Home / Rumah Tangga / Istri Tak Diinginkan / Diperlakukan Tidak Adil

Share

Diperlakukan Tidak Adil

Author: Missia
last update Last Updated: 2024-09-04 09:38:56

“Sakit, Bu! Aduh! Tolong lepasin! Aku mohon Bu!”

Ayana terus menjerit karena tarikan ibu mertuanya yang begitu menyakitkan. Rasanya rambutnya akan terlepas dari kulit kepalanya. Belum lagi kuku tajam ibu mertuanya yang menancap di kepalanya.

“Diam kamu!” Rita justru makin menjadi-jadi hingga Ayana berteriak dengan suara melengking.

“Sakittttt, Bu! Tolong lepasin! Aku mohon!” Ayana mencoba menarik tangan ibu mertuanya menjauh, tetapi kondisinya yang hamil besar membuat pergerakannya jadi terbatas.

“Heh, kamu pantes dapatin ini! Siapa suruh kamu nyakitin Chelsi! Kamu pikir kamu siapa di rumah ini, hah?!” Rita tidak peduli dengan jeritan Ayana dan terus mengolok-oloknya. “Seharusnya kamu udah angkat kaki dari sini! Tapi Chelsi terlalu baik sama kamu!”

Ayana sesenggukan dengan wajah bersimbah air mata. Berapa kali pun ia mencoba menjelaskan, sepertinya tidak ada seorang pun yang akan mempercayainya di rumah ini.

Mereka terus menyiksanya secara fisik dan batin.

Ayana hanya bisa menangis hingga akhirnya Rita melepaskan jambakan rambutnya. Terlihat beberapa helai rambut Ayana yang tertinggal di tangan Rita, saking kerasnya tarikan sang ibu mertua.

“Untung Ibu cuma jambak rambut kamu. Seharusnya kamu minta maaf sama Chelsi dan berlutut di kakinya,” kata Rita dengan sinis.

Ayana hanya diam dengan wajah tertunduk menahan sakit. Ia sudah lelah untuk sekedar berkata ‘Aku tidak salah’, sebab semua itu percuma saja.

“Apa sekarang kamu udah sadar setelah dijambak?” Dengan senyum puas tanpa rasa bersalah, Rita lalu menusuk-nusuk bahu Ayana dengan jari telunjuknya. “Kamu harus sadar statusmu di sini. Kamu itu cuma wanita bayaran, nggak tahu diri dan mata duitan. Setelah anak itu lahir, kamu harus segera angkat kaki dari rumah ini!”

Ayana meremas bajunya kuat-kuat mendengar hal itu. Seandainya mereka tahu bahwa Chelsi-lah yang lebih dulu datang menemuinya, apa mereka masih akan mengatakan hal yang sama?

“Sekali lagi kamu berani menyentuh menantu kesayanganku, aku nggak akan segan-segan buat lakuin sesuatu yang lebih dari ini.” Rita mendengus dengan wajah jijik, lalu berbalik pergi.

Ayana masih mematung di tempat. Suara isakannya telah terhenti, tetapi air matanya terus mengalir deras membasahi pipinya.

Seandainya takdir tidak menjepitnya seperti ini, maka ia sudah lama pergi dari rumah ini.

Meninggalkan luka dan sumber rasa sakitnya.

***

Suara denting piring dan sendok terdengar bersahutan di ruang makan keluarga besar Agaditya.

Pagi ini, mereka semua sarapan bersama sembari mengobrol hangat tentang perkembangan kehamilan Chelsi.

“Besok kita harus check-up ke rumah sakit buat periksa kehamilan kamu, Nak. Udah masuk tiga bulan 'kan ini?” kata Rita dengan suara lembut.

“Iya, benar, Sayang. Besok aku bakal anterin kamu ke rumah sakit,” sahut Leon ikut menimpali.

“Baiklah kalau begitu!” balas Chelsi dengan suara riang.

Sementara itu, di sudut dapur, Ayana hanya bisa menelan sarapannya dengan susah payah mendengar percakapan itu. Mereka peduli saja tidak, apalagi mau mengantarnya ke rumah sakit untuk mengecek kondisi kehamilannya.

