Istri Sewaan CEO Arogan

Istri Sewaan CEO Arogan

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-12
Oleh:  Manila ZOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
127Bab
998Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Madiya diusir oleh ibu tiri dan adik tirinya sendiri dari rumah ayahnya. Sejak saat itu, dia berusaha untuk menjadi wanita mandiri. Dia mencari keberadaan ibu dan adik kandungnya yang selama beberapa tahun berpisah. Sampai tak sengaja dia bertemu dengan seorang CEO dari salah satu perusahaan ternama. Pria itu meminta Madiya untuk menikah demi membatalkan perjodohan. Awalnya Madiya menolak mentah tawaran tersebut, sampai dia mengetahui kalau orang yang dijodohkan dengan pria tersebut adalah adik tirinya. Madiya akhirnya memutuskan untuk menikah dengan pria itu untuk balas dendam. Hingga satu fakta terkuak kalau Richard juga berhubungan dengan adik kandungnya selama ini, sampai Richard menjadi salah satu tersangka kematian adik kandung perempuan Madiya. Bagaimana hubungan keduanya setelah Madiya mengetahui fakta tersebut. Apa benar Richard yang sudah membunuh adik perempuan Madiya?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Keluarga Malvino adalah orang terkaya ketiga dari se-Indonesia. Semua orang tahu kalau keluarga Malvino memiliki seorang pewaris tunggal yaitu Richard Gere Malvino. Pria yang bertubuh tinggi 177 cm dengan rambut hitam, serta kulit yang putih maskulin membuat semua wanita mendambakan dia kelak akan menjadi istrinya.

Tetapi semuanya tidak akan bisa berhasil begitu saja karena Richard bukan tipe orang yang sudah berkomitmen begitu saja. Belum lagi tekanan kedua orangtuanya yang terus saja membuat dia menikah dengan wanita pilihan mereka.

Tentu saja Richard sangat muak karena dia bukan tipe pria yang mudah sekali untuk menikah dengan wanita. Apalagi hanya dengan perjodohan kedua orang tua mereka.

"Kenapa kamu terus saja menolak perjodohan yang diajukan oleh kita Richard?" Ikram marah kepada anaknya.

"Karena aku sudah mempunyai calon, jadi kalian tidak usah menekan ku untuk menjodohkan para wanita lain!"

Richo jelas berbohong kepada kedua orangtuanya kalau dia sudah punya calon. Dia hanya ingin menghindari ucapan kedua orangtuanya yang menyuruh dia untuk segara menikah.

Dia punya alasan tersendiri mengapa tidak mau menerima perjodohan tersebut, karena dia tahu wanita-wanita seperti apa saja yang akan dijodohkan kepada dirinya.

"Kamu sudah punya calon? Kalau begitu bawa dia datang ke sini besok!"

Richard terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya. Bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan calon besok. Sepertinya memang mereka sengaja menekan dirinya sekarang.

"Okeh kalau begitu, kita liat saja besok!" tantang Richard tidak mau kalah.

Richard langsung pergi dari rumah kedua orangtuanya setelah makan malam bersama. Bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan calon istri dengan cepat.

Richard mengendari mobilnya lalu dia memutuskan untuk menghubungi seseorang. Jalan satu-satunya adalah dengan meminta bantuan dari temannya.

"Hallo Richard."

"Tolong carikan wanita yang mau diajak pura-pura jadi istri!"

Richard mengatakan itu kepada orang kepercayaan dirinya. Seseorang yang memang sudah dia anggap sebagai teman.

"Bro lo gila, bagaimana bisa gue membantu lo. Bagaimana kalau lo cari wanita random saja yang ada di club malam itu."

"Gue gak mau mencari wanita sembarangan, pokonya wanita itu harus berasal dari wanita baik-baik karena kedua nyokap dan bokap gue harus menyukai dia. Setidaknya biar mereka tidak memaksa gue untuk cepat menikah."

"Gue gak bisa janji buat bantu lo. Diri mana juga gue harus menemukan wanita seperti itu di dalam situasi seperti ini."

Ketika Richard sedang mengendari mobilnya sambil bertelepon, tiba-tiba dengan tidak sengaja dia hampir saja menabrak seorang wanita.

Bruk

Richard mengerem mendadak karena terkejut. Seorang wanita terlihat jatuh dan Richard bermaksud untuk membantu orang tersebut. Kenapa juga tuh orang malah hampir menabrak mobilnya.

