Home / Romansa / Istri Sengsara Sang Billionaire / BAB 8 Sebuah Rencana Jahat

Share

BAB 8 Sebuah Rencana Jahat

last update Last Updated: 2024-04-30 11:35:18

Sebuah Rencana Jahat

Nyonya Sisca terlihat mengangkat beberapa piring dan gelas kotor, meletakkannya di tempat cucian piring yang di sana sudah terdapat beberapa piring kotor yang sepertinya adalah bekas piring makan tadi pagi.

"Lalu siapa yang membersihkan semua ini ibu?" tanya Ayra.

"Hmmm, saya dan Ardian, dia cukup ahli untuk urusan seperti ini. Dia sangat menjaga kebersihan dan selama satu minggu ini terpaksa dia yang harus membantu pekerjaan rumah,"

"Ibu, biar saya saja yang membersihkannya," ucap Ayra yang melihat nyonya Sisca bersiap membersihkan piring kotor tersebut. Nyonya Sisca menjawab ucapan Ayra dengan senyum kelegaan, ternyata Ayra cukup bisa membantu, padahal itu adalah pertemuan pertama mereka.

"Kamu tidak keberatan?" tanya nyonya Sisca.

"Tidak ibu, ini bukan masalah besar," ucap Sisca yang bersiap dengan sarung tangan panjang berwarna merah muda, yang digunakan khusus untuk mencuci piring.

Tangannya begitu terampil dan cekatan dalam mencuci semua piring piring kotor tersebut. Nyonya Sisca terpukau dengan pekerjaan Ayra, gadis ini tidak hanya cukup cantik, namun benar benar terampil dalam mengerjakan pekerjaan rumah, cocok seperti apa yang mereka inginkan.

***

Nyonya Sisca dan Ayra selesai dengan piring kotor mereka, lalu berjalan ke ruang tengah untuk bergabung dengan anggota keluarga yang lain. Terdengar Ardian tertawa bersama ayahnya, sepertinya ada cerita seru yang baru saja diceritakan oleh pak Herlambang kepada kedua anaknya.

"Ayra, kamu sudah selesai membantu ibu, kamu tidak seharusnya membantunya, kamu tamu di sini," ucap ayah Ardian.

"Tidak apa apa ayah," ucap Ayra seraya duduk di kursi kosong yang berada di sebelah Ardian, sofa berwarna merah tua yang ditata memanjang, menghadap ke arah televisi berukuran besar.

"Ayah senang kalian bisa sedekat ini, bagaimana jika kita percepat pernikahan kalian?" tanya pak besar Herlambang.

"Semua terserah Ayra, aku tidak masalah ayah," ucap Ardian.

"Tapi sebelumnya, ada yang perlu ayah sampaikan, Ayra apa kamu bersedia menjadi istri Ardian? jika kamu bersedia, ayah berharap Ardian menikah dengan wanita yang bisa menjadi istri seutuhnya," ucap Ayah Ardian yang sepertinya terlalu langsung pada pokok pembicaraan.

"Menjadi istri seutuhnya? Saya tidak mengerti pak, eh ayah," ucap Ayra gugup.

"Menjadi istri seutuhnya, berada di rumah, menyiapkan semua kebutuhan suami, mengurusnya sebaik mungkin dan segala hal yang menjadi tugas seorang istri," ucap pak Herlambang. Mendengar hal itu Ayra terlihat diam, bingung dengan apa yang harus diucapkan.

"A-ayah, sebelumnya saya minta maaf, saya memiliki orang tua yang masih harus menerima nafkah dari saya, karena saya adalah anak satu satunya," ucap Ayra menjelaskan.

"Berapa yang kamu kirim untuk orang tuamu setiap bulannya?" tanya pak Herlambang.

"Se-sekitar Lima juta rupiah ayah," ucap Ayra sedikit gugup.

"Baiklah, ayah akan mengirimkan sepuluh juta setiap bulannya untuk ayah dan ibumu, kamu tidak perlu bekerja lagi, jadilah menantu di rumah ini," ucap pak Herlambang.

"Bagaimana Ayra, kamu bersedia, jika kamu menolak sampaikan saja, kalian bisa menjadi teman, belum jodoh untuk menjadi pasangan hidup," ucap nyonya Sisca yang seolah tidak memberi waktu Ayra untuk berpikir.

“Lagipula menjadi dokter itu pekerjaan yang cukup berat, kamu harus mengurus pasien tanpa kenal waktu. Apa jadinya suamimu nanti? Apa kamu yakin dia akan terurus dengan baik?” ucap nyonya Sisca seolah menyindir.

“Ta-tapi, i-ibu, saya baru saja menyelesaikan program co-as, saya baru akan memulai karir saya,” ucap Ayra lirih.

“Halah, kamu ini, apa enaknya bekerja, kamu cukup menjadi istri, duduk manis di rumah, suamimu yang akan bekerja,” ucap nyonya Sisca.

“Itu adalah sesuatu yang diimpikan banyak orang,” lanjut nyonya Sisca dengan pandangan serius.

"Aku rasa itu tidak berat, kamu cukup menjadi istri dan juga kakakku," ucap Rose.

Aira masih terdiam, dia seolah terintimidasi, dia sendiri, mempertimbangkan segala hal dengan cepat, tanpa memiliki waktu untuk berdiskusi.

"Sudahlah ibu, mungkin Ayra masih ingin bekerja, kita tidak boleh membebaninya dengan permintaan yang mungkin cukup berat seperti itu, mungkin mereka belum jodoh," ucap Ardian seraya melirik ke arah Ayra.

Ayra menghela nafas panjang. Dia coba menggali dengan cepat di dalam pikirannya. Apa benar dia mencintai Ardian? Dan apa benar Ardian adalah jodoh terbaik yang dikirimkan Tuhan untuknya?

"Sa-saya sangat berterima kasih ayah sudah mau memikirkan orang tua saya, ta-tapi," ucap Ayra terhenti.

"Tapi apa Ayra, apa itu kurang?" tanya nyonya Sisca.

"Bu-bukan ibu, itu sudah lebih dari cukup, saya hanya tidak ingin menjadi beban," ucap Ayra lirih.

"Beban?" ucap Rose lalu setelahnya dia terdengar tertawa dengan begitu lepasnya.

"Ayra, kamu tau, kamu sedang bicara dengan Herlambang Mahendra, pemilik Abadi Group, presdir rumah sakit Abadi sehat juga perusahaan lainnya, perusahaan yang merupakan perusahaan ternama di Jakarta," ucap Rose.

"Itu bukan masalah besar, justru jika kamu masih bekerja, apa yang orang orang pikirkan, menantu Herlambang Mahendra bekerja di tempat yang berada di bawah kekuasaan Abadi Group, aneh sekali," ucap Rose menyampaikan pendapatnya.

“Lagipula kamu bisa menjadi dokter untuk keluargamu sendiri,” lanjut Rose.

“Kamu bias mempersiapkan diri untuk menjadi ibu, apa kamu tidak akan memiliki anak dengan kakakku? Ibu dan ayah anti pengasuh,” ucap Rose yakin.

"Apa yang Rose sampaikan itu benar sekali Ayra, bagaimana, Kamu setuju untuk segera melangsungkan pernikahan? Kamu tidak perlu repot repot memikirkan mengenai pernikahan, semuanya akan ibu urus, kamu tinggal beritahu orang tuamu, bawa mereka ke Jakarta, semuanya akan beres dengan sempurna," ucap nyonya Sisca.

Ayra semakin tersudut. Dia tidak bisa memungkiri, benih cinta itu ada, dia tidak ingin membuat orang yang ingin menikahinya terluka. Memang bukan penolakan, namun bisa jadi ini akan dianggap sebagai penolakan.

Ayra menghela nafas panjang.

"Baiklah ibu, sebaik baiknya istri adalah yang menginguti apa yang menjadi kehendak suaminya, selama itu adalah hal baik, tidak ada alasan untuk menolak," ucap Ayra berusaha memahami setiap situasi.

Nyonya Sisca melihat kearah Ayra, lalu tersenyum.

"Baiklah, sepertinya keputusan yang benar telah diambil," ucap nyonya Sisca.

“Kita akan segera menyiapkan pernikahan besar, pernikahan paling megah tahun ini,” lanjut nyonya Sisca.

“Iya ibu, pernikahan yang tidak akan terlupakan,” ucap Rose dengan pandangan tajam, juga senyum yang menyimpan misteri.

Sejak hari itu, pertemuan pertama, mereka semua mulai sibuk menyiapkan pernikahan. Mungkin semua orang berfikir jika ini adalah awal yang baik bagi Ayra, menjadi menantu seorang miliarder kaya raya, hidup nyaman dengan geLimang harta, tidak perlu bekerja keras dan hanya menjadi seorang istri yang memiliki seutuhnya waktu untuk mengurus suaminya juga anak anaknya kelak.

Semua orang menganggap Ayra beruntung, gadis paling beruntung tahun ini. Cinderella nyata, yang benar benar hidup di dunia ini.

***

Di kediaman keluarga Herlambang, Rose terlihat bercakap dengan ibunya, nyonya Sisca.

"Ibu, sepuluh juta itu terlalu sedikit, pengasuh pribadi Loly saja mendapat gaji hampir sepuluh juta perbulan, belum lagi perawatnya yang rutin memeriksa kesehatannya dan belum lagi pembantu kita juga mendapat lebih dari Lima juta," ucap Rose pada ibunya ketika mereka berdiri bersebelahan setelah mengantar Ayra dan Ardian meninggalkan kediaman mereka.

"Kamu samakan Ayra dengan perawat dan pembantu? Wah kamu ini luar biasa," ucap nyonya Sisca dengan mata terbuka penuh.

"Ah ibu tidak perlu berlagak seperti itu, memang itu tujuan kita bukan? Mendapat pembantu gratis, sekaligus pengasuh gratis untuk Loly," ucap Rose sinis.

"Tapi dia akan menjadi istri kakakmu, dia akan mendapat lebih dari itu," ucap nyonya Sisca.

"Ibu menyukai Ayra?" tanya Rose menelisik.

“Aku lihat tadi ibu tersenyum padanya,” ucap Rose.

“Itu karena dia adalah seorang dokter, dia bisa menjadi dokter keluarga kita, merawat keluarga kita, juga mengurus rumah ini,” ucap nyonya Sisca.

“Jika ingin mencari pembantu atau pengurus rumah, kenapa itu tidak mencari pembantu lagi?” tanya Rose.

Nyonya Sisca terlihat mengeluarkan matanya pada Rose, melotot, kesal.

“Ibu sudah mengganti tiga pembantu dalam beberapa hari ini, apa tidak cukup?” ucap nyonya Sisca kesal.

“Ya, karena ibu menerapkan standar yang tinggi, ibu harus menurunkan standar ibu,” ucap Rose.

Rose terlihat menghela nafas.

“Apa ibu yakin wanita itu akan betah tinggal di rumah kita? Sepertinya dia datang bukan untuk menjadi menantu ibu, melainkan pembantu ibu,” ucap Rose.

"Jaga ucapanmu,” ucap nyonya Sisca kesal.

“Kita lihat saja nanti, apa dia akan bertahan, dia memiliki sifat baik," ucap nyonya Sisca seraya tersenyum sinis ke arah Ayra dan Ardian pergi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 112 Masa Masa Sulit

    Masa Masa Sulit “Bu Ayra adalah orang yang kuat,” ucap sekretaris Edo."Ya, dia memang wanita yang kuat," ucap Arsen.“Baiklah pak, saya pulang dulu,” ucap sekretaris Edo.“Baiklah, maaf mengganggu waktu liburmu,” ucap Arsen.“Tidak apa apa pak, hubungi saya jika ada yang bapak perlukan,” ucap sekretaris Edo.“Baiklah, terima kasih,” ucap Arsen. Sekretaris Edo bergegas pergi, Arsen membawa beberapa paper bag bingkisan itu ke kamar di mana Ayra berada.“Ayra, aku membawakan semua kebutuhanmu, jika ada yang kurang sampaikan saja,” ucap Arsen pada Ayra yang terlihat mengamati pemandangan diluar jendela kamarnya. Arsen meletakkan semua bingkisan itu di lantai.“I-iya,” ucap Ayra singkat. Arsen tahu, segala hal yang menimpa Ayra tidak bisa semudah itu diterima, dia masih terguncang dan Arsen berusaha memberi Ayra ruang. "Aku ada di luar, jika kamu

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 111 Setelah peristiwa itu

    Setelah peristiwa itu Pagi hari, Ayra tersadar, dia mendapati tubuhnya sudah berganti pakaian dengan pakaian hangat, tertutup selimut tebal, tangannya juga terpasang selang yang terhubung dengan cairan infus. Dia berada di sebuah kamar yang nyaman. Kepalanya terasa sakit, ada perban menempel di sana, mungkin itu adalah luka yang dihasilkan dari pertengkaran sengit tadi malam. Ayra yang masih begitu lemah hanya bisa menghela nafas lega, bersyukur Tuhan memberinya hidup kedua walaupun belum bisa membedakan ini semua hanya mimpi atau kenyataan. Samar samar dia melihat sosok yang sudah tidak asing lagi, dia adalah Arsen, iya Arsen. teman Ayra sewaktu masih duduk di bangku kuliah, yang selalu menjadi sahabat baiknya, hingga saat ini. Arsen duduk di kursi yang ada di kamar itu, tertidur, terlihat sangat kelelahan. Arsen yang menyelamatkannya, memberikan hidup kedua bagin

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 110 Misi Penyelamatan

    Misi Penyelamatan Di dalam mobil, suasana tegang benar benar terasa.“Kemana kita harus membawanya?” Tanya Ardian.“Kita buang saja, kita hanyutkan di sungai,” ucap Isabela memberi ide.“Apa?” Tanya Ardian tidak percaya.“Tidak, di jembatan akan sangat ramai sekali, kita tidak bisa membuangnya di kota,” ucap Ardian“Apa kamu yakin dia sudah mati?” tanya Ardian.“Dia masih hidup, nafasnya tipis. Kamu tidak melihat darah yang keluar dari kepalanya? Aku yakin dia tidak akan bertahan,” ucap Isabela.“Apa yang kita lakukan, kita sudah menjadi pemb-unuh,” ucap Ardian gugup dan juga takut. Isabela menggenggam tangan suaminya, berusaha memberi kekuatan.“Ini yang terbaik, kita harus menyingkirkannya, tidak ada pilihan lain,” ucap Isabela.“Pikirkan anak kita, apa kamu yakin rela menukar hidupmu yang penuh dengan kemewahan dengan hidup di penjara?” Tanya Isabela.

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 109 Medan Perang

    Medan Perang Ardian membawa Ayra ke apartemennya, penthouse mewah yang bahkan memiliki lift sendiri. Ayra hanya diam, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Dia bahkan belum percaya bahwa dirinya akan mengalami hal semacam ini, bertemu dengan selingkuhan suaminya. Mereka sampai di depan pintu apartemen, Ardian membuka pintu itu.Di dalam apartemen sudah ada Isabela, duduk dengan santainya di sofa yang ada di sana.Hati Ayra bergetar hebat.“Wanita itu,” gumam Ayra. Ayra menatap wanita itu dalam dalam, bahkan matanya nyaris keluar. Isabela mengulaskan senyum, seolah sengaja melakukan itu. Dia berdiri, lalu mendekat kearah Ayra.“Apa kamu kaget?” Tanya Isabela, berusaha terlihat tenang.“Kamu?” Tanya Ayra.“Isabela?” tebak Ayra. Ardian mengerutkan dahi, dia bahkan tidak menyangka jika Ayra mengenal Isabela.“Ya, orang yang selalu kalah dari

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 108 Peristiwa Mengerikan Mulai Terjadi Part 2

    Peristiwa Mengerikan Mulai TerjadiPart 2 Mobil Ardian masuk ke dalam lingkungan apartemen.“Itu mobil mas Ardian, ya, itu mobilnya,” ucap Ayra yakin.Ayra segera berlari mengikuti mobil itu hingga ke area parkir bawah tanah dan berhenti. Dengan nafas tersengal sengal, Ayra berhenti tepat di depan mobil Ardian.“Ar-Ardian,” ucap Isabela gugup.“Ada apa?” Tanya Ardian yang belum menyadari kehadiran Ayra.“Di-dia,” ucap Isabela seraya menunjuk ke arah Ayra berdiri. Ardian melihat kearah itu, dia kaget, ada istrinya di sana.“A-Ayra,” ucap Ardian.“Isabela, sebaiknya kamu bawa Amora naik, aku akan menemuinya,” pinta Ardian.“I-iya,” ucap Isabela yang segera keluar dari mobil, berusaha menyembunyikan wajahnya dan masuk ke dalam area apartemen. Ayra melihat wanita itu, dengan perasaan campur aduk yang luar biasa. Ayra berusaha menstabilka

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 107 Peristiwa Mengerikan Mulai Terjadi

    Peristiwa Mengerikan Mulai Terjadi Ayra menginjakkan kaki di apartemen itu, apartemen mewah yang harganya pun tidak biasa. Ayra memegang dadanya, menguatkan hati juga pikirannya. Jantung itu berdegup dengan kencang, seperti genderang perang, dia bahkan kesulitan untuk menstabilkan deru jantungnya.“Kamu harus kuat Ayra, apapun yang akan kamu dapatkan di tempat ini,” ucap Ayra. Dengan yakin dia memasuki apartemen itu, mendekat ke arah resepsionis sebagai jalan pintas dari pada harus mencari cari tidak jelas.“Se-selamat siang,” sapa Ayra.“Selamat siang ibu, ada yang bisa saya bantu?” Tanya resepsionis yang terdengar begitu ramah.“Ma-maaf saya mau Tanya, apa benar bapak Ardian Herlambang tinggal di salah satu unit penthouse?” Tanya Ayra. Mendengar hal itu, petugas resepsionis bernama Naira itu mengerutkan dahi. Ayra menangkap sinyal keragu raguan.“Oh, maaf, saya hanya mau mengantarkan pesanan kado,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status