Ayana sarapan bersama pembantu lainnya dengan duduk di lantai, memakan nasi dan lauk yang tidak disajikan di meja makan.

Ayana tidak ingin mengganggu keluarga bahagia itu. Ia tahu kehadirannya akan membuat semua orang di sana merasa tidak nyaman. Ia hanya akan berakhir menyakiti dirinya sendiri.

“Nyonya Ayana duduk di kursi saja. Tidak baik duduk lesehan di sini sama kami,” ujar salah satu pembantu, ia merasa sedih melihat Ayana yang lagi-lagi tidak bergabung dengan keluarga majikannya.

Ayana tersenyum tipis dan menggeleng pelan. “Nggak apa-apa, Bi. Ayo, Bibi lanjut aja sarapannya.”

Para pembantu itu hanya bisa mengangguk, meskipun merasa prihatin dengan keadaan Ayana yang terus diabaikan.

Di sisi lain, Leon dan Chelsi yang telah selesai sarapan lantas berpindah ke kamar mereka. Dengan telaten, Chelsi memasangkan dasi di leher Leon. Pagi ini, Leon memiliki jadwal rapat penting dan harus berangkat lebih awal.

Sebagai CEO perusahaan, Leon memang dikenal disiplin dan tidak pernah terlambat ke kantor. Hal itu membuatnya menjadi panutan di perusahaan yang dipimpinnya sekarang—New Pacific Group.

“Sayang, pagi ini aku ada janji sama Angel buat ketemu pemilik brand yang mau jadiin aku model produk mereka,” ujar Chelsi, lalu menyelesaikan simpul dasi Leon dan mengusap dada pria itu. Ia kemudian mendongak dengan senyum manis andalannya. “Aku boleh pergi, ya? Nggak lama kok, cuma sebentar aja.”

Leon tidak langsung menjawab. Dari ekspresinya terlihat kalau dia agak keberatan dengan permintaan Chelsi. “Memangnya tidak bisa ditunda dulu? Kaki kamu 'kan masih sakit.”

“Nggak kok, Sayang. Ini penting, aku udah janji soalnya. Jadi, aku boleh pergi, ya?” Chelsi mulai menatap manja dan mengedip-ngedipkan matanya. “Paling setelah makan siang aku langsung pulang. Boleh, ya?”

Leon menghela nafas panjang. “Tapi Sayang, kamu 'kan sedang hamil. Aku pikir pekerjaan kamu itu bisa ditunda dulu, kamu ambil cuti gitu. Kamu bisa jadi model lagi setelah kamu melahirkan nanti. Aku cuma nggak mau terjadi sesuatu sama kamu dan anak kita,” ujar Leon panjang lebar. Ia mengusap lembut perut Chelsi yang justru cemberut.

“Kamu nggak ngertiin aku, ya? Kamu 'kan tahu jadi model terkenal adalah impian aku sejak dulu.” Chelsi berujar dengan suara kesal. Ia memalingkan muka dan berkacak pinggang. “Lagi pula, aku 'kan perginya sama Angel, dia pasti bakal jagain aku kayak biasa. Kamu terlalu khawatir dan berlebihan.”

Leon memijat keningnya melihat betapa keras kepalanya Chelsie. “Sayang ...”

“Udahlah, kamu sama sekali nggak ngertiin aku!”

“Oke, oke, kamu boleh pergi,” kata Leon dengan terpaksa. Ia mendukung Chelsi dan tidak ingin membuat istrinya itu berkecil hati. “Tapi dengan syarat, aku yang harus anterin kamu ke sana."

Chelsi tersenyum senang dan berjinjit untuk mencium pipi Leon. “Makasih ya Sayang, tapi kamu nggak perlu kok anterin aku.”

“Kenapa?” tanya Leon heran.

“Angel sebentar lagi bakalan datang,” jawab Chelsi. “Aku nggak mau kamu sampai terlambat ke kantor. Kamu ada rapat penting 'kan pagi ini?”

