Share

Bab 2

Penulis: Manila Z
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-13 16:36:30

Richard melihat kearah Madiya ketika wanita itu malah terkejut ketika dia mengajaknya untuk tinggal bersama. Memangnya apa salahnya jika mereka tinggal bersama. Toh nanti mereka juga kan menikah.

"Saya serius dengan hal ini. Apa kamu tidak mau kalau kita tinggal bersama?" tanya Richard menatap kearah Madiya.

"Saya tidak tahu, tetapi sepertinya memang saya tidak punya pilihan lain," gumam Madiya yang belum pernah tinggal berdua dengan seorang pria asing seperti Richard.

Bagaimana kalau pria itu berbuat macam-macam padanya? Ini yang sebenarnya ditakuti oleh Madiya. Bagaimana pun dia tidak tahu sifat asli dari seorang Richard.

"Apa kamu mau tinggal di jalanan? Saya sih tidak masalah jika kamu ingin jadi gembel," ejek Richard.

Madiya membulatkan matanya ketika Richard malah menghina dirinya. Jelas sekali kalau dia tidak mau kalau sampai tinggal di tempat seperti itu.

"Sepertinya saya tidak punya pilihan lain sekarang."

Madiya tidak punya pilihan lain selain tinggal bersama dengan pria seperti Richard. Apalagi dia belum mengenalnya secara dekat. Ah rasanya sekarang dia jadi kesal sendiri.

Richard tersenyum dengan penuh arti ketika melihat Madiya yang memenuhi tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan dirinya.

"Kamu bisa tidur di kamar yang ada di sana untuk sementara," tunjuk Richard pada sebuah pintu berwarna putih.

Madiya melihatnya lalu dia hanya menganggukkan kepalanya saja. Dia tidak punya pilihan lain, lagian selama dia tidak satu kamar dengan Richard, ini akan lebih baik untuk dirinya.

"Terimakasih banyak."

Madiya membawa kopernya dan masuk ke dalam kamar yang memang untuk dirinya. Dia membukanya dan langsung terpesona dengan interiornya.

Madiya duduk di tepi ranjang itu dan entah kenapa dia merasa nyaman karena kasurnya yang empuk. Berbeda dengan kasur yang ada di dalam kontrakannya yang keras.

"Sepertinya aku akan betah di sini," gumam Madiya pada dirinya sendiri dan dia membuka kopernya untuk memindahkan baju-baju miliknya.

Ketika sedang membuka baju-bajunya, tiba-tiba Madiya menemukan sebuah foto yang membuatnya menjadi sedih.

"Ibu..."

Foto wanita cantik itu adalah sosok ibu yang melahirkan dirinya. Yang entah sampai sekarang belum tau keberadaannya di mana. Semenjak tidak ada ibunya, keluarganya berantakan.

Apalagi ayahnya yang menikah lagi dengan wanita lain. Membuat dia merasa tidak nyaman berada di rumah karena dia hanya dijadikan sebagai pembantu. Sejak saat itu Madiya memilih untuk tinggal sendiri tanpa bantuan dari ayahnya.

"Aku merindukanmu ibu."

Madiya membaringkan dirinya di atas kasur empuk yang terlihat nyaman sambil memeluk sebuah foto yang dia rindukan.

***

Keesokan paginya.

Richard bangun dari tidurnya dan dia ingin berbicara dengan Madiya. Richard melihat kearah kamar Madiya dan dia bisa menebak kalau wanita itu pasti belum bangun juga.

Richard berinisiatif untuk mengetuk pintu kamar itu dengan pelan. Berharap Madiya akan membuka pintu kamarnya dengan cepat. Kalau tidak maka dia yang akan mendonorkan sendiri pintu ini nanti.

"Hei kebo, ayo bangun."

Richard menggedor pintu kamar itu untuk membangun Madiya. Hingga tak berapa lama, wanita itu bangun sambil menguap. Muka bantalnya terlihat oleh Richard

"Ada apa? Aku masih mengantuk."

"Lebih baik kamu cuci muka sekarang, ada hal yang ingin aku bicarakan."

Richad memang akan membiasakan dirinya untuk berkata biasa saja dan tidak formal dengan Madiya. Dia harus melakukan itu agar acting nya di depan keluarganya akan berhasil nanti.

"Baiklah," ujar Madiya yang akhirnya memutuskan untuk pergi ke dalam kamar mandi.

