Share

Istri Sementara untuk Tuan Terkutuk
Istri Sementara untuk Tuan Terkutuk
Author: Chatrin

Sehari 1000 kebohongan

Happy Reading.

"Aku pernah berpikir untuk hidup di tempat dimana tak ada seorang pun yang mengenalku. Tapi aku tak pernah menyangka, kalau itu bukanlah angan-angan. Melainkan pengkhianatan!"

***

PRANGGG!

Suara gelas jatuh ke lantai, seorang pria berzirah menghampiri sang Tuan yang disegani seluruh kota.

"Tidak! jangan bunuh, dia kekasihku!" berlutut, meminta belas kasih sembari meraung-raung di depan Tuannya. "Dia pantas hidup...ja-jangan ambil dia dari saya Tuan!" kepalanya semakin dekat dengan lantai.

"Sudah, terlambat. Jantungnya, milikku sekarang!"

"Tidak! Tuan, saya mohon." pria itu menggeleng histeris. Tetapi sang Tuan tak menghiraukannya. berjalan masuk ke dalam kamar pengantin wanitanya.

mengetuk pintu.

Malam yang harusnya penuh canda tawa. Saat kelopak bunga mawar merah berhamburan dari atas kasur King Size sampai ke lantai. Ditemani cahaya remang-remang dari lilin.

Hiksss!

Seorang gadis cantik dengan pakaian pengantin justru terdengar menangis ketakutan di sudut tempat tidur.

Tok! Tok! Tok!

Diikuti suara pintu yang didorong—seseorang tampak masuk secara perlahan ke dalam kamar, kemudian mengunci pintu dengan pelan.

"Istriku?!" panggilnya. Pria tinggi dengan setelan jas rapi dengan aroma khas itu, duduk di tepi kasur.

Mempelai pria.

Tapi gadis itu malah semakin gemetaran. Ia bahkan membekap mulutnya dengan kedua tangannya, meski dengan air mata yang terus mengalir dengan derasnya.

Pria itu. Jelas mendengarnya. "Mengapa menangis? Apakah aku menyakitimu?" Tatapan elang pria itu menyala di tengah kegelapan. "Kemarilah, jadilah gadis yang baik!"

Genetar dengan hebatnya. Gadis itu mencoba melawan rasa takutnya. "Ja-jangan bunuh saya!" pintanya dengan suara yang bergetar dengan hebatnya.

"Kemarilah, layani suamimu dengan benar!" ujarnya dingin.

Gadis itu ragu, tetapi ia tetap mendekat pada suaminya dengan segala harapan kalau ia akan baik-baik saja.

"Saya akan be-bersikap ba-baik Tu-tuan!"

Namun saat gadis itu ada dalam pangkuannya. Pria itu malah tidak terlihat senang.

"Matilah!"

"Akhhh, Tu-tuan A-rron….."

Brukkk!

Satu serangan tepat di jantung. Gadis itu langsung ambruk, bersamaan dengan darah yang bercucuran di lantai malam yang dingin.

***

Di tempat lain. Kota kecil bernama Achae, kota yang dipenuhi dan diurus oleh makhluk-makhluk Fay—mirip peri namun tanpa kaki, tanpa sayap, hanya melayang dengan berbagai ukuran serta bentuk yang berbeda-beda. Jika terkejut, mereka berubah warna menjadi merah.

"AKU TIDAK MAU MENIKAHHH!"

Contohnya seperti saat ini, suara kuat yang menggelegar dari kediaman yang cukup megah. Membuat para Fay berubah warna menjadi merah.

Sang ayah dan ibunya hanya sibuk mengatur jamuan teh dengan aneka camilan di atas meja, dengan senyuman bahagia.

"Kalian mendengarkan aku atau tidak? Ayahhh, aku tidak mau menikah!"

"Kenapa tidak? Kau sudah cukup umur untuk menikah!" kata ayah sambil menepuk pundak Damara singkat. Melanjutkan aktivitasnya.

Ya. Damara Eos Thasecena. Putri angkat keluarga berkuasa Thasecena yang suka berbuat sesukanya.

"Ibuuu!"

"Dia tampan Putriku, ibu yakin kau akan menyukainya."

"Bagaimana jika tidak?" Senyuman Damara mengembang sempurna. "Ibu mau membatalkan pernikahanku dan-Nya?" tanya Damara penuh semangat.

Tapi ibunya menggeleng. Membuat senyuman Damara layu dengan sendirinya.

"Mereka datang!"

Syok. Damara membulatkan matanya, berbalik melihat ke arah ayahnya yang bersiap-siap untuk menyambut.

"Yang benar saja, aku baru dapat kabar hari ini. Masa langsung ketemuan hari ini? Apakah ayah dan ibu sakit."

"Ganti pakaian sana. Jangan kabur ya!" peringat ibunya sembari tersenyum memperingatkan putrinya yang nakal dengan mata yang menyipit sempurna.

Damara kesal, ia menyipitkan matanya. Sambil menoleh ke arah makanan dan teh yang siapkan dengan pikiran liciknya. "Siapa yang mau kabur hm!"

Ibu dan ayahnya menyambut dengan penuh sopan santun dan ramah, mempersilahkan 'calon suaminya' itu untuk masuk ke dalam.

"Silakan…."

Namun langkah mereka bertiga berhenti saat sebuah kue krim melayang di wajah sang Tuan muda mereka.

"DA-MA-RAAA!!!"

CRAKKK!!!

"Kalau sampai dia menangis, akan ku hancurkan rumah ini dan segala isinya!" Ancam Arron terang-terangan.

Seluruh kaca yang ada dalam rumah tersebut retak, tetapi ayahnya menangapi dengan senyuman di sudut bibirnya. Menatap ke arah putri nakal yang tidak akan pernah mungkin untuk menangis.

"Percayalah, Perkataan Tuan. Adalah harapan kecil, dari putri kami!"

DEG!

Bersambung….

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status