"Kenapa bro?"

"Nanti gue telpon lagi."

Richard hanya mengatakan itu dan dia langsung keluar dari mobilnya untuk memastikan orang yang dia tabrak sekarang.

"Mbak gak papa?" tanya Richard kepada orang tersebut yang masih belum keliatan wajahnya.

"Kalau pake mobil tuh hati-hati! Gak kasihan dengan orang bawah seperti saya, untuk makan saja susah" ketus wanita itu yang malah memaki Richard.

Richard memperhatikan wanita itu yang memaki dirinya. Wanita yang penuh dengan keberanian bahkan dia sepertinya tidak tahu tentang jati dirinya. Awalnya Richard mengira kalau wanita itu sengaja menabrak dirinya karena tahu kalau itu adalah mobilnya.

Tetapi melihat wanita itu malah memaki dirinya, artinya memang wanita itu benar tidak sengaja. Kenapa dia malah terlihat menarik sekali. Tiba-tiba ide gila malah terlintas dari otak Richad.

"Mbak sudah menikah?" tanya Richard dengan hati-hati sambil memperhatikan wanita itu.

Wanita yang memang sangat sederhana dan sepertinya tidak akan menuntut apapun dari dirinya.

"Jangan panggil saya Mbak karena saya bukan Mbak anda. Untuk apa malah menanyakan status saya kaya gitu? Mas mau modus yah!" tuduh wanita barbar itu pada Richard.

"Tidak Mb..." Belum sempat Richard berbicara ucapannya sudah dipotong terlebih dahulu oleh wanita itu.

"Nama saya Madiya, puas kan Mas sudah tahu nama saya."

"Saya Richard."

Richad mengulurkan tangannya dan membuat Madiya malah menaikan sebelah alisnya. Pria yang hampir saja menyerempetnya pake mobil malah mengajak dirinya berkenalan.

"Apa itu penting!"

Madiya menjawabnya dengan angkuh dan tidak mau bersalaman dengan pria itu. Dia berpikir kalau pria yang dihadapannya itu hanya akan modus belaka. Itu sama sekali tidak penting untuk dirinya sekarang.

"Apa kamu mau jadi istri sewaan saya?"

Madiya membulat mendengar apa yang dikatakan oleh pria bernama Richard itu. Apa dia becanda? Baru berkenalan dan malah meminta dia menjadi istri sewaan. Ini benar-benar gila.

"Saya tidak mau!" tolak Madia karena dia tidak mau menikah dengan pria seperti Richard. Dari tampangnya saja sudah ketahuan kalau Richard pria yang sedikit arogan.

Madiya hendak akan pergi tapi Richard malah mencekal tangannya, seolah tidak ingin membiarkan dia pergi dengan begitu saja.

"Saya serius."

"Saya tidak mau!" tolak Madiya dengan mentah. Apalagi dengan tawaran gila menjadi istri sewaan dari pria itu.

Richad berpikir sejenak bagaimana caranya agar wanita itu mau menuruti keinginan dirinya, lalu dia memberikan kartu namanya.

"Ini kartu nama saya, siapa tau kau berubah pikiran. Nanti kita bisa berdiskusi lagi untuk membahas ini. Hubungi saya di nomor itu juga butuh."

Madiya menerima kartu nama yang diberikan oleh pria itu, lalu kembali menatapnya sekilas.

"Baiklah," ujar Madiya yang akhirnya memutuskan untuk pergi dari tempat ini.

Richard melihat kepergian wanita itu, dia sangat yakin sekali kalau wanita itu akan datang padanya nanti. Dia tinggal menunggu waktu yang tepat saja.

***

Sampai di kontrakan kecil milik Madiya. Tiba-tiba dia melihat barang-barang miliknya sudah berserakan di lantai. Semua barangnya sudah dikeluarkan.

"Hei, kenapa barang-barang ku dikeluarkan," marah Vani pada pemilik kontrakan tempat dirinya tinggal sekarang.

"Kamu sudah telat bayar kontrakan! Lebih baik kamu pergi dari tempat ini," usir orang tersebut kepada Madiya.

"Aku mohon beri aku waktu."

"Tidak ada tambahkan waktu. Kamu sudah menunggak tiga bulan. Lagian tempat ini juga akan disewakan pada orang lain."

