Apa kakak bisa mengatakan kalimat barusan?" tanya Aily dengan menekan kalimat demi kalimatnya. Deg! Sifat ke duanya sangat bertolak belakang. Aily membiarkan Airina sibuk dengan pikirannya, ia beranjak meninggalkan ruang tamu. "Aku mau istirahat dulu, Kak. Lelah sekali perjalanan hari ini," keluhnya. Airina hanya bisa melihat adiknya melenggang begitu saja. Hanya
Arsen terperanjat, ia dengan sigap menopang tubuh Airina agar tidak terjatuh. Sayup-sayup Anne berlari dari lawan arah. Membantu Arsen menopang tubuh Airina, tanpa sadar itu adalah salah Anne. Akhirnya, dengan degup jantung yang tidak beraturan, Airina masih selamat. "Terima kasih, Arsen, Anne," lirih ucap Airina. Dengan perasaan penuh kekalutan, Airina memilih duduk di sofa. Membiarkan jantungnya berdegup normal kembali. Dengan segelas air putih ia berusaha menetralkan dirinya sendiri meski cukup sulit. Ada ketakutan dalam dirinya yang cukup kuat. "Anne, bagaimana bisa kamu mengepel dan masih sangat basah seperti itu?" tanya Arsen dengan nada yang cukup keras. Sedangkan pembantunya hanya bisa diam dengan menatap lantai di hadapannya. "Maafkan saya, Tuan. Saya tadi sempat mengambil air bersih, karena mema-" ucapannya terhenti. Arsen tidak lagi mengomel, ia berjalan mendekati Airina. Ia memastikan keadaan istrinya baik-baik saja. "Jangan marah pada Anne, itu akan membuatnya t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments