Share

Sapu Tangan Sutera Emas

Aвтор: Ash Nine
last update Последнее обновление: 2023-03-20 23:11:16

Aiden melonggarkan cengkramannya lalu memerintahkan pada pelayan untuk, "Buka gerbangnya dan undang para wartawan itu masuk. Kami akan menyambut mereka dengan baik. Lagi pula, aku punya berita untuk diumumkan."

Aiden meletakkan ibu jarinya di mulut Eva lalu membelai bibir bawahnya yang kemerahan secara bolak-balik.

"Karena kau yang telah membawa para wartawan itu ke sini," bisiknya, "kuharap kau bisa menanggung konsekuensinya, Eva."

Eva tersenyum dengan tenang dan merasakan para pelayan mengencangkan pegangan mereka di lengannya seolah mereka bisa membaca pikiran bos mereka.

Tiba-tiba Eva membuka mulut lalu menggigit jari Aiden yang perlahan menelusuri bibirnya. Eva terkejut karena alih-alih kesakitan dan menarik ibu jarinya keluar, Aiden justru mulai memasukkan jari itu lagi ke dalam mulut Eva seolah-olah tidak merasakan sakit dan menikmati sensasi lidah lembut Eva yang menyentuh ujung jarinya.

Eva mengerutkan dahi dan menggunakan ujung lidahnya untuk menekan jari itu sekuat yang dia bisa, tetapi pria itu memainkan permainan mengejar dan mundur di dalam mulutnya sehingga air liur mulai menetes ke sisi bibirnya. Alih-alih membuatnya jijik, adegan ini memancing hasrat pria.

Aiden ingin menjilat cairan manis di sudut mulut Eva. Salah satu pelayan melepaskan cengkeramannya di lengan Eva dan menawarkan Aiden nampan perak dengan saputangan sutra emas agar pria itu bisa menyeka jari-jarinya.

"Dasar pria iblis!"

Dia menjulurkan lidahnya yang lincah dan perlahan menjilat buku jari jempolnya seperti sedang menikmati es krim yang enak. Eva terengah-engah. Tidak heran Eva pernah jatuh cinta padanya, hanya sedikit wanita yang bisa menolak pria seperti itu. Sayang sekali Eva bukan lagi wanita yang sama yang merindukan perhatiannya dan memohon cinta pria ini lagi.

"Aku tahu kau sudah memiliki wanita lain dalam hidupmu," Eva berkata, "Karena itu, bukankah kau seharusnya senang dengan perceraian ini? Aku memiliki niat baik mengundang para wartawan di sini demi mengumumkan berita perceraian kita. Ini seperti latihan untuk pengumuman pernikahan yang kedua Anda, 'Yang Mulia'." Tak lupa Eva menambahkan sarkasme dalam kata-katanya.

Aiden memberi senyum penuh perhitungan, "Baiklah, karena kau begitu perhatian padaku, Istriku, aku juga tidak akan mengecewakanmu."

"Baguslah. Itu artinya, perceraian ini telah kita sepakati. Jangan berubah pikiran atau orang akan menganggapmu sebagai orang yang tidak beradab."

Mengetahui betapa sombongnya Aiden, Eva mencoba memanipulasinya untuk menjamin perceraian. Secara pribadi Aiden bisa berubah pikiran, tapi begitu para wartawan mengetahui perceraian pria itu akan dipaksa untuk menepati janjinya.

"Kau tidak berniat berbicara kepada pers setelah hari ini, bukan?" tanyanya.

"Tentu saja tidak."

Aiden mengangguk dan para pelayan melepaskan cengkeramannya. Eva berbalik untuk meninggalkan ruangan. Dia ingin memberikan penampilan yang terbaik untuk konferensi pers yang begitu penting dan dia perlu waktu untuk bersiap. Saat dia melewati ambang pintu, Eva berbalik dan berkata dengan nada ironis, "Ngomong-ngomong, tadi malam adalah pertama kalinya bagiku. Kamu bisa menganggapnya sebagai hadiah perpisahanku untukmu."

Aiden memiringkan kepalanya dan menyeringai saat Eva mundur.

Alfred kepala pelayan berdehem, "Nyonya Eva bertingkah sangat aneh akhir-akhir ini. Mungkin kita harus meminta dokter untuk memeriksa—"

Dia hendak mengatakan kesehatan mental, tetapi dengan cepat berpikir lebih baik untuk menelan kata-katanya.

"Aneh?" Aiden bertanya-tanya. "Ya benar, ini memang aneh. Wanita itu dulu sangat membutuhkanku, selalu memohon perhatian dan kasih sayangku. Dia bahkan pernah mencoba membuat keributan dengan mencoba bunuh diri. Lalu, mengapa sekarang dia berubah? Mengapa dia bersikeras pada perceraian ini? Apakah itu bagian dari strategi baru Eva untuk membuatku tertarik?"

Aiden bergumam dengan dingin, "Ah, biarkan saja wanita itu merasa puas dengan ilusi kecilnya yang penuh harapan. Bagaimanapun ini hanyalah permainan kekuatan dari orang yang putus asa."

Seperti lalat yang tidak bisa dia usir, sekelompok pelayan mengikuti Eva kembali ke kamarnya. Pelayan menelanjanginya, Eva lantas menenggelamkan dirinya di bak mandi besar, kelopak mawar mengapung di permukaan air susu.

Eva meminta pelayan untuk membawakan anggur merah. Memutar-mutar kelopak mawar, Eva melihat air mandi menetes ke jari-jarinya yang panjang. Semoga semuanya berjalan sesuai rencana.

Dalam dua tahun sejak dia menikah dengan Aiden Malik, suaminya memperlakukan Eva dengan perasaan muak. Jangankan memaksa pria itu menyentuhnya, melihat Eva saja pria itu seolah tak tahan. Setiap usaha yang Eva lakukan untuk merayu suaminya justru menjadi bumerang, membuat Aiden lebih jijik dari sebelumnya.

Eva mengingatkan dirinya sendiri bahwa semua itu hampir berakhir dan dalam beberapa jam, Eva akan menjadi wanita bebas, tidak dibatasi lagi oleh suasana hati Aiden yang berubah-ubah.

Seorang pelayan menyela pikirannya, "Nyonya Eva, ada telepon untukmu."

Dengan lesu, Eva bersandar di sisi bak mandi dan membuka matanya sebelum memasang headset Bluetooth.

"Kami telah memastikan bahwa ada racun yang baru dikembangkan dalam darah Anda," suara laki-laki berkata, "Jika berlebihan, itu dapat menyebabkan perubahan besar dalam kepribadian serta penurunan daya ingat.

Akumulasi racun yang begitu besar menunjukkan kalau racun itu telah dikonsumsi dalam waktu yang lama," suara itu melanjutkan, "Saya sarankan untuk memeriksa makanan dan barang-barang pribadi Anda untuk melihat apakah itu telah diracuni. Dan jangan lupa untuk minum obat. Obat itu tidak akan mengembalikan kepribadian atau ingatan yang terhapus sebagian, tapi paling tidak akan membantu Anda tetap aman untuk saat ini."

"Aku tidak perlu memeriksanya karena malam ini adalah malam terakhirku di kediaman Malik," jawab Eva.

Eva mengakhiri panggilan lalu melilitkan jari-jarinya di batang gelas anggur. Dia menyipitkan matanya yang indah dan dengan santai mengaduk cairan merah di gelas. Kristal bersinar terang di bawah lampu gantung Swarovski.

Eva lalu mengangkat gelas dan beralih ke kamera di dinding. Hanya orang mesum seperti Aiden yang punya ide memasang kamera di kamar mandi. Dia bersulang untuk pria itu dan orang tak dikenal yang telah meracuninya hingga menyebabkan perubahan kepribadian dirinya yang drastis dan kehilangan sebagian ingatan.

Bibir merah muda Eva mengucapkan "Cheers" tanpa suara.

Seakan pernikahannya dengan Aiden tidak cukup mengerikan, sekarang seseorang telah meracuninya.

"Semakin banyak alasan untuk bercerai!" Eva memantapkan hati.

Sementara itu, di ruang pengawasan, Aiden menatap layar komputer dengan mata tajamnya. Kulit Eva yang halus dan cerah, seperti sinar bulan murni, sangat memikat saat keluar dari bawah air susu.

Aiden tidak bisa tidak mengingat penampilan istrinya tadi malam ketika Eva berada di bawahnya. Intensitas ingatannya membuat darah Aiden mengalir ke bagian tubuh tertentu dan dia bisa merasakannya sesuatu di celananya menjadi sekeras besi.

Aiden mengekang dorongan untuk menghancurkan layar yang menunjukkan wajah sombong Eva yang tersenyum. Pria itu lebih suka menunggu dan melihat apa yang istrinya mainkan. Eva tiba-tiba melihat ke kamera seolah dia tahu sedang dimata-matai oleh Aiden.

Mengejek, Eva mengucapkan satu kata, "Cheers."

Aiden bertanya-tanya apa yang wanita itu pikirkan. Apakah dia merayakan karena dia pikir akan mencapai keinginannya? Apakah ayahnya menekannya untuk menceraikannya? Atau apakah ini benar-benar hal yang diinginkan oleh wanita itu?

Aiden mematikan layar.

"Dengan siapa dia berbicara di telepon tadi?" tanya Aiden.

"Kami belum mengetahuinya, Tuan," jawab Alfred.

"Kalau begitu cari tahu segera. Jika tidak, ucapkan selamat tinggal pada pekerjaanmu."

Suara Aiden yang tenang dan mengancam membuat Alfred bergetar. Dia menunduk dan buru-buru menjawab, "Saya akan segera mengetahuinya, Tuan."

Lalu Alfred mengangkat kepalanya. Dia menatap Neil yang ada di sebelahnya dengan spekulasi, "Oh ya, para pelayan juga berkata …"

"Apa?"

"Mereka mengatakan kalau Nyonya Eva sedang berbicara dengan seorang pria."

Setiap aspek kehidupan Eva diawasi dan diatur untuknya. Eva bahkan tidak menelepon ke Abraham tanpa sepengetahuannya. Sekarang kepala pelayannya memberitahu bahwa seorang pria telah berbicara dengan istrinya?

Dua pelayan Eva masuk untuk melapor kepada Aiden, "Nyonya Eva telah selesai mandi, Tuan. Dia memintaku untuk membawakan ini untukmu."

Pelayan yang lebih muda memegang telepon dengan kedua tangan dan mengintip ke arah Aiden dengan kekaguman dan ketertarikan yang semakin besar.

Aiden mengambil telepon. Layar menampilkan video langsung Eva berpakaian. Pelayan membantunya mengancingkan bajunya. Dia mengenakan gaun sutra berwarna merah tanpa punggung yang memperlihatkan gelombang pucat di payudaranya.

Dia memiliki jenis kecantikan yang membuat orang berperang karena kulit bercahaya, sosok jam pasir, dan wajah tanpa cela yang bahkan riasan minimalnya tampak berlebihan. Dia sempurna.

Kemudian Eva berbalik menghadap kamera. Dia dengan sengaja menarik bagian depan gaunnya ke bawah dan memamerkan payudara telanjangnya ke kamera. Bibirnya, diwarnai dengan lipstik merah retro, mengerut dalam ciuman ke kamera.

"Aiden sayangku, apakah kau menyukainya?" dia bertanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Sempurna Sang Pewaris    Jejak Kaki Yang Kau Tinggal

    Bandara terlihat ramai, tapi itu tidak membuat seorang gadis dengan tubuh model berjalan dengan angkuh sembari menarik tas kopernya.Di area penjemputan penumpang, mata gadis itu menatap sekeliling dimana ada banyak orang yang berdiri untuk menunggu kerabat, teman atapun rekan. Sampai akhirnya dia mendengar teriakan itu disertai lambaian tangan dari seorang yang ia kenali."Rebecca!" panggil Rachel sembari mengangkat selembar karton bertuliskan namanya.Rebecca segera menghampiri Rachel, keduanya saling berpelukan, "Apa kabar?" tanya Rachel pada Rebecca, "Lama kita tidak bertemu, kau semakin cantik saja adikku.""Kakak," seru Rebecca rasanya ia ingin menangis karena sudah lama tidak bertemu dengan saudarinya itu, "Aku merindukanmu.""Sama. Ayo, kita ke apartemenku. Kau bisa menginap di sana.""Ngomong-ngomong, mana pacarmu katanya kau sudah punya pacar," tukas Rebecca sembari melihat kesana kemari."Ah, dia sedang bekerja dan tidak bisa ikut menjemputmu. Aku akan mengenalkanmu padanya

  • Istri Sempurna Sang Pewaris    Lambaian Tangan

    "Aduh, sudah-sudah. Cucu kita hanya ingin berbulan madu saja. Biarkan saja." Alaric menengahi, "Minum saja tehmu, Victoria."Aiden bergerak sigap mengambil cangkir teh Victoria lalu menyodorkannya ke wanita tua itu. Wanita tua itu mau tak mau tersenyum, "Kau ini, cucu nakal, mana ada bulan madu selama ini. Bilang saja kalau ini hanya akal-akalanmu untuk menolak kembali. Ya, kan?"Mendengar itu Aiden hanya tertawa saja.Beberapa waktu kemudian, keduanya lantas pulang dengan membawa banyak buah tangan. Alaric melambaikan tangan sedangkan Victoria berbalik masuk ke dalam mansion.---Alfred melihat adiknya yang sedang melakukan terapi. Sudah beberapa lama ini dia mengambil cuti karena hendak menemani adiknya menjalani terapi dan proses kesembuhan.Aiden telah memiliki bisnisnya sendiri dalam bidang pengiriman, meski tidak sebesar Malik Group tapi, meskipun begitu, hal tersebut tidak menghalangi Aiden dalam membiayai semua perawatan adik Alfred hingga hampir sembuh seperti ini.Alfred hany

  • Istri Sempurna Sang Pewaris    Langit Yang Bertabur Bintang

    "Halo!" ucap Aiden ketika menerima panggilan masuk tersebut. Dia sekarang berada di balkon dimana langit malam menjadi panoramanya..Terdengar deheman dari seberang sana sebelum kemudian suara familiar orang tua itu menyapa telinganya."Aiden ... ""Ya, kakek ...""Kapan kau kembali ke mansion Malik?" Pertanyaan itu membuat Aiden terdiam. Ini bukan kali pertama Alaric Malik menghubunginya dan memintanya kembali, "Bagaimana mungkin kau pergi di saat aku menyuruhmu pergi. Aku ini orang tua, sesekali marah adalah hal yang wajar. Kenapa kau harus mengambil hati hal tersebut. Kembalilah ke Mansion Malik. Nenekmu sangat merindukanmu. Sudah berapa lama kau tidak pulang?"Aiden menyandar ke dinding balkon sembari mendongak ke langit, "Maafkan aku, Kek. Bukan aku durhaka dan tidak peduli dengan kerinduanmu. Tapi, yang kalian inginkan untuk kembali ke mansion Malik hanyalah Aiden. Eva adalah istriku. Aku dan dia adalah satu kesatuan."Alaric terdiam beberapa saat, "Jika memang itu yang kau ingin