Leon hendak membantah, tetapi suara klakson mobil Angel mendadak menginterupsi.

Chelsi bergegas meraih tasnya dengan bahagia dan melambai pelan pada Leon. “Aku berangkat dulu ya, Sayang!”

***

Ayana merapikan sweater-nya dan menatap bayangannya di cermin untuk sejenak. Cuaca pagi ini agak dingin, jadi ia memutuskan untuk memakai pakaian tambahan. Dielusnya perutnya dengan penuh sayang, kemudian menarik napas panjang.

Kalau bukan karena bayinya, Ayana mungkin tidak akan berusaha untuk setegar ini.

“Jangan lagi. Jangan nangis. Kamu harus kuat.” Ayana menepuk-nepuk pipinya dan menghalau pikiran buruk dalam kepalanya.

Pagi ini, ia harus menemui ibunya.

Setiap hari, Ayana akan pergi ke rumah lamanya untuk mengecek kondisi ibunya seperti biasa. Ia melirik jam yang telah menunjukkan pukul delapan pagi, lantas buru-buru keluar dari kamar.

Ibu mertuanya terlihat sedang menikmati teh di ruang tengah. Dia hanya melirik Ayana sekilas, lalu memalingkan muka. “Pergi aja sana! Kalau bisa nggak usah kembali lagi ke sini,” gumamnya menyindir.

Ayana mengusap kepalanya mengingat kejadian kemarin dan melangkah pergi dengan cepat. Ia akan melupakan kejadian itu layaknya angin lalu.

Lagi pula, apa yang bisa ia lakukan?

Ia bergegas pergi ke halte dan menggunakan bus umum untuk pergi ke rumah ibunya. Angin dingin terasa menyapu wajahnya dengan lembut. Ayana menempelkan kepalanya ke kaca jendela dan memperhatikan pemandangan di luar.

Bus baru saja berhenti untuk mengambil penumpang ketika sesuatu menarik perhatian Ayana.

‘Mbak Chelsi?’

Ayana menajamkan penglihatannya tatkala melihat sosok yang familier. Di seberang jalan sana, terlihat seorang wanita sedang berdiri di samping mobil Porsche hitam. Hanya dari postur badannya saja Ayana bisa tahu kalau itu adalah Chelsi.

Apa yang Mbak Chelsi lakukan di sana?

Seorang pria terlihat keluar dari mobil lain dan Chelsi dengan senyum mengembang menghampiri pria berkacamata hitam itu. Mereka berpelukan, kemudian Chelsi mencium bibir pria itu dengan mesra.

“Astaga!” Ayana sontak membekap mulutnya karena terkejut. “Mbak Chelsi ...”

‘Apa itu temannya Mbak Chelsi? Tapi, kenapa Mbak Chelsi sampai mencium pria itu? Mereka juga kelihatan mesra banget’, batin Ayana heran.

Ayana tahu bahwa Chelsi adalah model yang memiliki banyak kenalan pria. Dia cantik, tubuhnya indah dan tinggi semampai, semua orang menyukainya. Hanya saja, interaksinya dengan pria itu terasa berlebihan jika hanya sekadar teman akrab.

Ayana menoleh ke arah yang sama dan melihat pria itu sudah membungkuk untuk mencium perut Chelsi. Dengan model pakaian yang dikenakannya, kehamilan Chelsi yang baru 3 bulan tidak terlalu kentara.

Pria itu mengangkat kepalanya dan Ayana akhirnya bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.

Tuan Raka?

Mantan bosnya di kelab tempatnya bekerja dulu.

“Apa ini ...” Ayana tidak bisa menahan keterkejutannya dan terus menatap ke arah yang sama.

Ketika bus telah bergerak dan mereka hilang dari pandangan, Ayana mengulang kejadian tadi di dalam kepalanya.

Chelsi dan Raka, mereka terlihat seperti pasangan yang sedang dimabuk cinta. Tidak mungkin mereka hanya sekadar teman dengan segala keintiman itu.

Ayana tertegun di tempat memikirkan kemungkinan dari kejadian tadi. Kemudian, pikiran buruk melintas di benaknya.

‘Apa jangan-jangan Tuan Raka adalah selingkuhannya Mbak Chelsi?’

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Tak Diinginkan   Putusan Perceraian Pengadilan

    Setelah keluar dari rumah sakit, keadaan Rita perlahan mulai membaik. Walaupun Rita masih harus menggunakan kursi roda dan berjalan dengan dipapah, tetapi hal itu setidaknya jauh lebih baik dibanding terus terbaring di atas ranjang.Rita merasa lega karena bisa kembali ke rumah dan menghirup udara segar tanpa bau antiseptik yang menyengat. Meskipun begitu, hari-hari yang ia lalui selama di rumah sakit telah memberikan banyak pelajaran baginya.Terutama mengenai hal kejam yang selama ini Rita lakukan pada Ayana.Saat baru tiba di rumah, hal pertama yang Rita ingin lakukan adalah meminta maaf secara langsung pada Ayana dan Hana.Sore itu, Ayana dan ibunya datang dengan wajah yang masih terlihat agak takut. Rita semakin dirundung rasa bersalah melihat hal itu, menyadari trauma yang ia berikan pada keduanya sangat besar.“Aku tahu aku ini wanita yang sangat buruk dan perlakuanku mungkin tidak bisa dimaafkan, tapi aku mohon terimalah maaf dariku,” ucap Rita dengan wajah tertunduk malu. Kil

  • Istri Tak Diinginkan   Karma

    David menyeringai lebar penuh kepuasan, merasa kalau Leon akan sangat terkejut dan menyesal setelah mendengar ucapannya. Tetapi, apa yang terjadi selanjutnya membuat seringai David memudar.“Ah, benarkah?” kata Leon dengan ekspresi acuh tak acuh, sama sekali tidak terlihat peduli dan malah tersenyum miring. “Sepertinya kalian ketinggalan informasi penting, ya? Apa anak yang kalian banggakan itu lupa bicara tentang bayi yang dikandungnya?”David dan Natalie mengernyit heran. Keduanya menatap Leon dengan tatapan bertanya-tanya.“Apa maksud kamu, hah? Kamu ini nggak ada sopan-sopannya, ya?” David menggeram kesal. Tangannya mulai menunjuk-nunjuk wajah Leon. “Walaupun Chelsi selingkuh, tetap aja anaknya itu anak kamu juga. Apa mungkin kamu nggak mau tanggung jawab?”Leon tertawa keras mendengar hal itu dan menggeleng-geleng. David tampak semakin kesal dan wajahnya berkerut masam. Kedua tangannya sudah terkepal erat di sisi tubuhnya, sementara Natalie menatap dengan sinis.Saat tawa Leon be

  • Istri Tak Diinginkan   Rita Terkena Stoke

    “Apa? Mama masuk rumah sakit? Stroke kamu bilang?” tanya Leon panik. Leon yang tadinya ingin menemui klien malah dikejutkan oleh telepon tidak terduga dari sang adik.“Iya Kak, cepetan Kakak ke sini, soalnya Mama cariin Kakak terus,” balas Rara di seberang telepon. Suaranya terdengar sangat gusar dan membuat perasaan Leon semakin tidak karuan.“Iya, Kakak bakal segera ke sana. Kamu jaga Mama, ya,” ucap Leon cepat sebelum memutuskan sambungan.Leon menyimpan kembali ponselnya di saku dan menatap Frans yang berdiri di seberang meja kerjanya. “Frans, batalkan semua janjiku hari ini. Aku harus pulang sekarang, Mamaku masuk rumah sakit.”Frans langsung mengangguk patuh. “Baik, Tuan.”Leon lantas meraih jasnya dan bergegas kembali ke rumah ibu Ayana. Ia berniat untuk mengajak Ayana sekalian menjenguk ibunya.Begitu tiba di rumah, Ayana yang melihat kepulangan Leon secara mendadak sontak menatapnya khawatir. Apalagi wajah Leon terlihat sangat cemas. “Mas Leon kenapa?”“Mama masuk rumah sakit