Tidak peduli dengan Richard yang ikut masuk ke dalam kamarnya. Richard menunggu wanita itu selesai cuci mukanya.

Tanpa sengaja Richard melihat sebuah foto wanita, dia mengambilnya karena memang dia merasa penasaran.

"Kenapa aku merasa tidak asing dengan orang ini," gumam Richard yang mencoba untuk mengingat sesuatu. Tapi sayang otaknya sudah banyak pikiran membuat dia malah lupa.

Madiya langsung mengambil foto yang dipegang oleh Richard. "Jangan sembarang mengambil barangku!"

Madiya memasukan lagi foto tersebut ke dalam kopernya. Hanya foto itu satu-satunya yang dia punya untuk menemukan di mana keberadaan ibunya. Apalagi semua foto yang ada di rumahnya sudah dibakar oleh ibu tirinya.

"Aku hanya penasaran saja. Tapi itu tidak penting, aku ingin kita ke KUA dan mengurus semua surat-surat pernikahan kita. Agar kamu bisa menjadi istriku dan berpura-pura menjadi istri yang sesungguhnya di hadapan kedua orangtuaku. Lalu setalah itu aku yang akan membayar kamu tiap bulannya," jelas Richard kepada Madiya.

"Memangnya berapa banyak uang yang akan kamu berikan padaku tiap bulannya?" tanya Madiya melihat kearah Richard karena dia penasaran. Setidaknya Richard harus membayar dia sesuai dengan harga menjadi istri sewaannya itu. Apalagi dia akan bertemu dengan kedua orangtuanya Richard juga.

"Aku akan memberikan uang 15 juta ke setiap bulan, ini ATM yang harus kamu gunakan nanti setelah menjadi istriku. Setidaknya aku akan mengisi kebutuhan kamu selama kamu menjadi istriku. Mulai sekarang kita tidak boleh berbicara formal lagi, gunakan aku kamu agar kita terlihat dekat. Satu lagi kita juga harus pamer kemesraan di hadapan kedua orangtuaku nanti. Seolah kita sudah dekat lama, kamu harus mengetahui semua tentangku, dimulai dari hobby dan sesuatu yang tidak aku suka, termasuk alergi."

Richard mengatakan panjang lebar seperti sedang berpidato kepada Madiya. Beruntung sekali Madiya punya otak yang cerdas dan dia bisa mencerna semua yang dikatakan oleh Richard barusan.

Madiya tersenyum karena memang tawaran dari Richard itu sangat menggiurkan untuk dirinya. Benar-benar membuat dia merasa bahagia.

"Baiklah, hanya itu saja?" tanya Madiya kembali. Itu hal yang mudah karena Madiya sendiri akan mencatat semua yang disuka oleh Richard dan yang tidak dia suka.

"Apa kamu bisa melakukan semuanya?" tanya Richard hanya ingin memastikan saja karena takut nanti Madiya malah tidak mau.

"Tentu saja aku bisa melakukannya. Lalu bagaimana dengan keluargamu nantinya?" tanya Madiya karena dia belum kenal dengan kedua orang tua wanita itu.

"Kamu harus berusaha untuk dekat dengan keluargaku, setidaknya menarik perhatian mereka. Terutama ayah dan juga ibuku, mereka menginginkan aku menikah dengan wanita pilihannya dan aku tidak setuju. Makanya aku menyewa kamu untuk berpura-pura pada mereka. oh yah satu lagi, jangan bilang pada siapapun kalau sebelumnya aku membayar kamu untuk menjadi istri sewaan," peringat Richard dengan tatapan tajam.

Madiya hanya mengangguk setuju dengan tawaran tersebut. Lagian dia tidak punya teman dekat juga selama ini. Jadi tidak mungkin jika dia akan membuka semua rahasia ini.

"Iya aku paham. Ada lagi?" tanya Madiya pada Richard. Mereka berdua seperti sedang melakukan kesepakatan sekarang.

Richard memperhatikan Madiya, wanita itu sama sekali tidak keberatan untuk menuruti keinginan dirinya. Jadi akan lebih baik jika dia cepat memperkenalkan wanita itu kepada kedua orangtuanya.

"Nanti malam akan ada acara makan malam di rumah kedua orangtuaku. Aku sudah janji pada mereka kalau aku akan membawakan calon istri. Jadi kamu bisa bersiap-siap dari sekarang."