Madiya berusaha untuk tinggal di sini, tetapi orang tersebut malah membuat dia jadi kesal sebatang. Bagaimana caranya agar dia bisa kabur dari sini.

"Tapi,"

"Tidak ada tapi-tapian! Sekarang kamu pergi dari tempat ini dan bawa semua barang-barang mu itu."

Madiya membawa barang-barang miliknya dan dia tidak punya tempat tinggal lagi sekarang. Apalagi kalau sampai kembali dengan keluarganya yang memang berantakan. Yang ada nanti hidupnya semakin hancur.

Madiya membawa kopernya dan berjalan tidak tentu arah. Entah dia akan tidur di mana sekarang? Apalagi sudah malam.

Tiba-tiba Madiya teringat dengan pria tadi yang hampir saja menabrak dirinya. Dia lalu mengambil kartu nama yang diberikan oleh pria itu padanya.

"Apa aku terima saja tawaran dia untuk menjadi istri sewaannya?"

Madiya mengambil alamat yang diberikan oleh pria tadi. Di sana ada kartu nama pria itu dan mungkin dia bisa menghubunginya.

Madiya mengambil ponselnya dan berusaha untuk menghubungi tapi, nomor ketika akan menghubungi nomornya tidak tersambung. Madiya lupa kalau dia belum mengisi pulsanya.

"Sial," umpat Madiya sambil menyusuri jalan. Ke mana dia akan pergi sekarang ini?

Hingga ada taksi di sana dan Madiya memberhentikannya. Dia memang tidak punya uang untuk membayar taksi. Tapi dia yang akan menyuruh pria itu membayarnya nanti setelah mereka sampai.

Hingga tak berapa lama, mereka sudah sampai di tempat tujuannya. Vani turun dari mobil dan supir itu juga ikut turun.

"Mbak belum bayar taksinya."

"Bapak ikut saya yah. Nanti minta pada orang yang akan saya temui."

Madiya berjalan menuju tempat di mana Richard tinggal sekarang. Ditemani oleh orang supir taksi yang belum dia bayar. Sampai dia ketemu dengan apartemen milik pria itu.

Dia memencet bel berharap kalau pria itu akan cepat datang.

"Siapa?" tanya Richard yang menguap dan belum melihat jelas orang yang datang.

"Bayar dulu taksinya nanti dijelaskan." Madiya mengatakan itu.

Richard menaikan sebelah alisnya kemudian, dia teringat dengan wanita yang saat ini ada dihadapannya. Dia langsung melihat kearah pria itu dan mengeluarkan uangnya.

"Ini? Cukup?" tanya Richard mengeluarkan dua lembar uang berwarna merah.

"Terimakasih banyak."

Supir taksi itu pergi dari sini dan Madiya melihat kearah Richard sambil tersenyum tipis. Sebenarnya dia bingung harus bilang apa saat ini. Apalagi dia datang ke sini sambil membawakan koper.

"Apa kamu berubah pikiran?" tanya Richard sambil tersenyum mengejek.

"Iya, saya mau jadi istri sewaan, tapi dengan syarat. Berikan saya tempat tinggal karena barusan saya diusir oleh pemilik kontrakan."

Richard baru menyadari setelah melihat wanita itu datang sambil membawa koper ke sini. Dia jadi teringat akan sesuatu, mudah sekali untuk wanita itu menuruti keinginan dirinya.

"Yasudah ayo masuk. Kita bahas di dalam saja," ujar Richard karena dia takut ada orang yang nanti akan mendengarkan pembicaraan mereka.

Madiya masuk ke dalam apartemen ini dan dia langsung terpesona dengan tempat ini. Apalagi tempat ini yang terlihat sedikit luas, belum lagi banyak barang-barang mahal dan terlihat perabotan yang sangat lengkap di sini.

"Tempatnya bagus juga. Sepertinya saya akan betah di sini," gumam Madiya.

"Kita akan tinggal bersama di sini," ujar Richard.

"Apa?" Madiya sedikit terkejut dengan hal ini.

"Biasa aja kali ekspresinya. Apalagi nanti kita akan menikah. Bukan hal yang wajar jika kita tinggal satu atap." Richard mengatakan itu dengan santai karena memang benar adanya.

"Apa kita juga akan tidur satu kamar?" tanya Madiya dengan was-was.

BERSAMBUNG

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
127 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status