  • Istri Tak Diinginkan   Rita Jatuh Pingsan

    “Cepetan! Kamu tunggu apalagi?! Kamu mau kita berdua masuk penjara kalau dia sampai mati?!” desak Angel pada Raka yang masih bergeming di tempat.“Iya, iya!” sahut Raka, agak terpaksa. Ia memasang kaosnya dengan asal, lalu mendekati Chelsi yang matanya sudah setengah terbuka. “Astaga.”Tangan Raka gemetar hebat saat membawa tubuh Chelsi yang nyaris tidak sadarkan diri itu ke dalam gendongannya. Ia takut setengah mati dan menyesal telah mendorong Chelsi terlalu keras.‘Sial! Seharusnya aku langsung seret saja Chelsi keluar. Kalau begini, aku juga yang bakal dapat masalah nanti,’ batin Raka gusar.Chelsi terus merintih kesakitan, meskipun matanya hampir tertutup sempurna. Darah yang keluar dari sela pahanya telah mengotori pakaiannya dan meninggalkan bekas merah di lantai keramik Angel.Raka melirik Angel yang memasang pakaian dengan buru-buru, lantas wanita itu mengisyaratkan Raka untuk bergegas turun menuju mobilnya.Keduanya berjalan tergesa-gesa menuju garasi, lalu menempatkan Chels

  • Istri Tak Diinginkan   Chelsi Menggila

    “Raka?! Kamu ...?”Chelsi tercengang di tempat dan membelalak melihat kehadiran Raka di rumah Angel sepagi ini.‘Sekarang baru jam enam pagi, dan apa yang mungkin Raka lakuin di rumah Angel?! Kenapa dia juga nggak pakai baju dan cuma memakai boxer?!’Chelsi termangu di tempat dan menelisik penampilan Raka yang begitu kacau dari atas sampai ke bawah. Rambutnya acak-acakan, wajah bantalnya masih kentara, dadanya yang telanjang tampak basah karena keringat, dan terakhir, celana boxer yang dia kenakan tampak dipasang secara buru-buru melihat posisinya yang miring.Chelsi bahkan tidak perlu berpikir keras untuk tahu kalau Raka bermalam di rumah Angel, atau mungkin lebih dari itu.Apa mungkin Raka dan Angel memiliki suatu hubungan istimewa selain dari pertemanan ketiganya?‘Bukan, tapi apa mungkin Raka dan Angel berselingkuh dan menjalin hubungan di belakangku?! Kalau bukan itu, memangnya apalagi yang Raka lakuin sepagi ini di sini?’“KENAPA KAMU BISA ADA DI SINI, HAH?!” jerit Chelsi, tidak

  • Istri Tak Diinginkan   Dikhianati Sahabat Sendiri

    “Ayana? Nak? Ayana?”Ayana yang tengah melamun sontak tersentak saat sebuah tangan mengguncang pundaknya dengan ringan. Ia menoleh dan melihat ibunya sudah duduk di kursi sebelahnya.“Nak, kamu kenapa? Kok melamun begitu? Ibu panggil dari tadi lho,” kata Hana khawatir. Ia telah memanggil Ayana sejak berdiri di sudut ruang tengah, tetapi Ayana sama sekali tidak menggubrisnya. Barulah ketika ia mengguncang bahunya, Ayana baru tersadar. “Apa yang kamu pikirin sampai melamun begitu, Nak? Apa terjadi sesuatu?”“Ah, itu ....” Ayana mengubah posisinya sejenak dan meraih tangan ibunya. “Nggak Bu, ini bukan tentang Ayana, tapi tentang Mas Leon sama Mbak Chelsi.”“Memangnya ada apa dengan mereka, Nak? Apa ini berkaitan sama kejadian sebelumnya?” tanya Hana cemas. Ia takut Ayana kembali mendapat ancaman dari Chelsi dan Leon ikut terlibat di dalamnya.Ayana menggeleng dan menghela napas. “Itu ... katanya, mas Leon mau ... menceraikan mbak Chelsi, Bu,” ucap Ayana dengan suara pelan. Leon sedang me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status