Madiya sedikit terkejut, apa secepat itu? Dia bahkan belum menyiapkan apapun. Dia juga belum mencatat apa yang disuka dan tidak disuka pria itu.

"Aku tidak punya baju bagus untuk bertemu dengan keluargamu. Semua bajuku kaos semuanya," jelas Madiya yang mungkin saja dia harus tampil sempurna di hadapan calon mertuanya itu.

"Kamu tenang saja kalau tentang itu, nanti kita ke mall dan aku akan membelikan baju yang bagus untukmu."

Madiya tersenyum bahagia, akhirnya ada yang perhatian padanya juga. Walaupun ada maunya. Tapi setidaknya dia merasa senang.

"Terimakasih banyak."

"Kamu bisa siap-siap. Aku akan mandi dulu."

Richard keluar dari kamar milik Madiya. Dia akan membersihkan dirinya. Setidaknya sekarang dia tenang karena sudah mempunyai istri yang akan dia sewa nantinya.

"Dia akan menjadi istri sewaan ku hanya sementara. Agar kedua orangtuaku tidak menjodohkan aku dengan wanita busuk itu."

BERSAMBUNG

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Sewaan CEO Arogan    Bab 102

    Sebuah pemakaman, Madiya hanya menabur bunga ditemani oleh Richard yang kini ada dihadapannya. Dia menangis karena merasa kasian di sana. "Semoga setelah ini, kamu akan tenang.""Bagaimana pun dia adalah adikmu," ujar Richard merangkul Madiya sambil ikut menaburkan bunga. Haris terdiam kaku sambil melirik kearah makam tersebut. Dia terus saja bungkam dan tidak mau mengatakan apapun juga. Sampai Robi tiba-tiba datang menghampiri Haris. "Ini ikut menaburkan bunga juga.""Aku tidak menyangka kalau dia sudah tidak ada. Semuanya terasa masih mimpi," ujar Haris. Shela ikut melayat di sini, dia langsung memeluk Ratih dengan erat. "Tante yang sabar yah."Ratih hanya bisa mengangguk sambil tersenyum tipis. Dia menghapus kembali air matanya dengan cepat. Bisa tidak enak kalau terjadi sesuatu di sini. "Iya gak papa.""Ayo kita pulang."Ratih mengatakan itu kepada semua orang yang ada di sini setelah prosesi pemakaman sudah selesai. Dia hanya melihat dengan sekilas saja. Richard merangkul

  • Istri Sewaan CEO Arogan    Bab 101

    Madiya datang ke rumah sakit bersama dengan ibunya setelah mendengar kamar kalau Sabira kena tusuk Nita. Dia tidak menyangka kalau Sabira akan nekat seperti ini. Ketika mereka berdua sudah sampai di rumah sakit, Madiya langsung menghampiri Haris yang sudah berlumuran darah. "Haris, bagaimana keadaan Sabira?" tanya Ratih. Begitu pun dengan Madiya sekarang, dia sangat khawatir dengan keadaan adiknya sekarang. Dia tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi dengan adiknya. "Dia telah ditangani oleh dokter," jawab Haris. Sampai dan lama kemudian, Richard dagang juga ke rumah sakit setelah dia menyelesaikan misi tentang Roy. Haris menatap kearah Richard dengan sekilas. "Bagaimana dengan Roy, dia sudah ditangkap?""Iya, dia sudah ditangkap oleh pihak kepolisian. Dia akan dikenai pasal pembunuhan karena sudah membunuh Nita."Madiya yang mendengar itu pun menutup mulutnya dengan tidak percaya. "Madiya mati?""Iya," jawab Richard. "Innalilahi," ucap Ratih yang sama terkejutnya dengan hal

  • Istri Sewaan CEO Arogan    Bab 100

    Pagi hari yang begitu cerah, Richard masuk ke kantor setelah dia berpamitan dengan istrinya. Dia masih memikirkan tentang orang tersebut. "Aku pamit ke kantor dulu.""Kamu semalam tidur hanya sebentar, udah mau masuk kantor?" tanya Madiya. "Iya, kebetulan ada urusan yang harus aku selesaikan. Kamu tahu kalau orang yang sudah membantu Nita kabur itu juga rekan bisnisku," terang Richard memberitahu istrinya. Madiya yang mendengar itu pun sedikit terkejut dan tidak menyangka sama sekali. "Kok bisa?" tanya Madiya. "Aku baru melacak nomor plat mobilnya, semuanya sudah diatur dengan baik.""Syukurlah kalau begitu. Aku akan mengatur semuanya.""Kalau begitu aku berangkat yah," kata Richard sambil memberikan kecupan di kening istrinya dan mengelus perut anaknya. Sebelum akhirnya dia kembali naik ke dalam mobil. "Iya hati-hati di jalan."Madiya mengatakan itu sambil melambaikan tanganmya, dia melihat suaminya yang kini sudah pergi mengendarai mobilnya. Sampai akhirnya Madiya memutuskan un