  • Istri Sempurna Sang Pewaris    Tamu Yang Tak Diundang

    Eva membuka pintu dan mendapati Sebastian Lewis berdiri di sana."Siapa, sayang?" tanya Aiden sembari menghampiri Eva yang terpaku di depan pintu."Halo, Eva, Aiden!" sapa Sebastian ramah seolah sebelumnya mereka tidak pernah berselisih dan tanpa masalah, "Boleh aku masuk?"Eva yang tersadar bermaksud untuk mempersilahkan Sebastian masuk namun, belum sempat Eva melakukannya Aiden telah lebih dulu mengambil alih dengan melangkah maju dan menjawab, "Tidak!" sembari tersenyum.Sebastian yang telah menduga itu balas tersenyum, "Baiklah kalau begitu," katanya. Dia pura-pura hendak membalikkan tubuh lalu tanpa disangka ketika Aiden lengah dia bergerak maju dengan melewati bawah lengan Aiden yang terentang di pintu."Terima kasih telah mempersilahkan aku masuk, Malik!" ucap Sebastian kalem, dia lantas beralih duduk di sofa.Aiden yang melihat itu menghampiri Sebastian sembari mendesis, "Tidak ada yang mempersilahkanmu masuk, lalu siapa juga yang menyuruhmu duduk di sofa itu," sergah Aiden.Ev

  • Istri Sempurna Sang Pewaris    Kehangatan Dari Selimut

    Tanpa sadar, Eva tersentak saat Aiden berdiri lalu dengan lembut menggigit puting payudaranya dengan gemas."Aiden ... aku ..." Namun, seolah teringat sesuatu, setelah itu Aiden tidak melakukan apapun. Dia diam membuat Eva bertanya-tanya ada apa gerangan."Aiden, ada apa?" tanya Eva, dia beralih duduk di hadapan pria itu. Aiden menarik selimut lalu menutupi sebagian tubuh Eva yang terbuka dan tubuhnya sendiri. Ada apa ini? "Aku teringat kalau aku belum mendapatkan maaf yang semestinya darimu atas pemaksaan yang kulakukan padamu waktu itu, Eva." Terakhir kali Aiden mengatakannya, Eva sedang mabuk dan Aiden merasa permasalahan itu belum tuntas. Itu terasa mengganjal di hatinya. Aiden kini beralih duduk di tepi ranjang dengan kaki menyentuh lantai. "Aku memang suamimu, tapi, saat itu, aku sudah berlaku kasar dengan melakukannnya tanpa persetujuan darimu. Aku merasa telah melakukan kesalahan yang membuatmu ...""Aiden," Eva meraih bahu Aiden. Membuat tatapan mereka kembali bertemu, "Janga

  • Istri Sempurna Sang Pewaris    Menggebu-gebu

    Sepanjang jalan dari ruangan duduk sampai ke kamar kedua pakaian mereka berserakan. Eva meremas rambut Aiden saat pria itu menciumnya dengan penuh gairah.Hasrat keduanya begitu menggebu-gebu hingga terasa seolah akan meledak. Dengan bunyi gedebuk, pintu kamar tertutup di belakang mereka. Bibir mereka beradu dalam pelukan penuh gairah. Tangan Aiden dengan lembut memeluk leher Eva saat mulut mereka bertemu, keduanya mendambakan momen ini. Jarak ke tempat tidur mungkin tidak terlalu jauh, namun cobaan yang mereka alami sejak kecelakaan itu membuat ciuman ini terasa seperti hadiah yang telah lama ditunggu-tunggu.Eva terengah-engah ketika Aiden separuh mengangkat tubuhnya, dia melingkarkan lengannya di leher Aiden. Perbedaan tinggi badan mereka membuat dia harus memiringkan kepalanya sedikit ke atas.Aiden dengan lembut menggigit bibir Eva, lidahnya secara alami menyelinap di antara keduanya. Gesekan basah dan sensual di antara bibir mereka menciptakan suara lembab dan memikat yang memen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status