  • Istri Sewaan CEO Arogan    Bab 99

    Haris menatap kearah Sabira yang tadi memberikan nomor ponselnya dengan mudah begitu saja. Dia harus menanyakan langsung. "Kenapa tadi kamu memberikan nomor ponsel kepada istrinya Pak Roy?" tanya Haris dengan nada yang sedikit penasaran. Apalagi dia yakin kalau istrinya pasti menyembunyikan sesuatu tanpa dia ketahui kebenarannya. Sabira yang memang tengah ada di mobil dan hendak pulang setelah acara pernikahan antara Robi dan Shela selesai. Sebenernya tadi Sabira merasa curiga. "Kenapa diam?" tanya Haris. Sabira langsung mengatakan yang sebenarnya. "Kamu merasa gak sih tadi, istrinya Roy itu sedikit agak aneh.""Maksud kamu, bagaimana?" tanya Haris yang merasa heran. "Gelagat itu loh, mengingatkan aku akan sesuatu, dia terlihat sedikit gugup ketika berjabat tangan denganku dan raut mukanya juga terlihat seperti ketakutan begitu," ujar Sabira. "Iya itu wajar Sabira. Kan kalian baru saja bertemu." Haris mengatakan itu dengan santai. Tetapi Sabira punya pikiran lain karena tadi d

  • Istri Sewaan CEO Arogan    Bab 98

    Nita sudah siap dengan yang akan dia lakukan selanjutnya. Dia berjalan bersama dengan Roy sambil menyalami tangan Shela dan Robi. "Selamat yah atas pernikahan kalian berdua."Shela menjawab dengan ramah karena dia tidak tahu sosok Roy yang sebenernya. Shela mengira kalau memang itu teman dekat suaminya.Roy menatap kearah Robi yang sedari tadi diam saja, dia langsung menepuk pundak pria itu dengan pelan. "Selamat yah bro.""Iya," jawab Robi dengan singkat. Lalu mata Robi melihat kearah wanita yang dibawa oleh Roy barusan. Dia merasa heran sendiri karena melihat wanita yang dibawa oleh Roy sangat sederhana dengan pakaikan yang tidak mencolok sama sekali. Sedangkan Robi tahu kalau selera Roy adalah wanita yang sedikit modis. "Kamu bawa sekertarismu buat datang ke sini?" tebak Robi karena mungkin saja Roy tidak mempunyai pasangan makanya dia membawa wanita itu. Roy menggelengkan kepalanya, lalu dia mendekap wanita yang ada disampingnya itu dengan mesra. Dia hanya ingin memperlakukan

  • Istri Sewaan CEO Arogan    Bab 97

    Acara pernikahan antara Robi dan Shela. Madiya sudah siap dengan baju yang memang dia gunakan dengan baik. Kebetulan ini adalah pemberian dari mertuanya. "Mana suamimu, kok belum muncul?" tanya Ratih ketika melihat anaknya hanya datang sendiri. "Richard tadi sedang menerima telepon dari seseorang bun. Dia masih mencari kebenaran Nita yang kabur dari lapas," jawab Madiya. Ratih yang mendengar itu pun sedikit terkejut. "Jadi sampai sekarang Nita belum ditemukan juga?" "Iya bunda, sampai sekarang Nita belum ditemukan sama sekali."Ratih yang mendengar itu pun jadi ikut khawatir. Apalagi dia tahu kalau Nita orang yang nekat, dia bahkan tidak yakin kalau semuanya akan jadi seperti ini. "Apa Richard sudah berusaha untuk mencarinya?""Iya tentu saja. Dia sudah berusaha untuk mencarinya.""Sampai sekarang belum ditemukan?" tanya Ratih. "Iya Bunda." Madiya hanya menjawab dengan jujur saja. Sampai tak lama kemudian, muncul Richard yang menghampiri dirinya. Dia sudah memikirkan semuanya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status